Jalan Terjal Gunung Mas Menjadi Ibu kota
Upaya pemerintah mewujudkan Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, sebagai ibu kota negara yang baru, ibarat kata akan berproses seperti nama yang disandangnya. Pemerintah harus menempuh jalan terjal gunung, menyiapkan berbagai sarana sebelum menemukan emas pada puncaknya.
Pemilu berlalu, perbincangan pemindahan ibu kota negara baru agaknya akan semakin seru. Hampir semua presiden yang pernah memimpin Indonesia merencanakan pemindahan ibu kota negara. Salah satu lokasi yang digadang-gadang akan menjadi pusat pemerintahan baru adalah Kabupaten Gunung Mas (Gumas), Kalimantan Tengah.
Gunung Mas yang merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Kapuas mengacu pada Undang-undang No 5/2002, berlokasi di wilayah dalam dari Kalimantan Tengah. Secara geografis, Gumas berbatasan dengan Kabupaten Katingan dan Provinsi Kalimantan Barat di sebelah barat, sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kapuas. Adapun di sisi utara, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Murung Raya dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kota Palangka Raya.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Gumas adalah perbukitan dengan udara yang masih sejuk, diharapkan membawa semangat baru bagi ibu kota negara yang baru. Bukan sebagai kawasan konservasi membuat Kabupaten ini aman untuk dijadikan ibu kota negara baru.
Baca juga: Berbagai Skenario Pemindahan Ibu Kota
Kabupaten ini mencakup wilayah yang jauh lebih luas jika dibandingkan dengan DKI Jakarta. Memiliki lahan seluas 1,08 juta hektar, kabupaten ini memiliki kekuatan tersendiri untuk menjadi ibu kota negara.
Banyaknya lahan yang masih kosong sangat memungkinkan untuk membangun sarana prasarana pemerintahan baru. Lahan yang tersedia untuk calon ibu kota baru di kabupaten ini mencapai lebih kurang 300 ribu hektar. Kabupaten Gumas memiliki luas 3,5 kali lipat DKI Jakarta saat ini.
Pemindahan ibu kota negara mengindikasikan juga perpindahan sebagian penduduk ibu kota lama ke ibu kota baru, utamanya Aparatur Sipil Negara (ASN) beserta keluarganya. Wakil Presiden Jusuf Kalla memprediksi 1,5 juta orang harus pindah ke ibu kota baru, dengan membangun sekitar 400 rumah untuk ASN dan keluarganya (Kompas, 7/5/2019).
Namun, agaknya hal ini tidak menjadi masalah bagi Kabupaten Gumas. Kepadatan penduduk di Kabupaten Gumas saat ini hanya sebesar 11 jiwa per kilometer persegi. Tidak akan kekurangan lahan untuk penduduk yang akan datang.
Ekonomi Ekstraktif
Perekonomian di kabupaten berpenduduk lebih kurang 115 ribu jiwa ini lebih banyak bertumpu sektor ekstraktif yang mengandalkan hasil alam. Sektor ekonomi yang memberikan andil terbesar dalam perekonomian kabupaten ini adalah pertanian, disusul kehutanan dan perikanan.
Tahun 2017, subsektor tanaman Pertanian, Kehutanan dan Perikanan tercatat berkontribusi hingga sepertiga lebih dari total Rp 4,71 triliun nilai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gunung Mas. Adalah karet dan kelapa sawit yang tercatat menjadi primadona di kabupaten ini.
Kontribusi hasil perkebunan karet di kabupaten ini juga terbilang besar dibandingkan dengan wilayah lain di Provinsi Kalimantan Tengah. Data Badan Pusat Statistik Tahun 2017 menunjukkan, Gunung Mas merupakan kawasan perkebunan karet terbesar di Kalimantan Tengah.
Luas areal tanam karet di kabupaten ini mencapai 63 ribu hektar, lebih kurang mencapai 15 persen dari total kawasan perkebunan karet Provinsi Kalimantan Tengah seluas 449,7 ribu hektar.
Adapun sektor ekonomi yang memberikan andil terbesar kedua dalam perekonomian Kabupaten Gunung Mas adalah pertambangan dan penggalian. Sektor ini berkontribusi lebih kurang 12 persen dalam perekonomian kabupaten ini.
Infrastruktur Minim
Di tengah kekuatan potensi alam dalam perekonomian Gumas, pemerintah dihadapkan pada tantangan pekerjaan ekstra guna mewujudkan kelayakan kabupaten ini sebagai ibu kota. Letak wilayah yang jauh dari perkotaan dan kurangnya pembangunan infrastruktur menjadi pekerjaan yang besar bagi pemerintah, dengan biaya yang tentu tidak bisa dikatakan murah.
Jalan di Kabupaten Gumas yang sudah beraspal tidak lebih dari sepertiga total panjang jalan. Bahkan 13 persen dari jalan sepanjang total 738,99 kilometer masih berupa tanah, dan 58 persen dengan kondisi tidak terinci.
Malangnya, hampir 60 persen total jalan dalam keadaan rusak ringan dan rusak parah. Kondisi ini sangat kontras dengan DKI Jakarta, dimana sepanjang 1,7 juta kilometer jalan di Jakarta hampir seluruhnya diaspal dan dalam kondisi baik.
Sebagai Ibu kota, pergerakan antar kota, antar pulau, bahkan antar negara sudah pasti akan terjadi. Namun, sayangnya Kabupaten Gumas belum memiliki bandara untuk kemudahan akses. Bandara terdekat adalah Bandara Tjilik Riwut yang terletak di Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Berjarak 195 kilometer dari Kabupaten Gumas, diperlukan waktu lebih kurang 5 jam melalui perjalanan darat.
Kabupaten Gumas juga jauh dari pantai. Pelabuhan yang ada adalah Pelabuhan Sampit yang terletak di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Diperlukan waktu sekitar enam jam untuk menempuh jarak 264 kilometer dari Kabupaten Gumas menuju pelabuhan tersebut. Hal ini sangat perlu mendapat perhatian, mengingat koneksi antar wilayah bahkan antar negara sangat diperlukan untuk keberlanjutan suatu negara.
Kesiapan Lingkungan
Bukan hanya akses jalan, kebutuhan akan air bersih di Gunung Mas masih dipenuhi dari air sungai. Hingga tahun 2017, terdapat delapan sungai yang mengalirkan air bersih. Total potensi kapasitas produksi air yang diperoleh dari delapan sungai tersebut adalah 0,103 meter kubik per detik.
Kendati demikian, data yang ada juga menunjukkan bahwa sebenarnya kapasitas produksi efektif air di delapan sungai itu hanya dua pertiga dari total potensi. Sedangkan pada tahun yang sama, DKI Jakarta mampu memproduksi air bersih sebanyak lebih kurang 613 juta meter kubik oleh Perusahaan Air Minum (PAM). Rasanya, kebutuhan utama ini harus mendapat penanganan yang optimal.
Akses listrik di Gumas pun masih jauh dari ideal. Produksi listrik oleh PLN pada tahun 2017 sebesar 30,69 juta Kwh dan terjual sebesar 27,86 juta Kwh. Kondisinya kontras jika dibandingkan dengan ibu kota saat ini. Hanya untuk memenuhi kebutuhan listrik untuk perkantoran di Jakarta saja diperlukan 126,65 juta Kwh pada tahun 2017.
Letak wilayah yang jauh dari perkotaan dan kurangnya pembangunan infrastruktur menjadi pekerjaan yang besar bagi pemerintah, dengan biaya yang tentu tidak bisa dikatakan murah.
Sering terjadinya pemadaman listrik mendadak akibat minimnya pasokan pembangkit listrik di Kabupaten Mas juga selalu menjadi keresahan warga. Kondisi kelistrikan di Gumas memberikan gambaran sejauh mana Pemerintah akan mengeluarkan dana pembiayaan pembangunan seandainya kabupaten ini ditetapkan sebagai ibu kota baru.
Memiliki lahan luas dengan sebagian besar kawasan hutan, kebakaran masih menjadi salah satu problem yang kerapkali terjadi di Kabupaten Gumas. Awal Mei tahun ini, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) terjadi di 7 kecamatan di Kabupaten Gumas dari total 12 kecamatan yang ada. Diperlukan penanganan yang serius untuk menangani hal tersebut.
Selain karhutla, potensi banjir di Gumas cukup tinggi. Sebagai contoh, pada April 2019 tercatat banjir melanda delapan kecamatan di Kabupaten Gumas yakni Kecamatan Kurun, Mihing Raya, Sepang, Tewah, Rungan Hulu, Kecamatan Rungan Barat dan Kecamatan Kahayan Hulu Utara. Banjir terjadi akibat luapan air sungai yang dipicu oleh tingginya curah hujan.
Pada bagian selatan Gumas terdiri atas dataran rendah dan rawa-rawa yang sering mengalami banjir pada musim hujan. Kemungkinan tanah longsor juga bias terjadi di Gumas. Mengingat Gunung Mas termasuk dataran tinggi. Bagian utara merupakan perbukitan dengan ketinggian antara 100 hingga 500 meter dari permukaan air laut.
Sosial Budaya
Sekalipun bencana sering terjadi, Gumas memiliki beberapa fasilitas kesehatan yang siap menampung korban ataupun orang sakit, kendati dalam jumlah yang minim. Terdapat 1 rumah sakit yang terletak di Kecamatan Kurun, 16 puskesmas tersebar di 12 kecamatan, 50 puskesmas pembantu, dan 31 rumah bersalin.
Namun, untuk mampu menampung orang sakit yang kemungkinan akan bertambah seiring bertambahnya penduduk ketika terpilih menjadi ibu kota baru, harus dilakukan penambahan fasilitas kesehatan.
Budaya di Gunung Mas cukup beragam. Terdapat 3 keyakinan di Kabupaten Gumas dengan difasilitasi tempat ibadah masing-masing kepercayaan. Sebanyak 67 Masjid, 263 Gereja, dan 50 Pura ada di Gumas.
Dari sisi pendidikan, jumlah sekolah di Gumas cukup memadai. Terdapat 117 sekolah TK, 179 sekolah SD/MI, 60 sekolah SMP/MTS, 14 sekolah SMA, 4 sekolah SMK, dan 1 sekolah SLB. Namun, kemiskinan Gumas masih berada pada angka 5,83. Hal ini yang mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya tindakan kriminalitas di Gumas.
Masih terdapat banyak tindakan kriminalitas yang terjadi di Kabupaten Gumas. Pada tahun 2017, terdapat 96 perkara yang ditangani Kejaksaan Negeri Gunung Mas. Jenis kriminalitas yang sering terjadi antara lain narkotika, penganiayaan, dan pencurian.
Untuk mampu mewujudkan ibu kota di Kabupaten ini, masih banyak pekerjaan besar yang harus dikerjakan oleh pemerintah. Pembangunan infrastuktur yang masif mungkin diperlukan untuk menyediakan berbagai fasilitas yang membuat Gunung Mas layak menjadi ibu kota negara yang baru. (AGUSTINA PURWANTI/LITBANG KOMPAS)