SINGAPURA, KOMPAS – Di tengah kompetisi ketat antara AS dan China di kawasan Asia-Pasifik, Indonesia menggarisbawahi bahwa ASEAN telah memiki arsitektur keamanan untuk ketahanan demi mengatasi ancaman yang hadir di kawasan.
Hal ini disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat menjadi pembicara dalam sesi keenam forum utama Shangri-la Dialogue, Minggu (2/6) yang merupakan acara pertemuan tingkat tinggi pertahanan di kawasan. Ryamizard mengatakan, ASEAN telah memiliki tiga kerja sama patroli di tiga wilayah perairan kawasan, yaitu Selat Malaka, Teluk Thailand, dan Laut Sulu. Pertukaran informasi dan intelijen Our Eyes telah diadopsi oleh negara-negara ASEAN dan delapan negara mitra ASEAN pada tahun 2018 seperti AS, RUsia, dan China.
“Konsep patroli bersama ini sudah diwujudkan dalam bentuk patroli bersama ASEAN-China dan September mendatang akan diadakan patroli bersama Amerika,” kata Ryamizard.
Ryamizard mengatakan, ancaman terbesar di kawasan Asia Pasifik khususnya ASEAN adalah ancaman non tradisional seperti terorisme, bencana alam, radikalisme, dan siber. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kerja sama antar sesama anggota ASEAN. Negara-negara ASEAN berkepentingan langsung untuk membangun stabilitas keamanan, demi tercapainya kesejahteraan bersama.
ASEAN telah hadir lebih dari lima puluh tahun. Walaupun mengalami berbagai dinamika, justru saat ini lah ASEAN perlu sepakat dan menyatukan pandangan dalam menghadapi ancaman dan tantangan. Ryamizard menggarisbawahi, Indonesia misalnya berupaya mengatasi ancaman radikalisme dan terorisme dengan menggunakan soft power. Kerja sama juga perlu atasi masalah pengungsi Rohingya, karena kalau ditangani dengan tidak benar akan jadi sasaran rekrutmen kelompok ISIS. “Untuk hadapi situasi di Laut China Selatan, Indonesia lebih mengedepankan konsep untuk menjaga perdamaian dengan membangun kerja sama dan saling percaya,” kata Ryamizard.
Laut China Selatan
Shangri-la Dialogue tahun 2019 menjadi menarik dengan kedatangan Menteri Pertahanan China Jenderal Wei Fenghe. Ini berarti kehadiran pejabat tinggi pertahanan China yang pertama sejak 2011. Dalam paparannya, Jenderal Wei Fenghe dengan jelas menyatakan, ada beberapa isu di mana China tidak sepakat dengan AS terutama terkait masalah Taiwan dan Laut China Selatan.
“Siapa sebenarnya yang mau mengambil keuntungan dari kekacauan di Laut China Selatan ? China dan ASEAN tengah membahas code of conduct dan akan selesai maksimal dalam tiga tahun ke depan,” kata Wei.
Sementara Menteri Pertahanan sementara AS Patrick M Shanahan mengatakan, pihaknya berkompetisi dengan China tapi itu tidak berarti ada konflik. Ia menggarisbawahi bahwa tidak ada negara yang boleh mendominasi Indo-Pasifik. Ia menyatakan, ada negara yang menggunakan instrument militer untuk merusak sistem di kawasan Indo-Pasifik.