Meskipun telah mudik, sejumlah aparatur sipil negara tetap mengikuti upacara Hari Kelahiran Pancasila di kampung halaman pada Sabtu (1/6/2019). Hal ini sesuai dengan arahan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Meskipun telah mudik, sejumlah aparatur sipil negara tetap mengikuti upacara Hari Kelahiran Pancasila di kampung halaman pada Sabtu (1/6/2019). Hal ini sesuai dengan arahan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Peringatan Hari Lahir Pancasila dimulai ketika Presiden Joko Widodo menandatangani Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 yang menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila. Kemudian, pada 2017, tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari libur nasional.
Peringatan Hari Lahir Pancasila merujuk pidato Soekarno tentang konsep awal atau rumusan lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945. Di hadapan sidang Dokuritsu Junbi Cosakai atau dikenal sebagai Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Bung Karno pertama kali memperkenalkan istilah Pancasila kepada hadirin yang hadir.
Tahun ini, peringatan Hari Kelahiran Pancasila kali ini bertepatan dengan arus mudik Lebaran. Kemenpan dan RB pun memberikan fleksibilitas kepada aparatur sipil negara atau ASN untuk mengikuti upacara di daerah asalnya. Alasannya, sejumlah ASN telah mengambil cuti lebih dulu untuk mudik.
Salah satunya Agus Budi Pamungkas, Koordinator Lapangan Balai Besar Bahan dan Barang Teknik Kementerian Perindustrian. Agus mengikuti upacara Hari Kelahiran Pancasila di Alun-alun Kejaksan, Kota Cirebon, sekitar 150 kilometer dari kantornya di Bandung, Jawa Barat.
”Saya mudik ke Cirebon hari Rabu (29/5/2019) malam. Hari Kamis libur dan Jumat saya cuti. Satuan kerja mewajibkan untuk ikut upacara meskipun di daerah. Ya, sudah, saya upacara di Cirebon aja,” ujarnya. Lokasi upacara juga hanya sekitar 10 menit dari rumahnya.
Ia memilih mudik lebih awal menggunakan mobil pribadi karena ingin menghindari kemacetan. Dari Bandung ke Cirebon, ia hanya menempuh Jalan Tol Cikopo-Palimanan sekitar 3,5 jam. Adapun lonjakan arus mudik berlangsung pada Kamis hingga Minggu (30/5-2/6), bertepatan dengan penerapan sistem satu arah di jalan tol menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Untuk membuktikan kehadirannya pada upacara tersebut, Agus meminta surat keterangan menghadiri upacara kepada instansi terkait di daerah. Dalam hal ini, tanda tangan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Usaha Kecil Menengah Kota Cirebon.
”Saya juga harus foto sebagai laporan ke bagian kepegawaian di kantor bahwa saya menghadiri upacara. Ribet juga, sih. Tetapi, enggak apa-apa,” ujar Agus. Baru kali ini ia mengikuti upacara peringatan hari besar nasional di kampung halamannya di Cirebon.
Di Kabupaten Cirebon, upacara Hari Lahir Pancasila juga diikuti sejumlah ASN dari luar daerah, seperti Bandung dan Jakarta. Berpakaian Korpri, mereka membaur bersama ASN setempat dalam upacara yang dipimpin Pelaksana Tugas Bupati Cirebon Imron Rosyadi.
”Sebanyak lima ASN meminta tanda tangan saya untuk surat keterangan telah mengikuti upacara. Kami tidak tahu jumlah ASN dari luar Cirebon yang ikut upacara. Tidak semua melapor. Ada yang hanya foto sebagai bentuk laporan ke atasannya,” ujar Kepala Bagian Humas dan Protokol Kabupaten Cirebon Iwan Ridwan.
Muh Ichsan Haris, dosen Jurusan Peternakan Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, juga mengikuti upacara Hari Lahir Pancasila di kampung halamannya di Makassar, Sulawesi Selatan. Berpakaian putih hitam, ia turut hadir dalam upacara di GOR Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ichsan mudik ke Makassar sejak Jumat (31/5) menggunakan pesawat. ”Rektorat Universitas Mulawarman lalu menginformasikan bahwa ASN wajib ikut upacara meskipun di daerah. Ini bagus, aturannya lebih fleksibel. Sebagai bukti hadir upacara, saya kirim foto,” ujarnya.