”Karena sejak 18 Agustus 1945 telah kita tetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara RI dan inti Pancasila adalah gotong royong....”
Kalimat penegasan tentang posisi Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) itu ditulis Letnan Jenderal TNI (Purn) Sayidiman Suryohadiprojo (91), mantan Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) dalam bukunya, Masyarakat Pancasila (2019).
Buku terbaru Sayidiman itu dibagikan kepada peserta diskusi kebangsaan; sebagian besar merupakan warga negara Indonesia yang tinggal di Milan, Italia, Rabu (29/5/2019) malam waktu setempat atau Kamis dini hari di Jakarta.
Sayidiman tak hadir secara pribadi dalam diskusi kebangsaan itu, tetapi ia menitipkan buku itu kepada Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) AM Putut Prabantoro untuk dibagikan kepada warga Indonesia di Italia. Putut merupakan alumnus Peserta Program Singkat Angkatan (PPSA) XXI Lemhannas, sekaligus penulis sekapur sirih buku itu.
Sayidiman berpesan, buku itu penting dibagikan kepada warga Indonesia, termasuk yang di luar negeri, karena Pancasila harus terus dirawat sebagai dasar negara dan cara hidup rakyat Indonesia. Apalagi, kini muncul lagi cara hidup bangsa yang tak sesuai Pancasila lagi.
”Membangun Masyarakat Pancasila adalah membangun masyarakat Indonesia, yang kehidupannya diliputi gotong royong,” kata Sayidiman.[caption id="attachment_10487789" align="alignnone" width="720"] Para peserta diskusi kebangsaan diaspora Indonesia di Milan, Italia, Rabu (29/5/2019).[/caption]
Putut menegaskan, dalam bukunya, Sayidiman ingin meninggalkan warisan bagi siapa pun, khususnya pemimpin, agar merawat dan menyebarluaskan Pancasila sebagai falsafah hidup dan nilai luhur bangsa Indonesia.
Memperkuat NKRI
Diskusi kebangsaan di Milan diselenggarakan Diaspora Indonesia di Milan bersama Gerakan Ekayastra Unmada, yang juga didukung Ikatan Rohaniwan Rohaniwati Indonesia Katolik Italia. Narasumber yang hadir ialah AM Putut Prabanto dan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Hermawi Fransiskus Taslim, serta dipandu pengacara Maria Ardianingtyas. Diskusi dihadiri sekitar 20 warga negara Indonesia di Milan dan sekitarnya, serta warga negara Italia yang tertarik dengan Indonesia.
Dalam diskusi diingatkan bahwa warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri, yang dikenal sebagai diaspora Indonesia, tetap bisa berperan memperkuat NKRI. Selain dengan tetap menjadi warga negara Indonesia, diaspora memperkuat NKRI juga dengan cara terus mengabarkan indahnya persatuan dan kesatuan bangsa ke seluruh dunia.
Putut dan Hermawi menekankan, cerita baik tentang Indonesia, dan implementasi ciri baik orang Indonesia oleh diaspora, seperti guyub, toleran, dan gotong royong, bisa menangkal kabar buruk soal Indonesia, terutama hoaks, di luar negeri.