Ramah, peduli, dan tidak kenal lelah. Pujian datang dari para tokoh yang melayat istri presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Kristiani Herrawati atau Ny Ani Yudhoyono, di kediaman keluarga Yudhoyono, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu (2/6/2019).
Oleh
SATRIO WISANGGENI/AGNES THEODORA/IGA BAGUS ANGGA PUTRA/RYAN RINALDY/Tri Agung Kristanto
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ramah, peduli, dan tidak kenal lelah. Pujian datang dari para tokoh yang melayat istri presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Kristiani Herrawati atau Ny Ani Yudhoyono, di kediaman keluarga Yudhoyono, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/6/2019).
Jenazah Ani Yudhoyono disemayamkan di pendopo kediaman pribadi keluarga Yudhoyono pada Minggu pagi setelah tiba di Jakarta dari Singapura pada Sabtu sekitar pukul 21.00.
Calon wakil presiden Ma’ruf Amin pagi itu menjadi orang yang pertama menyambut Yudhoyono saat jenazah Ani dibawa dari rumah ke pendopo. Menurut Ma’ruf, Ani Yudhoyono adalah seorang yang santun, sangat komunikatif, dan bisa berkomunikasi dengan siapa saja. ”Dan, beliau selalu menyapa orang lain dengan senyum, itu yang saya ingat,” kata Ma’ruf.
Kemampuan berkomunikasi dengan sejumlah pihak itu adalah karakter yang langsung dirasakan oleh mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang, yang juga pernah menjadi politisi Partai Demokrat.
Bagi Tuan Guru, Ani kerap menjadi penengah atau jembatan di antara kubu-kubu politik yang berseberangan. Ia mengatakan, banyak konflik dan dinamika yang terjadi di internal partai mampu diredam dengan masukan dari Ani sebagai penengah.
Tuan Guru mengingat peran Ani dalam meredam dinamika yang sempat muncul di internal partai saat dirinya, yang saat itu anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat, memutuskan mendukung calon presiden Joko Widodo pada Pemilu 2019, sementara Partai Demokrat mendukung Prabowo Subianto. Saat itu, Tuan Guru akhirnya memutuskan untuk keluar dari partai.
”Banyak hal yang sudah dilewati partai. Banyak turbulensi di internal Demokrat yang mampu diredam dengan sosok beliau. Kehadirannya tidak hanya menenangkan secara psikologis, tetapi ia juga menjadi katalisator, mampu memberi pandangan dan masukan yang baik di antara kubu-kubu yang berseberangan,” ujarnya.
Kesan yang sama juga diungkapkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies mengatakan, mantan Ibu Negara Ny Ani Yudhoyono adalah sosok yang dapat merangkul berbagai masyarakat yang berbeda-beda. ”Beliau bisa menjangkau siapa saja, bisa mengobrol dengan banyak orang. Baik hati. Dan wawasannya luas,” ujar Anies.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva mengatakan, dirinya mengenal baik Ani Yudhoyono saat mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono dalam kampanye Pilpres 2004. Saat itu Hamdan sebagai petinggi Partai Bulan Bintang ikut serta dalam kegiatan kampanye Yudhoyono.
”Bu Ani sangat perhatian dengan (Yudhoyono), selalu menemani. Dalam keadaan apa pun, saya tidak pernah melihat Bu Ani lelah,” kata Hamdan.
Hamdan mengungkap, dirinya sebetulnya sudah berencana setelah Lebaran ingin menjenguk Ani Yudhoyono di Singapura. ”Namun, ternyata beliau dipanggil terlebih dahulu,” ucapnya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga mengunjungi Puri Cikeas siang itu. Lukman mengisahkan pengalamannya berinteraksi dengan Ibu Ani Yudhoyono selama empat bulan menjadi menteri di Kabinet Indonesia Bersatu II (2009-2014). Menurut Lukman, Ibu Ani merupakan sosok yang menghendaki segala sesuatunya tampil secara sempurna dan baik.
”Di antara istri-istri anggota kabinet kala itu, Ibu Ani yang punya ketegasan dan sifat kepemimpinan yang menonjol,” katanya.
Hentikan saling membenci
Budayawan Jaya Suprana yang ikut melayat Ny Ani Yudhoyono mengatakan, almarhumah adalah sosok yang sangat peduli dalam kegiatan kemanusiaan dan kebudayaan. Untuk itu, bagi Jaya, wafatnya Ani Yudhoyono adalah sebuah wake up call, membangunkan bangsa Indonesia untuk tetap menjaga persatuan dan persaudaraan.
"Insya Allah wafatnya beliau itu adalah wake up call, membangunkan kita dari tidur kita yang sebenarnya yang sangat menyedihkan, yaitu marilah kita berhenti saling membenci,” kata Jaya.
Jaya mengungkapkan bahwa dirinya dan keluarganya secara pribadi merasa terpukul dan kehilangan atas meninggalnya Ani Yudhoyono. ”Kami sangat berutang budi kepada beliau karena beliau sangat peduli dengan kemanusiaan dan budaya,” kata Jaya.
Doa dari Vatikan
Sementara itu, lebih dari 50 orang diaspora Indonesia, sebagian besar rohaniwan/rohaniwati, Sabtu (1/6/2019) malam atau Minggu (2/6/2019) pagi WIB, berkumpul dan berdoa khusus untuk kepergian Ani Yudhoyono. Doa dipimpin oleh Sekretaris Dewan Kepausan untuk Dialog Antar-agama Markus Solo Kewuta SVD.
Pastor Markus Solo, yang pernah mendampingi presiden keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono, saat berkunjung ke Vatikan, Juli 2017, mendoakan yang terbaik untuk almarhumah dan keluarga yang ditinggalkan. Ani Yudhoyono adalah figur yang kuat dan berperan penting dalam pembangunan Indonesia.
Doa bersama bagi almarhumah Ani Yudhoyono itu juga dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Vatikan Agus Sriyono.