JAKARTA, KOMPAS - Likuiditas perekonomian atau uang beredar pada April 2019 tumbuh melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Maret. Hal ini dipengaruhi perlambatan pertumbuhan kredit, penundaan konsumsi masyarakat, dan kontraksi operasi keuangan pemerintah.
Bank Indonesia (BI) mencatat posisi uang beredar pada April 2019 sebesar Rp 5.744 triliun, tumbuh 6,2 persen selama setahun. Padahal pada Maret 2019, pertumbuhan uang beredar mencapai 6,5 persen selama setahun.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, saat dihubungi pada Jumat (31/5/2019), mengatakan pertumbuhan penyaluran kredit yang belum optimal memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan uang beredar.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penyaluran kredit perbankan pada April 2019 tumbuh 11,05 persen setahun. Meski nilai ini melampaui pertumbuhan pada April 2018 sebesar 8,95 persen, bila dibandingkan bulan sebelumnya, pertumbuhan kredit alami perlambatan. Pertumbuhan kredit perbankan Maret 2019 tercatat mencapai 11,5 persen.
“Dari sisi kredit, pertumbuhannya cenderung masih lemah. Hal itu mengindikasikan permintaan kredit dari masyarakat dan korporasi masih terbatas,” ujar Josua.
Suku bunga kredit cenderung stabil pada April 2019, sementara suku bunga simpanan bergerak bervariasi. Hal ini tercermin pada rata-rata tertimbang suku bunga kredit pada April 2019 sebesar 10,82 persen, relatif stabil bila dibandingkan dengan suku bunga kredit pada bulan sebelumnya sebesar 10,84 persen.
Adapun rata-rata tertimbang suku bunga simpanan berjangka tenor 1 bulan mengalami penurunan dari 6,84 persen pada Maret 2019 menjadi sebesar 6,8 persen pada April 2019.
Menurut Josua, hal lain yang sebabkan likuiditas perekonomian tumbuh lambat adalah kontraksi operasi keuangan pemerintah pusat. Dana hasil penerbitan obligasi global pemerintah juga belum masuk ke sektor riil.
”Hal tersebut juga didorong konsumsi masyarakat yang cenderung tumbuh flat yang mengakibatkan belum adanya kenaikan permintaan kredit oleh korporasi atau sisi produksi,” kata Josua.
Untuk mendorong sisi permintaan perekonomian pemerintah, lanjutnya, stimulus fiskal sangat diperlukan. Salah satunya dengan mempercepat realisasi penyerapan belanja pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dalam keterangan tertulis, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko mengatakan perlambatan pertumbuhan uang beredar tertahan oleh ekspansi operasi keuangan pemerintah pada April 2019.
Hal tersebut tercermin dari peningkatan tagihan bersih sistem moneter kepada Pemerintah Pusat, yaitu dari minus 9,1 persen setahun, berbalik arah menjadi tumbuh positif sebesar 5,1 persen. “Pertumbuhan ini sejalan dengan perlambatan rekening giro pemerintah pusat di sistem moneter,” ujar Onny dalam keterangannya.