Momentum Idul Fitri 1440 Hijriah dimanfaatkan elite politik untuk kembali merajut komunikasi politik. Tentu ini menjadi langkah baik dalam menjaga perdamaian dan keutuhan bangsa.
Oleh
Sharon Patricia
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Momentum Idul Fitri 1440 Hijriah dimanfaatkan elite politik untuk kembali merajut komunikasi politik. Tentu hal ini menjadi langkah baik dalam menjaga perdamaian dan keutuhan bangsa.
”Saya mendengar banyak berita menyenangkan hari ini. Komunikasi politik pun berjalan dengan baik dan sudah ada kecairan melalui silaturahmi, baik dari pihak 01 maupun 02,” ujar Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Soesatyo saat mengadakan open house di kediamannya, di Jakarta, Rabu (5/6/2019).
Ia menilai, kunjungan anak-anak presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono, yaitu Agus Harimurti Yudhoyono dan Eddy Baskoro Yudhoyono, ke Istana Merdeka untuk bersilaturahmi dengan Presiden Joko Widodo, lalu ke rumah presiden kelima Megawati Soekarnoputri merupakan momen yang sangat baik.
”Momen ini bisa terjadi karena saat Lebaran tidak lagi memikirkan soal gengsi. Coba kalau bukan Lebaran, pasti akan gengsi bertandang ke rumah si A, si B. Namun, karena Lebaran, yang muda datang ke yang tua itu wajar,” tutur Bambang.
Ia juga menyampaikan harapannya agar masyarakat terus mendukung suasana kondusif yang telah tercipta di level elite politik. Terutama hingga putusan hasil sengketa Pemilu 2019 oleh Mahkamah Konstitusi pada 28 Juni 2019.
”Semua menyadari, yang lebih penting adalah rasa bernegara sambil menurunkan ego kita masing-masing. Karena ada hal lebih besar yang harus kita perjuangkan dan pertahankan, yaitu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar Bambang.
Pancasila sebagai perekat
Sejalan dengan itu, Tenaga Ahli Staf Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin menyampaikan hal serupa. Lebaran merupakan pintu gerbang bagi pertemuan para elite politik hari ini.
”Kita harapkan dalam waktu yang tidak lama lagi juga akan ada pertemuan tokoh sentral (Joko Widodo dan Prabowo Subianto). Dengan begitu, diharapkan suasana rakyat Indonesia dapat semakin teduh,” ucapnya.
Menurut Ali, dalam menjaga keutuhan bangsa, kita harus berbangga dan terus menjaga nilai-nilai Pancasila. Nilai yang dapat mempersatukan perbedaan suku, ras, budaya, dan agama yang dimiliki Indonesia.
”Skenario Tuhan membuat Indonesia teduh itu luar biasa. Pertemuan anak-anak para petinggi itu menjadi isyarat tentang Indonesia bahwa mau difitnah separah apa pun, Pancasila dapat kembali mempererat kita,” tuturnya.