Pererat Ukhuwah Islamiyah, Satukan Kembali Perbedaan
Oleh
Fajar Ramadhan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengajak seluruh umat kembali mempererat ukhuwah Islamiyah dalam perayaan Idul Fitri 1440 Hijriah. Idul Fitri menjadi momentum yang paling tepat untuk menyatukan kembali perbedaan yang terjadi dalam pemilihan umum.
Ajakan tersebut disampaikan Din dalam khotbah shalat Idul Fitri di Lapangan Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (5/6/2019). Adapun tema yang disampaikan dalam khotbah tersebut yaitu ”Menjadi Khairu Ummah untuk Indonesia Maju, Adil, dan Bermarwah”.
Umat Islam, menurut Din, harus selalu menjunjung tinggi amar ma’ruf nahi munkar atau menganjurkan hal yang baik dan menghindari hal buruk. Hal itu penting untuk merajut ukhuwah Islamiyah atau persaudaraan di antara masyarakat ataupun para elite bangsa.
”Terutama kaitannya dengan keterbelahan bangsa dan umat akibat pemilu dan pilpres. (Idul Fitri) menjadi momentum untuk merajut kembali silaturahmi,” ujarnya.
Menurut Din, umat Islam memiliki kewajiban moral dan sosial untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar agar terwujud tata kehidupan masyarakat yang terbaik. Dengan begitu, umat Islam dapat berperan mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan bermarwah.
Din mengibaratkan suatu bangsa bagaikan para penumpang sebuah kapal yang berlayar menuju pulau cita-cita. Ada yang bertempat di bagian atas dan di bagian bawah. Keduanya saling mengingatkan akan kebaikan dan keburukan.
Jika penumpang di bagian bawah kapal hendak mengambil air, mereka harus dipersilakan naik ke bagian atas. Jika tidak, mereka akan melubangi bagian bawah kapal untuk mendapatkan air. Akibatnya, semua penumpang bisa celaka.
”Tapi, jika penumpang di bagian atas mampu mencegah penumpang bawah melubangi kapal, mereka semua akan selamat,” kata Din.
Mengutip dari mantan Syaikh Al-Azhar, Syeikh Muhammad Sayyid Thanthawi, Din mengingatkan bahwa perpecahan yang terjadi dalam masyarakat salah satunya disebabkan oleh lemahnya amar ma’ruf nahi munkar tersebut.
”Jika amar ma’ruf nahi munkar tidak terlaksana, perbedaan dan perpecahan masyarakat akan menguat,” katanya.
Belasan ribu umat
Shalat Idul Fitri di Lapangan Masjid Agung Al-Azhar tersebut setidaknya dihadiri 15.000 umat. Selain memenuhi area lapangan, jemaah juga memenuhi halaman taman depan dan halaman belakang Masjid Agung Al-Azhar.
Seusai shalat Id, tak sedikit umat yang hadir dengan keluarga mereka mengabadikan momen kebersamaan dengan berswafoto bersama. Latar Masjid Al-Azhar dengan dominasi warna putihnya menjadi daya tarik tersendiri.
”Setiap tahun shalat Id di sini, setiap tahun juga foto bareng di sini. Yang penting itu momen kebersamaannya,” kata Habibi (39), salah satu jemaah.
Sementara itu, tak terlihat sedikit pun sampah bertebaran di area lapangan masjid. Seluruh koran, yang sebelumnya menjadi alas untuk melaksanakan shalat Id, rapi ditempatkan di tiap sudut dan sisi lapangan. Petugas kebersihan tidak terlihat kewalahan lantaran jemaah yang berinisiatif membuang secara mandiri lembaran koran tersebut.