Festival Meriam Karbit Semarakkan Lebaran di Pontianak
Shalat Idul Fitri di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, berlangsung khidmat, Rabu (5/6/2019) pagi. Dalam kesempatan itu masyarakat diajak untuk kembali merajut persatuan setelah terpolarisasi semasa Pemilu 2019. Semarak Lebaran di Pontianak terasa sejak malam takbiran yang diisi Festival Meriam Karbit.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS – Shalat Idul Fitri di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, berlangsung khidmat, Rabu (5/6/2019) pagi. Dalam kesempatan itu masyarakat diajak untuk kembali merajut persatuan setelah terpolarisasi semasa Pemilu 2019. Semarak Lebaran di Pontianak terasa sejak malam takbiran yang diisi Festival Meriam Karbit.
Shalat Idul Fitri di Kota Pontianak dilaksanakan di sejumlah tempat, salah satunya di Alun-Alun Kapuas pada Rabu pagi. Ribuan umat Muslim memadati Alun-Alun Kapuas di depan Kantor Wali Kota Pontianak. Lokasi itu setiap tahun selalu menjadi salah satu tempat pelaksanaan shalat Idul Fitri.
“Momen Lebaran kali ini spesial karena bertepatan dengan berakhirnya Pemilu. Masyarakat tentu sudah lelah dengan proses politik yang panjang dan sempat membuat masyarakat terbelah. Sekarang, mari kita rajut kembali silaturahmi,” kata Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono seusai shalat Idul Fitri di Alun-Alun Kapuas Pontianak, Rabu pagi.
Edi meyakini, masyarakat Indonesia khususnya di Pontianak dapat saling memaafkan. Sebab, pada dasarnya masyarakat cinta damai. Edi mengajak masyarakat untuk kembali fokus pada proses pembangunan untuk mengejar ketertinggalan.
Khatib dalam Salat Idul Fitri di Alun-Alun Kapuas, Awwab Ahmad Attamimi, dalam khotbahnya berdoa untuk ketenteraman masyarakat. Dalam doanya, dia berharap masyarakat dijauhkan dari permusuhan dan kemungkaran serta kejahatan lainnya.
“Kami bosan dengan bahasa yang mudah menimbulkan permusuhan. Kami juga bosan dengan irama yang mudah menimbulkan perkelahian dan kami bosan pula dengan nyanyian yang dapat mengantarkan kami pada perpecahan,” ujarnya.
Malam Takbiran
Suasana di Pontianak sejak malam Takbiran hingga Salat Idul Fitri berlangsung aman. Bahkan, pada malam Takbiran, suasana di Pontianak berlangsung meriah khususnya dengan adanya Festival Meriam Karbit di tepi Sungai Kapuas, Selasa (4/6/2019) sekitar pukul 21.00. Tahun ini tuan rumah di Kecamatan Pontianak Tenggara.
Festival Meriam Karbit itu disaksikan ribuan masyarakat Pontianak. Mereka datang dari berbagai wilayah menuju sejumlah gang di sepanjang Sungai Kapuas. Mereka ingin menyaksikan festival itu bersama keluarga.
Meriam sebanyak 212 itu disusun di sepanjang Sungai Kapuas diberi hiasan berwarna warni. Setiap detik dentuman meriam terdengar dari berbagai penjuru Sungai Kapuas bersahut-sahutan. Meriam karbit itu terbuat dari kayu balok yang dililit dengan rotan. Meriam karbit memiliki ukuran panjang berkisar 5 meter-7 meter dan diameter 60 semtimeter -70 sentimeter.
Ketua Forum Permainan Meriam Karbit Fazri Udin, dalam acara Festival Meriam Karbit, Selasa (4/6/2019) malam, mengatakan, ada 29 kelompok yang ikut dalam festival itu dengan jumlah meriam sebanyak 212 meriam.
“Acara ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Kota Pontianak maupun Pemerintah Provinsi Kalbar. Hal itu ditunjukan kehadiran seluruh Forum Komunikasi Pimpinan Daerah,” kata Fazri.
Edi Rusdi Kamtono, mengatakan, meriam karbit sudah masuk dalam warisan budaya tak benda. Bahkan, pada 2012 Festival Meriam Karbit di Pontianak meraih rekor muri dengan jumlah meriam mencapai 500.
“Meriam karbit dahulu dipergunakan sultan pertama Pontianak untuk mendirikan Kota Pontianak. Meriam dipergunakan untuk mengusir hantu kuntilanak. Setelah peristiwa itu usai, kini setiap malam Takbiran meriam selalu dibunyikan, tetapi kini maknanya sebagai pertanda masa Ramadhan telah usai,” papar Edi.
Gubernur Kalbar Sutarmidji, mengatakan, kedepan meriam karbit perlu terus dilestarikan tidak hanya saat menyambut Idul Fitri, tetapi juga sebagai objek wisata. Saat ada kunjungan wisatawan mereka juga diharapkan bisa menyulut meriam karbit itu. Perlu dibuat tempat permanen.