Konsumen Indonesia Masih Optimistis terhadap Situasi Ekonomi
Konsumen masih optimistis terhadap kondisi perekonomian Indonesia meskipun pada saat bersamaan, mereka juga mewaspadai perubahan akibat situasi global.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumen masih optimistis terhadap kondisi perekonomian Indonesia meskipun pada saat bersamaan, mereka juga mewaspadai perubahan akibat situasi global.
Sesuai hasil survei ”Keyakinan Konsumen Global” yang dilakukan oleh Conference Board dan Nielsen pada triwulan I-2019, skor Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia adalah 125. Angka ini menempatkan Indonesia di urutan keempat dari 64 negara teroptimis di dunia.
Survei itu dilaksanakan selama Januari 2019 dan menyasar sekitar 32.000 konsumen pengguna internet di 64 negara kawasan Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Utara. Sampel didasarkan pada mereka yang setuju untuk berpartisipasi sehingga tidak menutup kemungkinan akan ada perkiraan kesalahan pada sampling teoretis yang bisa dihitung. Namun, sampel probabilitas ukuran setara dengan margin kesalahan lebih kurang 0,6 persen di tingkat global.
IKK dihitung dari tiga indikator, yaitu optimisme konsumen mengenai prospek lapangan kerja lokal, keadaan keuangan pribadi, dan keinginan untuk berbelanja semua dalam 12 bulan mendatang.
Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin dalam keterangan persnya, Senin (3/6/2019), mengatakan, pencapaian skor IKK Indonesia pada triwulan I-2019 relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
”Secara global, IKK stabil dengan hanya mengalami penurunan satu poin dari 107 pada triwulan IV-2018 menjadi 106 pada triwulan I-2019. Konsumen cenderung mempertahankan belanja, tetapi lebih hati-hati di tengah pelambatan perekonomian global,” ujarnya.
Berdasarkan survei itu, 10 negara teroptimis di urutan teratas adalah Filipina (skor 133), India (132), Vietnam (129), Indonesia (125), Denmark (119), Malaysia (115), dan China (115). Kemudian Uni Emirat Arab (113), Arab Saudi (112), dan Thailand (111).
Agus menyatakan, pada triwulan I-2019, hanya 56 persen konsumen Indonesia masih optimistis bahwa dalam jangka waktu 12 bulan mendatang adalah waktu yang baik berbelanja barang-barang yang mereka inginkan dan butuhkan. Kondisi itu sedikit berbeda dibandingkan dengan triwulan IV-2018, dengan 63 persen konsumen optimistis terkait situasi 12 bulan ke depan.
Konsumen cenderung mempertahankan belanja, tetapi lebih hati-hati di tengah pelambatan perekonomian global.
Konsumen Indonesia juga tetap optimistis menyikapi prospek lapangan kerja lokal. Pada triwulan I-2019, sekitar 72 persen konsumen Indonesia mengaku optimistis terhadap indikator itu. Pada triwulan sebelumnya, persentase konsumen Indonesia yang optimistis mengenai indikator itu sebesar 68 persen.
Terkait indikator kondisi keuangan pribadi pada triwulan I-2019, sekitar 83 persen konsumen Indonesia mempunyai persepsi positif. Adapun pada triwulan sebelumnya, porsi konsumen Indonesia yang memiliki tanggapan positif terhadap kondisi keuangan pribadi mencapai 79 persen.
Indeks keyakinan
Hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan, secara triwulanan, rata-rata IKK pada triwulan I-2019 sebesar 125 atau meningkat dibandingkan dengan triwulan IV-2018, yaitu 123. Skor IKK di atas 100 artinya optimistis.
Secara khusus pada Maret 2019, survei BI menyebutkan, optimisme konsumen Indonesia tetap terjaga. Hal ini tecermin dari IKK Maret 2019 tetap berada di level optimistis, yaitu sebesar 124,5 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 125,1.
Menurut BI, terjaganya optimisme konsumen Indonesia pada Maret 2019 ditopang oleh tetap kuatnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi konsumen terhadap situasi perekonomian sampai enam bulan mendatang.
Pada Maret 2019, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini tercatat 108,9 atau turun 0,5 poin dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya keyakinan konsumen untuk membeli barang tahan lama.
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) pada Maret 2019 sebesar 140,2 persen atau turun 0,7 poin. Penurunan disebabkan oleh menurunnya optimisme konsumen terhadap kenaikan penghasilan pada enam bulan mendatang.