Arus mudik di jalur selatan Jawa Barat tidak seramai tahun lalu. Namun, pengamanan tetap dilakukan di simpul-simpul kemacetan yang telah dievaluasi sebelumnya, seperti kanalisasi yang dilaksanakan di Pasar Limbangan, Garut.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Arus mudik di jalur selatan Jawa Barat diprediksi tidak akan seramai tahun lalu. Namun, pengamanan tetap dilakukan di simpul-simpul kemacetan, seperti kanalisasi yang dilaksanakan di Pasar Limbangan, Garut.
Wakil Kepala Kepolisian RI Komisaris Jenderal Ari Dono Sukmanto di Nagreg, Kabupaten Bandung, Sabtu (1/6/2019), menyatakan, puncak arus mudik diprediksi tidak akan sepadat tahun lalu, terutama di jalur selatan Jabar. Jalur ini cenderung kurang dipadati pemudik karena rentang libur yang panjang dan adanya Tol Trans-Jawa.
Menurut Ari, pola pengamanan di jalur selatan dilaksanakan berdasarkan evaluasi mudik tahun lalu. Di jalur ini, terdapat beberapa titik padat, seperti Pintu Tol Cileunyi, kompleks Pabrik Rancaekek, pasar-pasar tumpah dan tanjakan Gentong Tasikmalaya. Beberapa sumber macet telah teratasi dengan optimalisasi pelayanan dan efek libur panjang.
”Jalur selatan relatif sepi. Kepadatan di Rancaekek tidak ditemui tahun ini karena di masa mudik pabrik-pabrik tidak beroperasi. Namun, kepadatan masih ditemui di pelintasan kereta api sebidang, ada 64 pelintasan,” ujarnya di sela kunjungan Pos Pengamanan Mudik Cikaledong, Kabupaten Bandung.
Berdasarkan pantauan Pos Cikaledong, jumlah kendaraan yang melintasi jalur Nagreg cenderung menurun dibandingkan tahun lalu. Dari tiga hari awal masa mudik, jumlah kendaraan yang masuk dari jalur Nagreg menurun hingga lebih dari 10 persen. Terakhir, Jumat atau H-5 Lebaran jumlah kendaraan yang masuk ke Nagreg mencapai 29.473 unit atau turun 7,5 persen dari tahun lalu.
Peningkatan hanya terjadi pada Kamis (30/5/2019) atau H-6 lebaran untuk kendaraan yang keluar dari jalur Nagreg. Kendaraan yang keluar dari Nagreg mencapai 65.025 unit, meningkat 14,3 persen dari tahun lalu.
”Saya memprediksi puncak arus mudik telah dilalui. Jumlah kendaraan yang melalui jalur selatan cenderung turun. Waktu libur yang panjang memberikan pilihan kepada masyarakat agar tidak terkena macet. Namun, kami tetap memberikan kelancaran dengan pengawasan dan rekayasa yang diperlukan jika terjadi kemacetan,” ujarnya.
Pasar tumpah
Aktivitas masyarakat yang masih mengakibatkan kemacetan adalah pasar tumpah di beberapa titik, terutama Pasar Limbangan. Ari mengatakan, kemacetan ini diantisipasi dengan membuat kanalisasi lebih kurang 1 kilometer sepanjang pasar Limbangan.
Delman atau andong sebagai penyebab kemacetan di Limbangan juga dihentikan. Sebagai kompensasi, Wakil Bupati Garut Helmi Budiman menyatakan, pemerintah telah memberikan Rp 486 juta untuk sekitar 600 delman. Setiap delman akan diberikan Rp 75.000 per hari dan mereka berhenti beroperasi mulai dari H-4 hingga H+3 Lebaran.
”Warga tetap tertib menyambut mudik tahun ini. Kanalisasi berjalan dengan baik dan petugas gabungan telah dikerahkan untuk mengamankan jalur,” katanya.