Pergelaran Kolosal Semarakkan Peringatan Hari Pancasila 1 Juni di Bali
Pergelaran seni dan budaya oleh sekitar 450 seniman menyemarakkan puncak peringatan Hari Pancasila 1 Juni di Bali, Sabtu (1/6/2019) malam. Pemerintah Provinsi Bali menggelar pementasan teatrikal puisi karya Soekarno dan oratorium drama tari berjudul Gerakan Kekuatan Pancasila di Taman Budaya, Denpasar, serangkaian puncak peringatan Hari Pancasila.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS – Pergelaran seni dan budaya oleh sekitar 450 seniman menyemarakkan puncak peringatan Hari Pancasila 1 Juni di Bali, Sabtu (1/6/2019) malam. Pemerintah Provinsi Bali menggelar pementasan teatrikal puisi karya Soekarno dan oratorium drama tari berjudul Gerakan Kekuatan Pancasila di Taman Budaya, Denpasar, serangkaian puncak peringatan Hari Pancasila.
Peringatan Hari Pancasila itu dirangkaikan dengan perayaan bulan Bung Karno yang akan berlangsung hingga 30 Juni mendatang. Pembukaan acara dilangsungkan di Taman Budaya, Denpasar, Sabtu malam, dengan dihadiri Gubernur Bali Wayan Koster, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Wakil Kepala Polda Bali Brigadir Jenderal I Wayan Sunartha, dan pimpinan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Provinsi Bali.
Hadir pula anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Wisnu Bawa Tenaya dan anggota Satuan Tugas Khusus BPIP Romo Benny Susetyo, anggota DPR RI yang juga Duta Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) Rieke Diah Pitaloka, mantan Gubernur Bali dua periode (2008-2013 dan 2013-2018) Made Mangku Pastika, dan sejumlah bupati serta wakil bupati di Bali.
Bali menjadi pelopor gerakan Pancasila. Di Bali, Pancasila diletakkan sebagai dasar kekuatan bangsa
Rangkaian acara peringatan Hari Pancasila 1 Juni dan perayaan bulan Bung Karno di Taman Budaya, Denpasar, juga diisi dengan pameran foto dan pidato Bung Karno dokumentasi ANRI, pameran mural bertemakan Pancasila dan Bung Karno, dan pergelaran seni.
Dalam pembukaan acara, Rieke Diah Pitaloka menyatakan, Bung Karno sebagai penggagas Pancasila dalam pidatonya di depan rapat Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 1 Juni 1945.
Rieke mengatakan, Bung Karno juga menyatakan Pancasila bukan agama melainkan falsafah kehidupan bangsa Indonesia. “Bali adalah contoh terbaik Pancasila dibumikan dalam kehidupan masyarakatnya,” kata Rieke.
“Bung Karno memberikan pesan kuat bagaimana bangsa akan bisa maju jikalau tanpa memiliki persatuan dan kesatuan. Saya berharap peringatan Hari Pancasila bukan sekedar seremonial namun menjadi gerakan. Mari gelorakan dari tanah dewata, ini saatnya Pancasila untuk tanah Indonesia,” ujar Rieke.
Mewakili BPIP, Romo Benny Susetyo mengatakan, Bali menjadi inspirasi bagi Indonesia dalam menegakkan Pancasila. Pemerintah Provinsi Bali, ujar Romo Benny dalam sambutannya, menjadikan Pancasila sebagai arah kebijakan dan arah pembangunan Bali. “Bali menjadi pelopor gerakan Pancasila. Di Bali, Pancasila diletakkan sebagai dasar kekuatan bangsa,” kata Romo Benny.
Teatrikalisasi puisi
Adapun Koster mengungkapkan, Pancasila menjadi kekuatan utama yang menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sejak Pancasila disampaikan Bung Karno pada rapat BPUPKI 1 Juni 1945. “Tanpa ideologi dan tanpa landasan filosofi, ujar Bung Karno 74 tahun lalu, bangsa akan sulit mencapai tujuan negara,” kata Koster, Sabtu malam.
“Malam ini, kita berkumpul di sini untuk memperingati 74 tahun lahirnya Pancasila dan mengenang Bung Karno sebagai bapak pendiri bangsa,” ujar Gubernur Bali itu.
Dalam puncak peringatan Hari Pancasila 1 Juni di Taman Budaya, Denpasar, sekitar 450 seniman dengan sutradara pertunjukan I Made Sidia, dalang dan juga dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, menampilkan keahlian mereka di bidang seni. Mereka menampilkan seni tari, seni gamelan, dan oratorium drama tari kolosal bertajuk Gerakan Kekuatan Pancasila.
Tanpa ideologi dan tanpa landasan filosofi, ujar Bung Karno 74 tahun lalu, bangsa akan sulit mencapai tujuan negara
Para seniman itu juga tampil dalam teatrikalisasi puisi yang berjudul “Aku Melihat Indonesia.” Puisi “Aku Melihat Indonesia” ciptaan Bung Karno itu dibacakan istri Gubernur Bali yang juga penyair, Ni Putu Putri Suastini Koster.