JAKARTA, KOMPAS – Demi merebut tiket ke Olimpiade Tokyo 2020, pebalap sepeda putri Elga Kharisma Novanda terus beradaptasi pada disiplin lomba baru, yaitu trek. Elga meninggalkan disiplin BMX yang menjadi spesialisasinya karena berbagai cedera yang dia alami. Kini, Elga menjalani penyesuaian latihan agar bisa tampil maksimal di balap sepeda trek.
Sejak pertama kali menggeluti balap sepeda pada 2008, Elga memang fokus di balap sepeda BMX. “Memasuki masa pelatihan yunior, saya mempelajari semua, mulai dari road bike, cross country, dan trek. Pada 2011, saya berlatih di spesialisasi BMX. Barulah dua tahun terakhir, saya berlatih di dua disiplin, yaitu BMX dan trek,” ujarnya di Jakarta, Jumat (31/5/2019).
Selama ini, Elga dikenal sebagai "Ratu BMX" Asia Tenggara karena berhasil menorehkan prestasi merebut tiga emas SEA Games pada 2011, 2013, dan 2017. Pada SEA Games 2015 di Singapura, BMX tidak dilombakan. Di PON Jabar 2016, Elga membuktikan dirinya bukan hanya lihai di lintasan BMX. Setelah merebut medali emas di nomor andalannya tersebut, Elga meraih emas di nomor trek 500 meter time trial putri elite.
Menjelang Asian Games 2018, Elga juga disiapkan untuk tampil di BMX dan trek. Namun, cedera pinggang memaksa Elga absen di disiplin BMX saat pesta olahraga antarnegara se-Asia itu bergulir. Setelah menjalani operasi dan menepi latihan selama enam bulan, Elga sudah kembali ke lintasan balap sepeda. Dia pun siap melanjutkan perjuangan untuk berburu tiket ke Olimpiade 2020, kali ini fokus di disiplin trek.
Elga menuturkan, ada perbedaan mendasar di kedua disiplin olahraga yang digelutinya. “Kalau BMX itu lebih menggunakan skill, karena ada gerakan meloncat dan manual. Tetapi, kalau trek lebih membutuhkan tenaga dan daya tahan. Lintasannya juga berbeda,” katanya.
Namun, Elga tidak mengalami kendala berarti dalam proses perpindahan spesialisasi lomba ini. “Saya sudah menggeluti BMX dan menguasai skill yang cukup baik, jadi begitu pindah ke trek tidak sulit karena tidak banyak gerakan yang harus dilakukan,” katanya.
Tantangan yang paling berat adalah rasa bosan karena berlatih adu kecepatan di velodrom. Berbeda dengan saat berlatih BMX, banyak gerakan-gerakan menantang yang dapat dilakukan. menyiasati rasa bosan dengan sesekali berlatih BMX saat akhir pekan atau istirahat latihan utama.
Kini, seiring berjalannya waktu, Elga mulai merasa nyaman dan menemukan chemistry menjalani latihan di lintasan velodrom. Elga juga masih terus berusaha menambah power dan daya tahan tubuh dengan berlatih angkat beban dan renang. Hal ini dilakukan untuk menghadapi ketatnya persaingan di tingkat Asia dan dunia.
Untuk mewujudkan cita-citanya lolos ke Olimpiade 2020, Elga bersama pebalap sepeda trek Chrismonita Dwi Putri dan Ayustina Della Priatna akan mengikuti kualifikasi Olimpiade di kejuaraan China Track Cup I pada 6 Juni 2019. Ini debut Elga di kejuaraan setelah pulih dari cedera.
Ketua Umum PB ISSI Raja Sapta Oktohari mengatakan, mengingat persiapan menuju Olimpiade sangat singkat, yaitu hanya satu tahun, tim balap sepeda akan mengirimkan atlet-atlet pelapis ke SEA Games 2019. Persaingan di tingkat Asia Tenggara dianggap sebagai sasaran antara menuju Olimpiade.
“Kami memandang serius persiapan atlet menghadapi SEA Games 2019 dan Olimpiade 2020. Tetapi, dalam waktu singkat ini, kami fokus untuk mengumpulkan poin ke Olimpiade. Oleh karena itu, kalau waktu SEA Games bertabrakan dengan kualifikasi Olimpiade, atlet-atlet senior yang diproyeksikan tampil di Tokyo 2020 akan dikirim ke babak kualifikasi demi kepentingan jangka panjang,” tegas Okto.
Sebagai atlet yang diproyeksikan tampil di Olimpiade Tokyo 2020, Elga merasa tanggung jawabnya semakin besar. Apalagi, dia belum puas pada penampilan terakhirnya di Asian Games 2018. “Saya sadar, level saya bukan di SEA Games lagi. Saya harus memikirkan prestasi ke depan. Sejak lama saya sudah tahu tidak akan main di SEA Games, dan menurut saya tidak masalah,” ujar Elga.