Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,0 dan M 5,5 mengguncang Samudra Hindia, sisi barat daya Nias Selatan, Sumatera Utara. Gempa terasa kuat di Kepulauan Nias dan pesisir barat Sumut sehingga warga sempat panik. Gempa tersebut dipicu aktivitas sesar naik atau ”thrust fault”.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
GUNUNGSITOLI, KOMPAS — Gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,0 dan M 5,5 mengguncang Samudra Hindia, sisi barat daya Nias Selatan, Sumatera Utara. Gempa terasa kuat di Kepulauan Nias dan pesisir barat Sumut sehingga warga sempat panik. Gempa tersebut dipicu aktivitas sesar naik atau thrust fault.
Kepala Stasiun Geofisika Gunungsitoli Djati Cipto Kuncoro mengatakan, gempa berkekuatan M 6,0 terjadi pada pukul 12.57 dengan pusat gempa di Samudra Hindia atau 57 kilometer arah barat daya Kabupaten Nias Selatan. Gempa terjadi pada kedalaman 10 kilometer.
Hanya berselang 7 menit, gempa dengan kekuatan M 5,5 kembali terjadi dengan pusat gempa masih di Samudra Hindia, tepatnya 40 km sebelah barat daya Nias Selatan.
”Setelah dua gempa itu, ada empat gempa susulan yang terjadi dengan kekuatan yang lebih kecil antara M 2,0 dan M 3,0, tetapi tidak dirasakan warga. Secara teori, melihat intensitas gempa yang semakin kecil, kekuatan gempa susulan selanjutnya kemungkinan kian mengecil,” tutur Djati.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Rahmat Triyono mengatakan, berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi di Samudra Hindia termasuk klasifikasi gempa dangkal. Gempa dipicu aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia, tepatnya di zona Megathrust yang merupakan zona subduksi lempeng di Samudra Hindia sebelah barat Pulau Sumatera.
”Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu penyesaran naik atau thrust fault,” kata Rahmat. Tidak ada laporan kerusakan atau korban akibat gempa tersebut.
Berdasarkan laporan masyarakat, guncangan gempa bumi tersebut dirasakan di Nias Selatan, Gunung Sitoli, dan Padang Sidimpuan dengan skala intensitas III Modified Mercalli Intensity (MMI). Sementara di Nias Utara, guncangan gempa dirasakan dengan intensitas yang lebih rendah, yaitu II MMI.
Hasil analisis BMKG, lanjut Djati, gempa di Samudra Hindia tersebut tidak berpotensi tsunami. Pihak BMKG pun mengimbau masyarakat tetap waspada dan tidak memercayai kabar bohong atau isu yang tidak bertanggung jawab.
Gempa di Samudra Hindia tersebut tidak berpotensi tsunami. Pihak BMKG pun mengimbau masyarakat tetap waspada dan tidak memercayai kabar bohong atau isu yang tidak bertanggung jawab.
Selama 2019, Kepulauan Nias sudah beberapa kali diguncang gempa dan warga sering mendapat kabar gempa diikuti tsunami. Padahal, BMKG sudah menyatakan tidak ada potensi tsunami. Pada Januari lalu, ratusan warga bahkan mengungsi dan tidur di wilayah perbukitan setelah mendengar isu adanya tsunami.
Imam Nasri (30), warga Kota Gunungsitoli, mengatakan, warga sempat panik dengan berhamburan keluar dari rumah saat merasakan guncangan gempa pada Senin siang. ”Warga berhamburan dari dalam rumah. Para pedagang dan pembeli di pasar dan toko-toko juga keluar ke tempat terbuka,” katanya.
Saat gempa terjadi, kata Imam, perabot-perabot rumah, seperti lemari dan rak piring, tampak bergoyang. Namun, tidak ada benda-benda yang terjatuh akibat guncangan itu. Gempa tersebut juga tidak mengakibatkan kerusakan bangunan.
Saat kepanikan warga mulai reda, gempa kembali terjadi 7 menit kemudian dengan kekuatan hampir serupa sehingga warga kembali berhamburan keluar rumah. Namun, beberapa saat kemudian aktivitas warga normal kembali. Di pusat perekonomian warga, seperti pasar dan toko-toko, pun warga beraktivitas seperti biasa.