JAKARTA, KOMPAS – Tim estafet 4x100 meter putra Indonesia diharapkan tampil percaya diri dan tidak selalu mengandalkan sprinter Lalu Muhammad Zohri untuk menjadi juara. Penampilan pelari-pelari putra akan diuji di Grand Prix Asia 2019 di Chongqing, China, pada 4-7 Juni.
GP Asia itu menjadi salah satu kesempatan tim estafet merebut tiket ke Kejuaraan Dunia Atletik 2019 di Doha, Qatar, 27 September-6 Oktober. Dengan tampil di Doha, tim estafet berharap bisa menembus kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020.
Pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini mengatakan, dirinya sudah kerap mengingatkan Eko Rimbawan dan kawan-kawan untuk tampil percaya diri dalam kejuaraan dengan atau tanpa Zohri. “Berkali-kali saya sampaikan, jangan tergantung Zohri. Saya ingatkan agar mereka berusaha seperti Zohri, tampil bagus seperti Zohri,” ujarnya di Jakarta, Minggu, (2/6/2019).
Eni mengatakan, keberadaan Zohri di tim estafet putra Indonesia punya pengaruh besar. Secara genetik, Zohri mempunyai proporsi serat otot putih yang lebih banyak sehingga sangat menunjang penampilannya sebagai spinter. Di sisi lain, pelari asal Lombok, Nusa Tenggara Barat itu, punya kemauan besar untuk jadi juara. Oleh karena itu, sprinter terbaik Indonesia itu diharapkan bisa mendukung tim estafet mengantongi tiket menuju Olimpiade Tokyo 2020.
Namun, Eni tidak ingin para pelari tergantung dengan Zohri karena bisa saja juara dunia yunior 100 meter pada 2018 itu, tidak dimainkan dalam kejuaraan. “Saya yakin pelari lain mempunyai kemampuan yang sama (dengan Zohri). Tetapi, beberapa atlet kadang kalau diberi tugas suka berkat, “duh, susah,” atau “duh, tidak bisa”. Sekarang tinggal kemauannya saja bagaimana,” ujar Eni.
Tim estafet putra Indonesia mempunyai catatan waktu terbaik 38,77 detik di Asian Games 2018. Setelah sprinter senior Fadlin gantung sepatu, tim estafet belum mencapai performa terbaiknya. Di GP Jepang Terbuka, April lalu, tim estafet hanya mengukir catatan waktu 39,76 detik.
Menurut Eni, kecepatan berlari atlet sudah semakin baik. Berdasarkan test lari individu, setiap atlet dapat berlari dengan catatan waktu 9,6-9,7 detik. “Kalau menggunakan start block, mereka sudah bisa berlari 10,3-10,4 detik untuk jarak 100 meter. Ini sudah bagus dari sebelumnya,” kata Eni.
Pada latihan terakhir menjelang kejuaraan, Jumat (31/5) pagi, tim estafet putra Indonesia berlatih proses pertukaran tongkat. Pertukaran tongkat mereka kurang sempurna karena kadang-kadang terlalu cepat, terlalu lambat, atau terlalu mepet, sehingga pernah menyebabkan tabrakan antarpelari.
Menurut Eni, pertukaran tongkat ini juga mempengaruhi kecepatan secara keseluruhan. “Ketika tampil di Yokohama, Jepang, pertukaran tongkat berantakan karena terjadi di luar zona yang disediakan sehingga atlet harus didiskualifikasi. Kalau pertukaran tongkat terlalu mepet, atlet yang berada di depan harus ngerem saat berlari. Untuk mengembalikan kecepatan sulit,” katanya.
Zohri mengatakan, meski belum pasti dimainkan di nomor estafet, dirinya siap memberikan yang terbaik untuk Indonesia. “Saya berharap dalam setiap kejuaraan bisa memberikan yang terbaik,” kata pelari terbaik Indonesia itu.