Senja di jalan tol mungkin tak cukup istimewa bagi pengguna yang melintasinya. Berbeda dengan yang dirasakan warga sekitar tol, mereka menikmatinya sebagai hiburan.
Oleh
MELATI MEWANGI
·4 menit baca
Senja di jalan tol mungkin tak cukup istimewa bagi pengguna yang melintasinya. Berbeda dengan yang dirasakan warga sekitar tol, mereka menikmatinya sebagai hiburan. Cukup memandang dari tepi, lalu lintas kendaraan seolah menghipnotis mereka.
Pemandangan itu terjadi setiap sore menjelang waktu berbuka puasa atau yang biasa disebut ngabuburit. Terlihat sejumlah warga memarkirkan motornya di ruas Jalan Permai Raya, jalan kecil yang berada tepat di samping pintu Gerbang Tol Cikampek Utama, Karawang, Jawa Barat. Mereka rutin memantau jalan tol sejak gerbang tol baru di Cikampek Utama Kilometer 70 itu diresmikan.
Pada Sabtu (1/6/2019) pukul 16.55, Syukur (40), bersama kedua putrinya, Umaira (2) dan Fauziah (8), duduk di trotoar tumpukan balok beton, berbatasan dengan kali kecil di samping tol. Mata mereka tak berkedip menyaksikan satu demi satu kendaraan yang melintasi gerbang tol.
Kaki kecil Umaira lincah berlari ke sana-kemari sambil menunjuk kendaraan besar yang melaju kencang. Saat ada bus lewat, ia pun spontan melantunkan lagu ”Hey tayo! Hey tayo! Dia bus kecil ramah.” Dia tertawa dan berlari lagi, oh, senangnya.
Bagi Syukur, membawa anak-anak ke lokasi itu artinya membiarkan imajinasi mereka berkembang. Jika biasanya hanya melihat dari layar handphone dan televisi, kini macam-macam kendaraan dan warna terpampang nyata. Semua hal tak luput dari perhatian anak-anak.
Kegembiraan itu tak hanya dinikmati anak sebaya Umaira, kaum remaja dan lanjut usia juga larut di dalamnya. Ada yang asyik berswafoto dengan latar belakang jalan tol, melakukan siaran langsung di Instagram, dan sebagian menonton dalam hening.
Para warga tak banyak berdialog dengan sesama penikmat senja lainnya. Dialog itu justru muncul dari pengguna jalan tol yang memecah keheningan. ”Ayo ikut awak ke Jawa, antar mereka mudik dulu. He-he-he...,” teriak salah satu kernet bus berpelat Lampung itu sambil membuka kaca jendela. Warga pun menyambut dengan riuhan suara, ”Ayooooo...,” yang kompak diikuti lambaian tangan.
Kehebohan tak berhenti, kernet bus lain juga menyapa warga dengan berbagai bahasa daerah, ”Ayo para sadulur (saudara), yok mulihning (ayo pulang ke) Jawa Timur”. Sontak seorang warga menyeletuk, ”Orang Jawa banyak yang merantau tebih (jauh) nyak.” Indahnya perbedaan.
Penasaran
Dinamika yang terjadi di jalan tol memunculkan sejuta keingintahuan bagi anak-anak yang menyaksikan. Tatang (66), warga Desa Kamojing, Kecamatan Cikampek, Karawang, datang bersama cucunya, Rika (3). Setelah mandi sore, sang cucu kerap merengek minta diantar ke trotoar samping jalan tol.
Pintu gerbang masuk tol itu seperti magnet bagi cucunya. Sejak kedatangannya, Rika menanyakan hal ini-itu kepada sang kakek. ”Itu apa?” dan ”Kenapa berhenti?”. Tatang pun dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Wahyu (38), warga Cikampek, juga mengajak ketiga anaknya duduk di atas pembatas jalan (water barrier) tepi tol menjelang senja. Sama seperti Rika, anak-anak Wahyu juga menanyakan hal yang, menurut mereka, asing di jalan tol.
Sorot mata para orangtua begitu lekat mengawasi anak-anaknya yang asyik berlarian. Pasalnya, lokasi tersebut cukup berbahaya, berbatasan dengan kali kecil sedalam lebih kurang 1,5 meter. Jika lengah dari pantauan, anak-anak dapat terpeleset.
Selain itu, kendaraan yang melaju kencang berpotensi membawa debu dan kotoran. Para warga menyadari itu berbahaya bagi kesehatan. Namun, bagi mereka, itu merupakan tontonan menarik selagi murah. ”Insya Allah, aman-aman saja,” kata Wahyu.
Hiburan gratis ini tidak akan berlangsung lama. Menurut Irra Susiyanti, Corporate Communication Department Head Jasa Marga, setelah masa arus balik Lebaran 2019, di sepanjang lokasi tersebut akan dibangun tembok pembatas sebagai bentuk antisipasi keselamatan bagi pengguna tol dan warga sekitar.
Pemandangan serupa terlihat di jembatan atas tol penghubung Jalan Alternatif Cinangka, Bungursari, Purwakarta. Sejumlah warga memarkirakan motornya berderet di tepi trotoar. Abdul (37) dan Ilham (6), misalnya, turun dari motor, lalu mengintip jalan tol dari atas melalui jeruji pagar jembatan.
Ilham tampak senang menonton setiap kendaraan yang lewat, begitu pun dengan Abdul. ”Rasanya senang bisa memantau jalan tol arus mudik secara langsung. Berkat jalan tol, pemudik bisa sampai tujuan lebih cepat,” kata Abdul sambil tersenyum.