Berdasarkan pemantauan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Balikpapan, hilal belum terlihat di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (3/6/2019).
Oleh
SUCIPTO
·2 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS - Berdasarkan pemantauan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Balikpapan, hilal belum terlihat di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (3/6/2019). Tinggi hilal masih 0 derajat, sedangkan hilal baru bisa teramati jika posisinya sudah 1,5 derajat atau 2 derajat.
Pemantauan hilal dilakukan di rooftop Apartemen Pertamina Refinery Unit V Balikpapan, dihadiri oleh petugas dari Kantor Kementerian Agama Balikpapan, berbagai organisasi Islam, dan Pengadilan Agama Balikpapan. Pemantauan dilakukan sejak pukul 16.00 Wita sampai 18.12 Wita.
"Hasil pengamatan kami, hilal di ufuk sebelah barat nihil. Selain tertutup awan, berdasarkan perhitungan, fraksi iluminasi sebesar 0,07 persen," ujar Kepala Stasiun BMKG Balikpapan Ibnu Sulistyo.
Sudut elongasi atau jarak sudut antara pusat piringan bulan dan pusat piringan matahari tidak mencapai 3 derajat. Hal itu tidak memenuhi kriteria minimum terlihatnya hilal.
Kondisi alam di Balikpapan membuat pengamatan tidak mudah. Ufuk barat yang berada di lautan menghasilkan uap air tinggi sehingga terdapat awan yang menyulitkan pengamatan. Saat senja, di sekitar ufuk barat terkumpul awan dan cahaya kemerahan.
Hasil pengamatan ini akan disampaikan kepada pemerintah pusat untuk dijadikan rujukan pada sidang isbat.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Balikpapan Hakimin mengatakan, hasil pemantauan di Balikpapan akan dilaporkan ke pemerintah pusat untuk dijadikan rujukan pada sidang isbat. Ia mengatakan, kriteria imkannur rukyat atau kemungkinan terlihatnya hilal yang diacu saat ini, yaitu minimal ketinggian 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur 8 jam.
Jika seluruh kriteria itu terpenuhi, maka hilal berpeluang besar bisa diamati di seluruh Indonesia, termasuk di Balikpapan. "Hasil pengamatan ini akan disampaikan kepada pemerintah pusat untuk dijadikan rujukan pada sidang isbat," kata Hakimin.
Sebelumnya, PP Muhammadiyah sudah menetapkan 1 Syawal 1440 H jatuh pada 5 Juni 2019. Hakimin berharap, apa pun keputusan sidang isbat, akan berdampak kepada kebaikan bagi seluruh umat Islam di Indonesia.
"Momen Idul Fitri 2019 ini diharapkan bisa mendinginkan suasana setelah pemilu yang memanas beberapa waktu lalu. Semua saling memaafkan dan introspeksi diri untuk kebaikan Indonesia," kata Hakimin.