Harga Minyak Sawit Terus Anjlok, Laba PTPN IV Tertekan
PT Perkebunan Nusantara IV akan merevisi target laba tahun ini yang sebelumnya ditetapkan Rp 712 miliar. Target itu sulit dicapai karena harga minyak sawit mentah turun dari perkiraan Rp 7.400 per kilogram menjadi Rp 6.500 per kilogram. Pendapatan dimaksimalkan dari peningkatan produksi dan rendemen tanaman, peremajaan, serta menekan angka pencurian sawit.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — PT Perkebunan Nusantara IV akan merevisi target laba tahun ini yang sebelumnya ditetapkan Rp 712 miliar. Target itu sulit dicapai karena harga minyak sawit mentah turun dari perkiraan Rp 7.400 per kilogram menjadi Rp 6.500 per kilogram. Pendapatan dimaksimalkan dari peningkatan produksi dan rendemen tanaman, peremajaan, serta menekan angka pencurian sawit.
”Harga minyak sawit terus menurun dari tahun 2017 hingga sekarang. Penurunan harga ini sangat menekan laba perusahaan karena sawit mendominasi 97 persen bisnis,” kata Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV Siwi Peni di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (1/6/2019).
Siwi mengatakan, harga rata-rata minyak kelapa sawit mentah (CPO) tahun 2017 mencapai Rp 8.500 per kg. Harga tersebut lalu turun pada 2018 menjadi Rp 7.200 per kg akibat penurunan harga di pasar dunia. Harga tersebut pun terus anjlok dan bulan Mei tahun ini sekitar Rp 6.500 per kg.
Dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PTPN IV 2019, kata Siwi, mereka menetapkan target laba sebesar Rp 712 miliar dengan perkiraan harga CPO Rp 7.400 per kg. Target laba tersebut pun diperkirakan sulit dicapai di tengah kondisi harga CPO yang terus anjlok dari perkiraan awal.
”Kami pun akan mengajukan RKAP Perubahan untuk mengoreksi target laba tersebut. Namun, belum bisa menyebutkan angkanya karena belum diputuskan dari Kementerian BUMN,” ujar Siwi.
Siwi mengatakan, mereka belum bisa menyampaikan realisasi laba tahun 2018 karena belum diputuskan melalui rapat umum pemegang saham. Pada 2017, perusahaan tersebut sebelumnya membukukan realisasi laba Rp 763,7 miliar.
Maksimalkan pendapatan
Sementara itu, kata Siwi, tahun ini pabrik minyak goreng milik PTPN IV dan PTPN III di Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei, Simalungun, sudah mulai berproduksi. Dalam waktu dekat, produksi pabrik tersebut akan dijual untuk umum. Pabrik berkapasitas 600.000 ton minyak goreng per tahun itu juga diharapkan dapat menyumbang laba perusahaan.
Direktur Operasional PTPN IV Rediman Silalahi menjelaskan, di tengah tertekannya laba perusahaan akibat penurunan harga CPO, mereka terus berupaya memaksimalkan pendapatan dengan meningkatkan produksi tanaman. Pada 2018, produksi CPO dan minyak inti sawit PTPN IV mencapai 668.580 ton, naik dari tahun sebelumnya 662.353 ton.
Peningkatan produksi tersebut dicapai dengan menekan angka pencurian tandan buah segar (TBS) sawit dan meningkatkan produktivitas tanaman. Produktivitas tanaman tahun 2018 sebesar 20,90 ton TBS per hektar per tahun, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 20,37 ton.
”Kami menargetkan produktivitas bisa mencapai 23 ton TBS per hektar per tahun,” kata Rediman.
PTPN IV juga memperbaiki manajemen kebun dan pabrik agar memenuhi kriteria berkelanjutan. Saat ini sudah ada 15 kebun dari total 30 kebun sawit PTPN IV yang mendapat sertifikat berkelanjutan dari Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Satu dari 16 pabrik CPO juga sudah mendapat sertifikat yang sama. Sertifikat berkelanjutan dalam rantai pasok sawit sangat penting di tengah tekanan yang dihadapi komoditas sawit Indonesia di pasar Eropa.