Iran kembali menunjukkan kesediaannya untuk bertemu dengan Amerika Serikat. Akan tetapi, pertemuan hanya akan dapat terwujud berdasarkan sejumlah syarat.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
DUBAI, MINGGU — Iran kembali menunjukkan kesediaannya untuk bertemu dengan Amerika Serikat. Akan tetapi, pertemuan hanya akan dapat terwujud berdasarkan sejumlah syarat, antara lain AS dapat menunjukkan rasa hormat kepada Iran dan bersedia mencabut sanksi ekonomi atas Iran.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, Iran berkomitmen untuk mengedepankan logika dan komunikasi jika pihak lain sepaham dan bersedia mengikuti aturan internasional. Untuk itu, Teheran bersedia untuk berbicara dengan Washington jika AS menunjukkan rasa hormat kepada Iran.
Rouhani menyampaikan, pidato Presiden AS Donald Trump yang terbaru menunjukkan pandangan AS yang berubah-ubah terhadap Iran.
”Trump sebelumnya ingin menghancurkan Iran, tetapi sekarang mengatakan tidak ingin berurusan dengan sistem kami,” kata Rouhani dalam pertemuan dengan atlet Iran di Teheran, Iran, Sabtu (1/6/2019), seperti dikutip dari kantor berita Fars.
Teheran, lanjutnya, akan semakin terbuka untuk berbicara dengan Washington jika AS membatalkan sanksi ekonomi. Washington kembali memberlakukan sanksi ekonomi terhadap Iran sehingga hanya sejumlah negara yang dapat mengimpor minyak dari Iran pada 2018.
Namun, pada 2019, AS berencana menghentikan pengecualian tersebut. Dengan demikian, tidak ada lagi negara yang mengimpor minyak dari Iran.
Adapun Washington mengirim beragam sinyal kepada Teheran sepanjang 2019. Hal ini karena, menurut laporan sejumlah media AS, kabinet Trump masih memiliki pandangan yang berbeda mengenai seberapa jauh AS harus bersikap terhadap Iran.
Presiden AS Donald Trump awalnya mendesak Iran untuk berdialog, terutama guna membahas penghentian program nuklir Iran pada 9 Mei 2019. Sepuluh hari kemudian, Trump mengatakan, AS tidak segan menggunakan konfrontasi militer hingga menghancurkan Iran.
Namun, sikap Trump kemudian kembali melunak. ”Iran memiliki kesempatan untuk menjadi negara besar di bawah kepemimpinan yang sama. Kami tidak ingin mengganti rezim, saya hanya ingin memperjelas hal ini,” kata Trump, pekan lalu.
Negosiasi
Sejumlah pejabat AS telah membicarakan kemungkinan adanya negosiasi baru antara AS-Iran mengenai program nuklir Iran. Namun, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, Iran tidak akan bernegosiasi dengan Washington.
Perseteruan antara AS-Iran dimulai ketika AS menolak Iran mengembangkan senjata nuklir. Di bawah Trump, AS mundur dari kesepakatan nuklir yang dibuat dengan Iran (JCPOA) pada 2018 dengan alasan kesepakatan ini tidak kuat. AS ingin membuat kesepakatan baru.
JCPOA adalah kesepakatan antara Iran dan negara P5+1, yaitu AS, Inggris, Perancis, China, Rusia, dan Jerman pada 2015. Setelah mundur dari JCPOA, AS menekan Iran melalui sanksi-sanksi ekonomi.
Perseteruan AS-Iran semakin memanas sejak AS menambah kekuatan militer di kawasan Teluk Persia. AS mengerahkan kapal induk USS Abraham Lincoln dan USS Arlington, pesawat pengebom B-52, serta sistem antirudal patriot.
Iran menyatakan tidak gentar dengan tindakan AS. Setelah sempat mengancam jalur perdagangan minyak dunia di Selat Hormuz, Iran mengancam melanjutkan pengembangan senjata nuklir. (REUTERS/AFP/THE WASHINGTON POST)