Idul Fitri, Ridwan Kamil Ajak Warga Jaga Kedamaian
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menunaikan Salat Idul Fitri di Lapangan Gasibu, Bandung, Rabu (5/6/2019) pagi. Dalam kesempatan itu, Kamil mengajak seluruh masyarakat Jawa Barat (Jabar) untuk menjaga persatuan dan kedamaian bangsa.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menunaikan Salat Idul Fitri di Lapangan Gasibu, Bandung, Rabu (5/6/2019) pagi. Dalam kesempatan itu, Kamil mengajak seluruh masyarakat Jawa Barat untuk menjaga persatuan dan kedamaian bangsa.
"Saya titip, Jawa Barat harus seperti pagi ini. Aman, kondusif, damai sejak dari pikiran," kata Kamil saat menyampaikan sambutan sebelum dimulainya Salat Idul Fitri di Lapangan Gasibu.
Dalam Salat Idul Fitri di Lapangan Gasibu, KH Cecep Abdullah Syahid yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Al Quran Al Falah, Bandung, bertindak sebagai imam. Sementara itu, pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Hasanah, Kabupaten Bandung, KH Olan Maulana, menjadi khatib dalam Salat Idul Fitri tersebut.
Selain Ridwan Kamil, Salat Idul Fitri di Lapangan Gasibu juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum serta sejumlah pejabat Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Salat Idul Fitri itu juga dihadiri oleh ribuan masyarakat.
Kamil menyatakan, Indonesia telah dianugerahi kenikmatan berupa persatuan bangsa dan negara. "Saya mengingatkan tentang nikmat Allah yang bernama nikmat berbangsa dan bernegara. Tidak semua masyarakat di dunia ini diberi kesempatan mempunyai label negara," ujar mantan Wali Kota Bandung itu.
Kamil juga mencontohkan sejumlah negara yang terpecah-belah karena konflik dan perang yang tak berkesudahan, seperti Afghanistan, Suriah, dan Yugoslavia. "Allah sudah menunjukkan di semasa kita hidup, ada negara Afghanistan yang sampai hari ini perang 40 tahun tidak selesai. Negeri Suriah, yang dulu sangat damai, sampai hari ini berperang. Ada juga negara yang karena perang akhirnya bubar seperti Yugoslavia," katanya.
Oleh karena itu, Kamil mengingatkan seluruh elemen masyarakat untuk menjaga kedamaian. Dia menambahkan, kedamaian perlu dihadirkan sejak dari pikiran agar ucapan dan perbuatan kita juga tetap mencerminkan kedamaian.
"Kalau pikirannya damai, maka lisannya juga damai. Kalau lisan dan pikiran damai, maka postingan (di media sosial) juga damai. Kalau postingan-nya damai, Insya Allah perbuatan dan kesehariannya juga damai," ungkap Kamil.
Kamil juga menyatakan, perbedaan-perbedaan yang ada di tengah masyarakat Indonesia jangan sampai menghadirkan permusuhan dan perpecahan. Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memperbanyak mencari persamaan, bukan mencari perbedaan.
"Jangan sampai nikmat berbangsa dan bernegara yang diperjuangkan dengan darah, air mata, dan nyawa menjadi terkorbankan karena perbedaan. Mari perbanyak cari persamaan ketimbang cari perbedaan," tutur Kamil.
Dalam kesempatan tersebut, Kamil juga menyampaikan keprihatinan atas terjadinya insiden peledakan bom di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, beberapa hari lalu. Kamil menyatakan, hingga sekarang, situasi Jawa Barat tetap aman dan kondusif.
"Kondusivitas Jawa Barat sangat terjaga. Oleh karena itu, saya mengucapakan terima kasih kepada segenap aparat keamanan di Jawa Barat yang bertugas sejak Ramadhan sampai pagi ini untuk memastikan Idul Fitri berjalan dengan lancar," ungkap Kamil.
Menebar maaf
Sementara itu, dalam khotbahnya seusai Salat Idul Fitri di Lapangan Gasibu, KH Olan Maulana mengajak para jamaah untuk menebar maaf, baik meminta maupun memberi maaf kepada orang lain. Menurut Olan, sikap meminta dan memberi maaf merupakan sikap yang sangat dianjurkan dalam agama Islam.
"Di hari yang suci dan fitrah ini, marilah kita saling menebar maaf. Sebab dengan begitu, sikap dendam dan rasa marah dapat dinetralisir oleh masing-masing individu," ungkap Olan.
Olan menambahkan, puasa Ramadan yang telah dijalani oleh umat Islam bukan hanya merupakan ritual. Sebab, dalam ajaran Islam, puasa dan ibadah-ibadah lainnya juga bertujuan membentuk kesalihan atau pribadi yang baik.
"Dari makna ibadah tersebut terbentuk kesalihan seorang msulim yang memiliki hubungan baik dengan Allah, hubungan baik dengan sesama manusia dan lingkungannya, sehingga terpancarlah rahmat bagi semesta alam," tutur Olan.