Saat ditanya tentang pemakaman presiden ke-2 RI, Soeharto, Ny Ani Yudhoyono menjawab, Keluarga saya tidak boleh dan tidak pernah dendam pada siapa saja.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
Nama Kristiani Herrawati atau Nyonya Ani Yudhoyono sering dikutip media massa pada awal tahun 2013. Istri presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, digadang-gadang bakal maju sebagai kandidat Ketua Umum Partai Demokrat dalam Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Bali.
Kala itu, Demokrat sedang terkena “badai”. Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum mengundurkan diri, setelah dinyatakan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Hambalang.
Sukardi Rinakit, peneliti senior Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) seperti dimuat Kompas pada 2 April 2013, menyatakan, Demokrat sedang terbelah. Ada dua aliran politik di tubuh partai, yakni Cikeas dan Anas Urbaningrum. Oleh sebab itu, katanya, butuh sebuah “sodetan” untuk menghubungkan kedua aliran itu.
Anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Amir Syamsuddin, menjelaskan, syarat Ketua Umum Partai Demokrat yang dikemukakan sesuai dengan Ny Ani Yudhoyono. Ani dinilai sebagai pemersatu partai.
”Untuk menghadapi situasi yang khusus, dibutuhkan figur ketua umum sebagai pemersatu partai. Ini sangat membantu pemulihan partai ke depan,” kata Amir di Jakarta (Kompas, 15/3/2013).
Amir mengaku sulit menemukan kader yang dapat menjadi pemersatu. Resistensi terhadap Ani juga sangat kecil. Jika menjadi ketua umum, Ani harus didukung pengurus inti yang kuat dan sinergis.
Sehari sesudahnya, Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie membantah pernyataan Amir. Menurut Marzuki, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sudah menyatakan bahwa ketua umum bukan dari keluarganya.
Akhirnya Kongres Luar Biasa Partai Demokrat yang digelar pada 30 Maret 2013 di Bali memutuskan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Sejumlah pakar menilai ini sebagai sebuah kemunduran. Menurut Sukardi, ini membuktikan bahwa Demokrat masih bergantung pada figur. Belum tumbuh daun-daun harapan di Demokrat ihwal rekrutmen dan kaderisasi kepemimpinan.
Saat Soeharto mangkat
Dalam lembar sejarah berikutnya, Ny Ani tercatat sebagai tokoh yang tidak pernah memelihara dendam. Kompas pada Selasa (26/1/2016), melaporkan sikap Yudhoyono ketika presiden ke-2 RI, Soeharto, mangkat.
Minggu, 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB, Soeharto berpulang. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono , setelah menerima laporan tentang hal itu, membatalkan keberangkatannya ke Bali untuk membuka Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Antikorupsi.
Menurut Juru Bicara Presiden Dino Pati Djalal, ada sejumlah pertanyaan yang ditujukan kepada Ny Ani Yudhoyono. Bunyi pertanyaan itu antara lain, ”Mengapa keluarga Yudhoyono memberikan perlakuan istimewa pada wafatnya Pak Harto, padahal dulu pernah ada episode yang tidak enak antara Presiden Soeharto dan Jenderal Sarwo Edhie, ayah Ny Ani Yudhoyono dan mertua Yudhoyono.”
Pertanyaan berikutnya, ”Ketika Letjen Sarwo Edhie Wibowo wafat tahun 1989, masyarakat melihat perhatian Presiden Soeharto biasa-biasa saja.”
Mendapat pertanyaan itu, Ny Ani Yudhoyono menjawab, ”Keluarga saya tidak boleh dan tidak pernah dendam pada siapa saja.”
Demikian sepenggal kisah tentang Ny Ani Yudhoyono. Ia dikenal sebagai pemersatu dan peluruh dendam. Pada Sabtu (6/1/2019) pukul 11.50 waktu Singapura, Ny Ani Yudhoyono berpulang untuk selama-lamanya.
Selama kurang lebih tiga bulan sebelumnya, Ny Ani Yudhoyono dirawat di National University Hospital (NUH), Singapura. Dalam kondisi terbaling lemah, Ny Ani Yudhoyono masih membuat sejuk iklim politik nasional yang memanas setelah Pemilu 2019.
Sejumlah elite politik bergantian menjenguk Ny Ani. Perbedaan politik pun melebur. Yang ada hanya doa untuk kesembuhan Bu Ani.