Montreal, Senin - Organisasi Penerbangan Sipil Internasional menunda penerapan rencana membuka lagi ruang udara Korea Utara. Uji coba rudal oleh Pyongyang jadi alasan utama penundaan itu.
Juru bicara Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) Anthony Philbin membenarkan penundaan itu. “Bantuan multilateral dan kegiatan peningkatan kemampuan selalu membutuhkan banyak negosiasi dan konsultasi lanjutan,” ujarnya.
Awalnya, ICAO berencana menggelar audit keselamatan penerbangan di China pada tahun ini. Selama puluhan tahun, audit itu tidak pernah dilakukan dan ruang udara Korea Utara dinyatakan tertutup bagi penerbangan sipil. Pesawat-pesawat sipil menghindari ruang udara Korut. Rangkaian uji coba rudal, yang tidak pernah diumumkan sebelum pelaksanaan, menjadi alasan utama penutupan itu. Sejumlah awak dan penumpang pesawat menyatakan berkali-kali melihat rudal melintas di ruang udara Korut.
Dampak kegagalan
Rencana ICAO untuk membuka lagi ruang udara Korut sudah lama disusun. Sebelum pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un di Hanoi, Februari 2019, ada rencana lokakarya untuk pembukaan itu. Panel Dewan Keamanan PBB mengaji cara membuka ruang udara Korut tanpa melawan sanksi yang ditetapkan DK PBB.
Namun, rencana itu batal diwujudkan. Selepas kegagalan pertemuan Hanoi, AS menentang rencana itu. Washington khawatir teknologi pengaturan lalu lintas dan keselamatan penerbangan dipakai Korut untuk mengembangkan senjata. “Mereka khawatir karena (lokakarya) melibatkan teknologi yang bisa dialihkan ke tujuan militer,” kata seorang sumber yang memahami rencana itu.
“Pelatihan ini berkaitan (dengan sanksi) karena kerja sama teknis tentang ruang udara dan teknologi dirgantara dan karenanya membutuhkan kajian komite untuk setiap masalahnya,” demikian pernyataan AS kepada panel DK PBB.
Meski ada penolakan AS, Dewan Pengelola ICAO tetap menyepakati pengecualian agar lokakarya bisa diselenggarakan di Pyongyang. Lokakarya itu bertujuan mendorong kerja sama militer dan sipil dalam keselamatan penerbangan dan pengelolaan ruang udara.
Belakangan, ICAO akhirnya membatalkan rencana lokakarya yang akan digelar pada September 2019 itu. ICAO akan menundanya hingga 2020.
Situasi di Korut menjadi alasan utama. Selepas kegagalan pertemuan di Hanoi, Pyongyang kembali menguji rudalnya. Pada Mei 2019, Korut melepaskan rudal untuk pertama kalinya sejak akhir 2017.
“Risiko meningkat saat rudal mulai jatuh di Laut Jepang, Oktober 2017. Akan tetapi, sekarang sudah berhenti. Terbang di sana (ruang udara Korut) nyaris tanpa risiko saat ini. Saat akan menerbangkan pesawat di sana jauh dibanding Irak, Suriah, Libia, Somalia, dan daerah lain yang kini dilintasi,” kata Mark Zee, pendiri OPSGROUP yang menyediakan jasa panduan keselamatan bagi maskapai penerbangan. (REUTERS)