Mendulang Inspirasi Pelayanan dari Misionaris Asal Belanda
Buku biografi berjudul Penolong Bibir Sumbing dari Spaarndam mengisahkan keteladanan Suster Andre Lemmers, FCJM. Suster Andre memberikan teladan dalam menolong sesama manusia itu tidak perlu menunggu berkecukupan. Dia juga melihat Suster Andre menolong dengan tidak membeda-bedakan.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Buku biografi berjudul Penolong Bibir Sumbing dari Spaarndam mengisahkan keteladanan Suster Andre Lemmers, FCJM. Harapannya, pembaca dapat mendulang inspirasi dari misionaris asal Belanda tersebut yang melayani sesamanya di Indonesia.
Buku Penolong Bibir Sumbing dari Spaarndam diluncurkan di Jakarta, Sabtu (1/6/2019). ”Buku biografi itu bukan untuk mengultuskan seseorang, melainkan untuk menggali inspirasi di balik kekuatan dan kelemahan orang tersebut,” kata A Bobby, penulis buku, dalam acara peluncuran.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas Haryo Damardono menyerahkan buku biografi karya Bobby kepada Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo. Buku biografi tersebut diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada 2019.
Bagi Bobby, Suster Andre memberikan teladan dalam menolong sesama manusia itu tidak perlu menunggu berkecukupan. Dia juga melihat Suster Andre menolong dengan tidak membeda-bedakan.
Oleh sebab itu, Bobby merasa antusias ketika mendapatkan kesempatan untuk menulis buku biografi Suster Andre. Adapun buku ini diluncurkan dalam rangka tiga dasawarsa Yayasan Sinar Pelangi. Suster Andre menjadi salah satu pendirinya.
Suster Andre memberikan teladan bahwa dalam menolong sesama manusia tidak perlu menunggu berkecukupan. Suster Andre juga menolong dengan tidak membeda-bedakan.
Mgr Suharyo berpendapat, Yayasan Sinar Pelangi menunjukkan semangat ”semakin beriman, semakin bersaudara, semakin berbela rasa”. Dia berharap yayasan ini dapat terus menampakkan belas kasihnya.
Melalui kata pengantarnya dalam buku biografi Suster Andre, Mgr Suharyo menyatakan kekagumannya kepada Suster Andre sebagai seorang misionaris dari Belanda yang datang ke Indonesia. Dia kagum pada niat Suster Andre untuk membantu masyarakat di tempat lain hingga membuatnya meninggalkan tanah kelahirannya.
Buku biografi itu menuturkan, ketika pertama kali menapakkan kaki di Indonesia, Suster Andre menyambangi Jakarta pada Mei 1973. Realitas ketimpangan Jakarta mampu menghalau rasa rindunya pada Belanda.
Suster Andre merasakan betapa jauhnya kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin. Ada yang tinggal di rumah-rumah megah, tetapi ada pula yang bermukim di gubuk-gubuk yang terbuat dari bahan bekas.
Setelah mengunjungi Jakarta, Suster Andre melangkah ke Pakkat, Sumatera Utara, yang berjarak 250 kilometer dari Medan. Di Pakkat, dia membantu membuatkan meja tempat menaruh alat-alat kesehatan yang dapat digerakkan mendekati tempat tidur pasien.
Suster Andre pun bertolak ke Irian Jaya pada Agustus 1973, persisnya ke daerah Enarotali. Agar dapat menyusun program kerja yang cocok untuk mengembangkan masyarakat di sana sebagai karya misionarisnya, Suster Andre bergaul dengan penduduk setempat. Ketika dia mendalami kehidupan masyarakat setempat, dia memetik pelajaran, kemiskinan dan kekurangan bukan penghalang untuk mengecap kebahagiaan.
Dari penduduk Enarotali, Suster Andre melihat, memasak tak perlu alat-alat yang mewah. Penduduk hanya memasukkannya ke dalam tanah yang sudah diletakkan kayu membara. Panci pun hanya digunakan untuk memasak air minum. Dia juga takjub pada kebahagiaan anak-anak Enarotali yang bermain bersama dengan berlarian ke sana-kemari.
Setelah mengamati kebiasaan penduduk setempat, Suster Andre mempelajari, masyarakat Enarotali suka berkebun. Namun, hasil kebunnya sering kali tak optimal akibat tidak ada pemupukan. Berbekal pengetahuannya dari semasa hidup di Belanda, dia mengajak warga setempat untuk membuat pupuk dari kotoran manusia.
Buku ini juga memuat kesan sejumlah kerabat terhadap Suster Andre. Salah satunya Presiden Direktur PT Sinar Antjol Eka Leonard Gunawan yang takjub pada karya pelayanan Suster Andre, khususnya dalam memberikan operasi gratis bagi penderita bibir sumbing, luka bakar yang parah, atau hidrosefalus lewat Yayasan Sinar Pelangi.