Memangkas Jarak, Merekatkan Silaturahmi
Keberadaan Tol Trans-Sumatera diapresiasi banyak pemudik. Keberadaannya telah memangkas jarak, terutama antara Lampung dan Palembang. Walau belum sempurna, tol yang dibuka secara fungsional ini membantu pemudik yang ingin segera bersua dengan keluarganya di kampung halaman.
Hendrik (45), warga Depok, Jawa Barat, memilah pakaian yang ia letakkan di dalam mobilnya yang diparkir di sebuah stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) tak jauh dari Tol Palembang-Indralaya, Sumatera Selatan, Sabtu (1/6/2019). Kala itu, dia bersiap berganti pakaian setelah menyusuri Tol Sumatera yang menghubungkan Lampung dengan Palembang.
”Perjalanan lumayan lancar dan cepat,” ujar Hendri yang pergi bersama lima anggota keluarganya. Pulang saat Lebaran menjadi tradisi yang tidak pernah ia lewatkan. Tujuannya kali ini adalah Kota Medan. Di sana, dia akan berlebaran bersama keluarga.
Pria yang bekerja di sebuah perusahaan kontraktor ini tidak menyangka perjalanan bisa sedemikian cepat. Tahun lalu, dia membutuhkan waktu sekitar 11 jam dari Bakauheni-Palembang lewat Jalan Lintas Timur Sumatera. Kini, dia hanya membutuhkan waktu 6 jam untuk tiba di Palembang.
Menurut Hendri, walau baru dibuka secara fungsional, dirinya merasa cukup puas dengan keberadaan Tol Sumatera. ”Jalannya sudah baik, hanya di bagian Kayu Agung-Palembang yang masih belum sempurna,” katanya.
Ruas Tol Kayu Agung-Palembang masih berupa jalan agregat, tak heran dia harus mengurangi kecepatan dari yang semula bisa sekitar 100 km per jam, saat tiba di ruas tol itu berkurang hingga hanya 40 km per jam. ”Namanya juga fungsional, tentu masih bisa dimaklumi,” katanya.
Baginya, keberadaan tol ini sangat membantu lantaran ia tak perlu menyusuri jalan panjang melalui Jalan Lintas Timur Sumatera. Tidak hanya di ruas tol ini saja, nantinya, ujar Hendrik, dirinya juga bakal menjajal tol yang ada di Medan. ”Kalau dihitung secara total, mudik tahun ini saya bisa menghemat waktu hingga 8 jam,” katanya.
Ujang (48), warga Serang, Banten, juga menggunakan Jalan Tol Trans-Sumatera untuk pulang ke kampung halaman di Padang, Sumatera Barat. Dia tidak sendiri, lima mobil milik keluarga dan temannya juga ikut serta. ”Satu mobil ada 5-7 penumpang,” ujarnya.
Menurut dia, mudik kali ini jauh lebih ringan karena jarak yang ditempuh lebih pendek. Dulu untuk tiba di Padang, ia membutuhkan waktu hingga 36 jam. Ia yakin sekarang hanya butuh 1 hari untuk tiba di Padang.
Selain memperpendek jarak tempuh, keberadaan tol dia rasa juga lebih aman dibandingkan melewati Jalur Lintas Timur. Sampai tahun lalu, ia mengingat harus menghitung waktu agar tiba di Palembang pagi hari sehingga sewaktu melewati daerah rawan suasana masih terang.
Menurut Ujang, ada dua daerah yang dia takuti, yakni Musi Banyuasin dan Lubuk Linggau. Menurut kabar yang ia dengar, banyak tindak kriminal di dua kawasan tersebut.
Kepolisian Daerah Sumsel pun sudah menyiagakan sekitar 2.500 anggota kepolisian dan 400 anggota TNI untuk mengamankan jalur mudik. Ada sembilan titik yang dianggap rawan. Di sana disediakan sniper. ”Begal, gerandong, bajing loncat akan ditindak,” kata Kapolda Sumsel Inspektur Jenderal Zulkarnain Adinegara.
Ujang dan Hendri adalah dua dari ribuan pemudik yang telah merasakan keberadaan Tol Sumatera. Antusiasme masyarakat menggunakan jalur tol ini cukup tinggi. Bahkan, Direktorat Lalu Lintas Polda Sumsel memperkirakan di masa puncak, jumlah pemudik yang menggunakan tol fungsional mencapai 5.300 kendaraan per hari.
Tol fungsional sendiri, mulai dibuka pada 29 Mei 2019. Pada hari pertama pembukaannya, sudah ada sekitar 1.000 kendaraan yang keluar dari gerbang tol Perdu, Jakabaring, Palembang. Jumlah itu terus bertambah saat mendekati Lebaran.
Direktur Lalu Lintas Polda Sumsel Komisaris Besar Dwi Asmoro menjelaskan, pemudik yang melewati Tol Trans-Sumatera mengarah ke Palembang diperkirakan 5.300 kendaraan per hari atau sekitar 80 persen dari total kendaraan yang keluar dari Pelabuhan Bakauheni.
Khusus untuk tol dari Pematang Panggang ke Palembang sejauh 110 kilometer akan dibuka satu arah pada 29 Mei-5 Juni 2019. Pada jangka waktu ini, hanya kendaraan arah Lampung ke Palembang yang boleh melintas di tol fungsional. Adapun pada 6 Juni-11 Juni 2019, hanya kendaraan arah Palembang ke Lampung yang boleh melintas. Tol akan dibuka pada pukul 06.00 WIB-16.00 WIB. Pembatasan ini dilakukan karena tol fungsional belum memiliki penerangan yang memadai.
Walau sosialisasi terus dilakukan, tetap saja banyak pemudik dari arah Palembang bertanya, kapan jalur fungsional bisa digunakan untuk pemudik dari Palembang. Berulang kali pun petugas di lapangan menjawab pertanyaan tersebut.
Melihat antusiasme yang begitu tinggi, ujar Dwi, pihaknya telah mempersiapkan sejumlah sarana pendukung, seperti rest area, dan juga posko terpadu di pintu keluar tol. Di posko tersebut akan ditempatkan petugas untuk mengatur lalu lintas apabila sewaktu-waktu terjadi kemacetan. ”Apabila terjadi kemacetan di gerbang tol lebih dari 5 kilometer, kendaraan akan dialihkan ke jalur lintas timur,” kata Dwi.
Tol Trans-Sumatera kini menjadi perhatian utama. Bagaimana tidak, sebelum dibuka secara fungsional, sejumlah menteri memantau perkembangan pembangunan, seperti Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, dan Menteri BUMN Rini Soemarno.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru meyakini tol ini akan diminati lantaran tarif tiket pesawat yang menjulang tinggi. ”Sekarang banyak yang melewati jalur darat. Apalagi dari Lampung ke Palembang hanya butuh 5 jam,” katanya.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Yunita Resmi Sari mengatakan, keberadaan tol tidak hanya mempercepat akses perjalanan bagi para penggunanya, tetapi juga membuka simpul-simpul ekonomi yang selama ini tertutup. ”Akan ada sentra ekonomi baru yang akan muncul, terutama di dekat area pintu tol,” katanya.
Dia mencontohkan keberadaan moda raya terpadu (MRT) Jakarta yang membuka kembali Plaza Blok M yang dulunya tertutup. Demikian juga keberadaan tol ini akan membuka sentra ekonomi baru. Untuk itu, dirinya berharap pemerintah daerah membuat sentra ekonomi untuk industri dan usaha mikro kecil menengah di dalam tol, yakni di rest area dan di luar tol.
Penerapan tol fungsional bukan sekali ini terjadi di Sumsel, Lebaran tahun lalu, Tol Palembang-Indralaya (Palindra) sejauh 22,3 km juga dibuka secara fungsional. Walau tak sepanjang Tol Bakauheni-Palembang, antusiasme warga kala itu juga tinggi. Keberadaan tol mengurangi waktu terbuang di jalan, mendekatkan jarak dengan kerabat di kampung halaman.