Capres Prabowo Subianto, kemarin, mengunjungi Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengucapkan belasungkawa atas berpulangnya Ibu Ani Yudhoyono.
JAKARTA, KOMPAS— Calon presiden Prabowo Subianto menyambangi kediaman Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY di Cikeas, Bogor, Jawa Barat, Senin (3/6/2019), untuk menyampaikan belasungkawa atas berpulangnya Ibu Ani Yudhoyono, istri SBY. Rangkaian pertemuan para elite dalam rangka takziah ataupun untuk menghadiri pemakaman Ibu Ani Yudhoyono memberikan sinyal positif ke masyarakat yang diharapkan bisa ikut meneduhkan suasana politik.
Prabowo, yang juga Ketua Umum Partai Gerindra, menyambangi kediaman SBY segera setelah ia tiba di Tanah Air dari kunjungan ke luar negeri. Saat bertemu SBY, Prabowo menyatakan ikut berbelasungkawa atas meninggalnya Ibu Ani. Ia sekaligus meminta maaf karena terlambat melayat. Saat pemakaman Ibu Ani, Prabowo masih berada di luar negeri.
Ibu Ani berpulang dalam usia 67 tahun di Singapura, Sabtu (1/6/2019), setelah berjuang melawan kanker darah sejak Februari 2019.
”Ibu Ani merupakan istri prajurit yang hebat. Saya bisa merasakan, pasti Pak SBY sangat kehilangan,” katanya seusai menggelar pertemuan tertutup dengan SBY selama sekitar 30 menit.
Prabowo hadir didampingi Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani. Pertemuan antara Prabowo dan SBY juga disaksikan sejumlah pejabat teras Partai Demokrat, antara lain Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan dan Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat Imelda Sari. Hadir pula politisi senior Partai Amanat Nasional, yang juga besan SBY, Hatta Rajasa.
Hinca mengatakan, dalam pertemuan itu, Prabowo menyampaikan, terkait sengketa Pemilu 2019, pasangan capres-cawapres Prabowo- Sandiaga tetap akan memilih jalan demokratis dan konstitusional ke Mahkamah Konstitusi. Dia juga menyatakan bahwa jalan ini merupakan yang terbaik.
Menurut Hinca, SBY memuji sikap Prabowo. SBY menyatakan apa yang dilakukan Prabowo itu tindakan mulia.
Meneduhkan
Dalam dua hari terakhir, ada dua momen perjumpaan elite yang menjadi sorotan publik. Perjumpaan pertama adalah antara Presiden ke-6 RI SBY dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri saat upacara pemakaman Ani Yudhoyono, Minggu (2/6). SBY dan Megawati, yang sama-sama merupakan ketua umum partai politik, selama ini dinilai memiliki komunikasi yang tak terlalu baik.
Perjumpaan kedua adalah antara SBY dan Prabowo. Partai Demokrat yang dipimpin SBY adalah salah satu partai pendukung Prabowo-Sandiaga pada Pemilu 2019. Namun, belakangan hubungan Demokrat dan Gerindra sempat ”dingin” setelah muncul sinyal Demokrat berpotensi bergabung dengan koalisi partai pendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin, rival Prabowo di Pemilu 2019.
Peneliti Center for Strategic and International Studies Arya Fernandes, di Jakarta, mengatakan, rangkaian perjumpaan antara para elite yang berbeda sikap politik menjadi sinyal positif perkembangan situasi politik Indonesia ke depan. Pertemuan itu diharapkan bisa menetapkan preseden baik bahwa elite mengedepankan etika di atas kepentingan politik.
Pertemuan SBY dengan Prabowo dan SBY dengan Megawati diharapkan bisa jadi pintu masuk rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo seusai kontestasi pemilihan presiden. Situasi sosial politik seusai pemilihan presiden tidak hanya memengaruhi hubungan antar-elite, tetapi juga masyarakat akar rumput. Pada 21-22 Mei, sempat terjadi kerusuhan di beberapa lokasi di Jakarta setelah unjuk rasa memprotes hasil Pemilu 2019.
”Penting juga bagi elite agar setelah berbagai rangkaian pertemuan ini terus-menerus menyampaikan dan mengupayakan pentingnya rekonsiliasi politik antara kedua capres usai pilpres,” ujar Arya.
Menurut dia, ada beberapa faktor yang bisa menentukan sukses tidaknya pertemuan Jokowi dan Prabowo. Pertama, adanya isu bersama yang disepakati kedua tokoh, seperti pentingnya persatuan politik. Kedua, ada figur yang bisa menjadi mediator yang dapat diterima kedua pasangan. (AGE/FAI)