Sejumlah tokoh nasional memaknai Idul Fitri sebagai momentum untuk menurunkan tensi politik yang memanas pascapemilu. Segala perbedaan pilihan politik sudah semestinya tak lagi diperdebatkan. Elite politik dan masyarakat diimbau kembali merajut persatuan.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah tokoh nasional memaknai datangnya hari kemenangan atau Idul Fitri sebagai momentum untuk menurunkan tensi politik yang memanas pascapemilu. Segala perbedaan pilihan politik sudah semestinya tidak lagi diperdebatkan. Elite politik dan masyarakat diimbau kembali merajut persatuan.
Perayaan Idul Fitri, Rabu (5/6/2019), diwarnai dengan kegiatan open house oleh sejumlah pejabat pemerintahan dan tokoh nasional. Salah satunya adalah Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri.
Megawati melangsungkan open house terbatas di kediamannya, di Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat. Open house itu hanya dikhususkan untuk sahabat serta rekan-rekan dekat Megawati.
Sejumlah tokoh nasional dan pemerintahan datang ke kediaman Megawati, yaitu Presiden Joko Widodo, Ketua DPR Bambang Soesatyo, Jaksa Agung HM Prasetyo, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Syarifuddin, serta Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Seusai menghadiri open house, Bambang Soesatyo mengatakan, Idul Fitri adalah momen yang amanah, tenteram, dan damai. Oleh sebab itu, ia mengajak seluruh elite politik dan masyarakat memanfaatkan Idul Fitri untuk menurunkan tensi politik. Menurut dia, Idul Fitri menjadi momentum yang tepat untuk merajut persatuan agar ke depan menjadi lebih solid lagi.
”Manfaatkan forum silaturahmi ini untuk saling memahami. Kembali memperbaiki langkah yang kemarin mungkin ada perbedaan,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan Jimly. Menurut dia, forum silaturahmi bisa dimanfaatkan elite politik dan masyarakat untuk meredakan pertikaian serta perbedaan pendapat guna memperkuat persatuan hidup berbangsa dan bernegara. Jimly berharap, rekonsiliasi di antara elite politik peserta pemilu bisa segera terwujud.
Dalam kesempatan yang sama, Pramono Anung mengatakan, kesempatan silaturahmi dan halal bihalal ini dapat diisi dengan memanjatkan syukur karena proses pemilihan umum telah tuntas serta berjalan dengan baik dan lancar. Beberapa tokoh bangsa, lanjutnya, telah membuka komunikasi dan bersilaturahmi dengan baik.
”Semoga dengan hal ini bisa dimaknai Idul Fitri betul-betul mempersatukan kita sebagai bangsa,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, Andre Rosiade, sepakat, Idul Fitri merupakan hari baik, ketika banyak warga saling bertemu dan bermaafan.
”Saya rasa, bagus bagi kita, semakin sering bertemu dan saling memaafkan,” kata Andre.
Mengenai rencana pertemuan antara Prabowo dan Jokowi, Andre mengatakan belum dapat memastikan. Namun, ia menyebut pertemuan di antara kedua tokoh tersebut merupakan keniscayaan. Untuk itu, ia meminta publik tidak khawatir lantaran Prabowo tidak memiliki permasalahan pribadi dengan Jokowi.
”Tinggal ditunggu waktunya, apakah dalam momentum Lebaran ini atau pertemuannya berlangsung setelah putusan sengketa pemilu di Mahkamah Konstitusi pada 28 Juni nanti,” ucapnya.