"Kaulah yang dirindukan Sang pengembara, yang menapaki harinya tanpa huru hara, hingga puncak almater para kesatria.Jika bungamu jatuh berguguran, dalam semerbak wangi sinar pesona, kau ucapkan selamat datang. Pada pengembara berpedati tua, yang tak henti berucap bahagia, karena perjalanan panjangnya tak sia-sia, berakhir di batas kota..."
Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY tentu tak akan lupa dengan puisi berjudul "Flamboyan" yang ditulis dalam suratnya bagi sang kekasih, yang kemudian menjadi istrinya, Kristiani Herrawati atau Ani Yudhoyono. Puisi itu ditulisnya saat jadi taruna Akademi Militer Magelang, Jawa Tengah, pada 1970-1973.
Puisi itu sempat dibacakan lagi oleh para presenter televisi yang pernah bertugas di Istana Kepresidenan saat SBY, didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono, bertugas sebagai Presiden ke-6 RI, dua kali masa jabatan 2004-2009 dan 2009-2014.
Meski tak bisa datang menengok Ani Yudhoyono di National University Hospital (NUH), Singapura, video puisi itu mewakili dukungan, simpati dan doa mereka bagi Ani Yudhoyono yang sedang berjuang melawan kanker darah di rumah sakit tersebut, sejak awal Februari lalu.
Bagi SBY sendiri, flamboyan (Delonix regia) dengan bunganya, yang berwarna terang serta menyebar, yang terdiri dari empat kelopak berwarna merah atau oranye merah, menjadi simbol cintanya kepada Ani Yudhoyono. Cinta itu tumbuh saat pandangan mata pertama saat SBY, yang menjadi Komandan Divisi Korps Taruan harus melapor kepada ayah sang kekasih, Gubernur AKMIL Sarwo Edhi Wibowo, mantan Komandan Jenderal Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD, kini Kopassus).
Sekretaris Pribadi SBY, Ossy Darmawan, yang mendampingi SBY selama di rumah sakit di Singapura kepada Kompas, Sabtu (1/6/2019) malam, mengakui pula pernah mendengar puisi tentang bunga Flamboyan sebagai tanda cinta SBY kepada Ani Yudhoyono. "Seingat saya waktu ulang tahun pernikahan pak SBY dan Ibu Ani," ungkapnya.
Ani Yudhoyono kemudian dinikahi SBY pada 30 Juli 1976. Buah cinta kasih pasangan itu adalah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas). Keluarga SBY menjadi lengkap setelah perkawinannya AHY dengan putri Deputi Gubernur Bank Indonesia Aulia Pohan, Annisa Larasati, serta Ibas dengan Aliya Radjasa, putri dari mantan Menko Bidang Perekonomian Hatta Radjasa, yang membuahkan empat cucu, yaitu Almira Tunggadewi, Airlangga Satriadhi, Pancasakti Maharajasa dan Gayatri Idalia.
Ani Yudhoyono memang tak hanya istri tetapi juga belahan jiwa SBY, demikian pula sebaliknya. Saat SBY bertugas sebagai Presiden, istrinya selalu mendampingi.
Saat istrinya sakit, SBY tak sekalipun meninggalkannya. Bahkan, SBY rela tidur di tempat seadanya demi berada di samping sang istri.
Pada 16 Mei 2019, kesehatan Ani Yudhoyono sempat membaik. Ditemani SBY dan menantunya Annisa, Ani begitu bahagia saat untuk pertama kalinya menikmati udara bebas dan turun dari ruang perawatan ke halaman rumah sakit meski tetap di atas kursi roda.
Dengan wajah cerah dan senyum lebar, Ani Yudhoyono mengangkat lebar kedua tangannya ke atas, seperti bebas. Namun, Tuhan Maharahim berkehendak lain. Sejak Rabu (29/5/2019) kesehatannya tiba-tiba memburuk sehingga Ani dirawat di ruang ICU.
Seluruh keluarganya lalu dipanggil dan dikumpulkan. "Sebagai istri, ibu Ani luar biasa semangat pengorbanannya untuk keluarga dan saya sebagai suami. Waktu saya bertugas di Timor Timur, Ibu Ani bukan hanya mengurusi AHY dan Ibas yang masih kecil, tetapi juga ibu-ibu istri prajurit anak buahnya yang ditinggal. Belum lagi jika ada prajurit yang meninggal, Ibu Ani juga ikut mengurus semuanya. Itulah pengorbanan ibumu sejak dulu," ujar Ossy, mengulang kata-kata SBY kepada AHY dan Ibas, saat-saat menjelang Ani Yudhoyono memejamkan mata, Sabtu (1/6/2019) pukul 11.50 waktu Singapura.
Tak kenal lelah
Ani Yudhoyono, kelahiran Yogyakarta, 6 Juli 1952, memang sosok enerjik dan aktif di berbagai kegiatan. Diantaranya, di bidang seni kerajinan, kesehatan, perempuan, anak-anak dan sosial politik.
Sebagai "anak kolong" atau anak tentara, Ani sosok tak kenal lelah. Dia bergerak ke mana saja, dalam berbagai kegiatan sejak remaja hingga mendampingi SBY sebagai Presiden RI.
Selain anggota persatuan istri Tentara Kartika Chandra Kirana, Ani Yudhoyono juga aktif antara lain di Dharma Pertiwi, Women Internasional Club, dan Dewan Kerajinan Nasional. Ani juga Ketua Kehormatan Perkumpulan Pemberantasan Tuberkolosis, ikon dari Thalassaemia Indonesia dan duta nasional pencegahan HIV/AIDS. Bahkan, Ani Yudhoyono ikut mendirikan dan jadi Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat saat Ketua DPP Partai Demokrat dipimpin oleh Hadi Utomo pada 2004.
Ani Yudhoyono juga berhasil menggerakkan istri-istri para menteri Kabinet Indonesia Bersatu, yang disebut dengan Solidaritas Istri-Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB). Dengan memanfaatkan dana sosial BUMN, Ani mendirikan gerakan solidaritas membantu pendidikan anak-anak di berbagai tempat dengan Mobil Pintar, Motor Pintar dan Kapal Pintar.
Tak heran jika sejumlah penghargaan diraihnya. Selain pernah mendapat Tanda Kehormatan Bintang RI Adipradana pada 2011 dari pemerintah, Ani juga pernah mendapat pin emas tanda inaugurasi atau pengangkatan sebagai Tokoh Penggerak Keuangan Mikro Indonesia dari pemenang Nobel Perdamaian 2006 Muhammad Yunus.
Di kalangan jurnalis Istana, salah satu yang tak terlupakan adalah ketika Ani Yudhoyono mulai memotret. Hobinya membuahkan buku foto, “The Colour of Harmony, a Photography Journey.
Kini, bunga Flamboyan itu telah pergi. Selamat jalan Ani Yudhoyono…..