Setelah kekecewaan di Liga Inggris, Liverpool akhirnya menutup musim 2018-2019 dengan sebuah trofi. Dua gol dari Mohamed Salah dan Divock Origi mengantar Liverpool sebagai juara Liga Champions Eropa 2019.
Oleh
J Waskita Utama
·3 menit baca
MADRID, KOMPAS — Setelah kekecewaan di Liga Inggris, Liverpool akhirnya menutup musim 2018-2019 dengan sebuah trofi. Dua gol dari Mohamed Salah dan Divock Origi mengantar Liverpool sebagai juara Liga Champions Eropa 2019.
Dalam laga final yang berlangsung di Stadion Wanda Metropolitano, Madrid, Spanyol, Sabtu (1/6/2019) atau Minggu (2/6) dini hari WIB, ”The Reds” mengalahkan Tottenham Hotspur, 2-0. Gelar keenam Liverpool di kompetisi tertinggi Eropa ini diperoleh setelah bertahan cukup rapat menghadapi gempuran Spurs yang lebih menguasai jalannya pertandingan.
Liverpool langsung unggul di menit kedua lewat tendangan penalti Salah. Penalti diberikan wasit setelah tendangan pelan Sadio Mane mengenai tangan gelandang Spurs, Moussa Sissoko. Tendangan keras Salah tak mampu dihadang kiper Spurs, Hugo Lloris.
Setelah itu, praktis Spurs lebih banyak menguasai bola dan mengambil inisiatif serangan. Namun, buruknya penyelesaian akhir membuat kedudukan tidak berubah saat jeda.
Memasuki babak kedua, Spurs terus menekan Liverpool. Namun, pertahanan Liverpool yang digalang duet bek tengah Virgil van Dijk dan Joel Matip mampu meredam trio penyerang Spurs, Harry Kane, Son Heung-min, dan Delle Ali.
Serangan Liverpool mulai hidup setelah Pelatih Juergen Klopp memasukkan Divock Origi dan James Milner menggantikan Roberto Firmino dan Giorgino Wijnaldum. Dari tendangan sudut Milner pada menit ke-87, Matip meneruskan bola kepada Origi yang melepaskan tendangan ke tiang jauh dan tak dapat dijangkau Lloris.
Upaya Spurs membalas lewat Son, Christian Eriksen, dan Kane berhasil dimentahkan kiper Liverpool Allison Becker. Saat peluit panjang berbunyi, Klopp dan Liverpool meraih trofi yang tahun lalu luput dari genggaman karena dikalahkan Real Madrid di final.
Origi pun meneruskan tradisi pemain pengganti yang mencetak gol pada final Liga Champions. Pada empat dari lima final terakhir, pemain pengganti selalu mencetak gol masing-masing Marcelo (Real Madrid, 2014), Yannick Carrasco (Atletico Madrid, 2015), Marco Asensio (Real, 2017), dan Gareth Bale (Real, 2018)
Atmosfer final
Atmosfer final di dalam stadion milik Atletico Madrid ini telah terbangun sekitar 2 jam sebelum laga dimulai. Suporter Liverpool di tribun selatan dan Spurs di utara memanaskan suasana dengan beradu bersorak dan bernyanyi.
Para pendukung semakin bersemangat saat para pemain mulai masuk ke lapangan untuk pemanasan. Saat pemain mula Spurs diumumkan, pendukung tim berjuluk ”Lily White” itu menyambut dengan sorakan, terutama saat nama Kane, yang kembali bermain setelah cedera engkel, diumumkan.
Pendukung Liverpool ganti bersorak saat nama pemain mereka diumumkan. Nama Salah, bintang Liverpool yang tahun lalu cedera di final saat diganjal kapten Real Madrid, Sergio Ramos, mendapat sorakan paling keras saat diumumkan paling akhir.
Semangat penonton semakin membara saat grup musik Imagine Dragons tampil dengan lagu-lagu yang mengentak, diiringi ratusan anak muda penabuh tambur yang membuka laga final. Kembang api dan jilatan api ke udara dari balik panggung secara harafiah membuat udara terasa lebih panas.
Sayangnya laga yang diharapkan berjalan sengit dan penuh kejutan, seperti saat Liverpool menyingkirkan Barcelona dan Spurs menyisihkan Ajax Amsterdam, di final seolah berakhir setelah gol penalti Salah. Liverpool lebih banyak bertahan dan memperlambat tempo saat bola keluar lapangan atau harus melakukan tendangan penjuru.
”Liverpool layak menang, tetapi harus diakui, pertandingannya berjalan agak membosankan,” ujar kapten timnas Filipina, Phil Younghusband, yang hadir di stadion sebagai tamu Nissan, salah satu sponsor resmi Liga Champions Eropa.