Sore Ini, Puncak Mudik Penerbangan Internasional Banyuwangi
Puncak arus mudik rute internasional Kuala Lumpur-Banyuwangi terjadi hari ini, Minggu (2/6/2019). Jumlah penumpang yang tiba ke Indonesia melalui Bandara Banyuwangi mencapai 177 penumpang.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Puncak arus mudik rute internasional Kuala Lumpur-Banyuwangi terjadi hari ini, Minggu (2/6/2019). Jumlah penumpang yang tiba ke Indonesia melalui Bandara Banyuwangi mencapai 177 penumpang.
Jumlah tersebut yang tertinggi sejak Bandara Banyuwangi ditetapkan sebagai Bandara Internasional pada 19 Desember 2018. Semula, dalam sepekan ada tiga penerbangan internasional, tetapi kini Bandara Banyuwangi hanya melayani satu kali penerbangan pergi-pulang dalam sepekan.
Manajer Operasi Teknik Angkasa Pura II Bandara Internasional Banyuwangi Suparman mengatakan, arus mudik di penerbangan internasional sudah terjadi sejak Minggu (26/5). ”Minggu sebelumnya jumlah penumpang naik hingga 106 orang. Hari ini puncaknya, hingga mencapai 177 orang. Padahal, pada hari-hari biasa jumlahnya hanya sekitar 70 hingga 80 orang,” ujarnya.
Suparman mengatakan, penumpang yang tiba di Banyuwangi didominasi pekerja migran. Hal itu tampak dari bawaan dan data yang masuk ke imigrasi. Angkasa Pura II mencatat terdapat 200 lebih bagasi yang dibawa oleh penumpang.
Barang bawaan didominasi kardus-kardus besar berisi oleh-oleh pemudik untuk keluarga di kampung halaman. Banyaknya barang membuat petugas harus kerja keras untuk memeriksanya.
”Biasanya petugas hanya membutuhkan waktu 1-2 menit untuk memeriksa satu penumpang. Kini, kami membutuhkan waktu 3-5 menit untuk memeriksa satu penumpang. Akibatnya, terjadi antrean panjang di area kedatangan,” kata Suparman.
Hal tersebut juga dibenarkan Kepala Subseksi Penindakan dan Sarana Operasi Bea Cukai Banyuwangi Agus Purwanto. Tingginya jumlah pemudik sudah diantisipasi Bea Cukai Banyuwangi dengan menambah jumlah personel.
”Bila biasanya jumlah petugas hanya sembilan orang, kini kami menyiagakan 15 petugas. Hal ini dilakukan karena perlu kesiapsiagaan dan pengawasan ekstra untuk memeriksa barang bawaan para pemudik dari luar negeri,” ujarnya.
Agus mengatakan, momen mudik ini dikhawatirkan dimanfaatkan sejumlah orang untuk menyelundupkan benda-benda terlarang, misalnya narkoba atau barang mewah. Ia mengungkapkan, dalam masa angkutan lebaran kali ini, pihaknya belum menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan pemudik.
Bea Cukai Banyuwangi, lanjut Agus, akan terus melakukan pengawasan ketat hingga pasca-Lebaran. Penambahan jumlah personel juga akan dilakukan pada arus balik.
Banyaknya jumlah tenaga migran yang mudik membuat suasana di terminal internasional Banyuwangi padat oleh penjemput. Tak jarang satu penumpang dijemput kerabat atau keluarga besarnya yang berjumlah lebih dari empat orang.
Heri Supiadi contohnya. Pekerja migran asal Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, yang sudah 24 tahun bekerja sebagai tukang bangunan di Kuala Lumpur tersebut dijemput keluarganya. Sore itu, ia dijemput istri, dua anak, satu keponakan, dan kakaknya.
Adanya penerbangan internasional langsung Kuala Lumpur, Malaysia, disambut baik penumpang seperti Heri. Penerbangan ini efektif karena perjalanan dari Malaysia ke kampung halamannya lebih singkat.
”Biasanya kalau pulang ke Banyuwangi saya harus lewat Surabaya, lalu melanjutkan perjalanan darat selama 6 jam. Tahun lalu, saya berangkat dari Malaysia pukul 12.00, baru sampai Banyuwangi pukul 03.00 esok harinya. Sekarang hanya 3 jam perjalanan saya sudah tiba di Banyuwangi,” ujarnya.