Jalur darat menjadi pilihan utama pemudik, baik itu menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Waktu dan kenyamanan adalah alasan di balik pemilihan jalur ini. Terpenting, tujuannya adalah berkumpul bersama sanak saudara di hari raya untuk menjalin silaturahmi.
Selama sebulan penuh berpuasa, mudik seakan menjadi kado terindah. Berkumpul bersama sanak saudara di kampung halaman setelah lama tidak berjumpa, mengisi kembali ”baterai” hidup yang telah lama meredup dihantam rutinitas melelahkan. Tak pelak, mudik menjadi momen yang sangat dirindukan.
Pilihan moda transportasi sekaligus jalur untuk mudik kini beragam, bisa menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum. Bisa lewat darat, laut, maupun udara. Semuanya bergantung pada tujuan dan biaya masing-masing.
Jalur darat dipilih oleh lebih dari separuh responden, hampir berimbang antara yang menggunakan jalur nontol dan tol. Survei Kementerian Perhubungan menunjukkan sekitar 40 persen mobil pribadi akan melintasi Jalan Tol Trans-Jawa.
Tersambungnya Tol Trans-Jawa dari Merak, Banten, hingga Probolinggo, Jawa Timur, diyakini meningkatkan antusiasme masyarakat untuk mudik menggunakan jalur tol di Lebaran 2019.
Pemerintah bahkan menerapkan sistem satu arah lebih awal tiga jam sebagai bentuk rekayasa lalu lintas untuk mengurai kemacetan di Jalan Tol Trans-Jawa. Sistem lawan arus (contraflow) juga diberlakukan lebih awal.
Puncak arus mudik diprediksi terjadi pada Jumat, 1 Juni, atau H-4 Lebaran. Sementara jalur nontol, seperti di jalur pantai utara Jawa, didominasi oleh pemudik sepeda motor.
Kemenhub juga melarang pengoperasian truk bersumbu tiga atau lebih di jalan tol ataupun jalan nasional di hari yang diperkirakan menjadi puncak arus mudik dan balik Lebaran. Larangan ini berlaku pada 31 Mei-2 Juni 2019 dan 8-10 Juni 2019
Sebanyak 50,6 persen responden beralasan memilih jalur yang digunakan tersebut untuk menghemat waktu. Sementara alasan terbanyak kedua adalah lebih nyaman. Urusan waktu dan kenyamanan nyatanya menjadi pertimbangan terbesar responden untuk urusan memilih jalur mudik. Tentu saja agar kondisi tubuh masih bugar saat hari raya setelah menempuh perjalanan panjang.
Tidak hanya itu, kenyamanan juga menjadi alasan pemudik dalam memilih menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum untuk ke kampung halaman. Bagi mereka yang menggunakan kendaraan pribadi, kepraktisan menjadi alasan utamanya. Sementara menghemat waktu dan tenaga menjadi alasan utama bagi mereka yang menggunakan transportasi umum.
Biaya
Survei Kemenhub menunjukkan sebagian besar pemudik berangkat dari Jabodetabek dengan jumlah mencapai 14,9 juta orang dan 4 juta orang dari Bandung Raya.
Tujuan terbanyak adalah Jawa Tengah yang akan didatangi 5,6 juta orang (37,68 persen) dengan Solo Raya sebagai daerah yang paling banyak dituju. Tujuan terbanyak kedua adalah Jawa Barat dengan 3,7 juta pemudik (24,89 persen), lalu Jawa Timur (11,14 persen).
Kisaran biaya yang dipersiapkan untuk mudik lebaran juga beragam. Sebanyak 34,9 persen responden menyiapkan biaya Rp 500.000- Rp 2 juta. Sementara terbanyak kedua sebesar 26,3 persen responden mengaku menyiapkan dana lebih dari Rp 5 juta untuk mudik.
Menurut Bank Indonesia, kebutuhan uang kartal meningkat 13,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Perkiraan kebutuhan adalah Rp 217,1 triliun, tertinggi adalah di wilayah Jabodetabek yakni Rp 51,5 triliun (Kompas 18/5/2019).
Pemerintah juga merevisi peraturan tunjangan hari raya untuk aparat negara di daerah agar mereka tidak telat menerima tunjangan hari raya yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Dasar hukumnya berubah dari peraturan daerah menjadi peraturan kepala daerah agar tidak membutuhkan persetujuan DPRD sehingga proses pencairan tidak memakan waktu lama.
Pada akhirnya tradisi mudik dan silaturahmi maaf memaafkan telah mengakar bagi masyarakat Indonesia. Rasa sukacita menyambut hari yang fitri bersama keluarga dan kerabat tidak dapat tertutupi. Persiapan mudik dengan matang dan semoga selamat sampai di tujuan. Selamat mudik! (LITBANG KOMPAS)