Perjuangan Berlebaran Mengunjungi Kerabat di Penjara
Mudik, saling bermaafan, serta mengunjungi keluarga dan kerabat dalam suasana Lebaran buat warga Muslim merupakan tradisi yang menyenangkan. Itulah momen berkumpul dengan sanak keluarga, yang kemungkinan sudah hidup berjauhan.
Mudik, saling bermaafan, serta mengunjungi keluarga dan kerabat dalam suasana Lebaran buat warga Muslim merupakan tradisi yang menyenangkan. Tiada hari lain yang dapat menggantikannya. Itulah momen berkumpul dengan sanak keluarga, yang kemungkinan sudah hidup berjauhan.
Namun, bagaimana rasanya berlebaran saat ada keluarga atau kerabat sedang di penjara? Tentu saja berbeda dari kehidupan normal. Kesempatan untuk bertemu keluarga di balik jeruji besi ternyata memerlukan perjuangan tidak ringan.
Rahayu (52), warga Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau, selepas shalat Id dan makan ala kadarnya, langsung bergegas berangkat ke Pekanbaru. Bersama suami, anak, dan adiknya, berjumlah tujuh orang, ibu empat anak itu berancang-ancang bertemu anak sulungnya, Adi (22), di penjara di Rumah Tahanan Pekanbaru, di Jalan Sialang Bungkuk, Kota Pekanbaru, Riau.
Baru pertama kali ini Rahayu berlebaran mengunjungi anaknya di Pekanbaru. Sebelumnya Adi yang dihukum selama 5 tahun penjara dalam kasus kepemilikan narkoba dipenjara di Rutan Siak. Namun, setelah kerusuhan rutan itu pada 11 Mei lalu, Adi dipindahkan ke Pekanbaru.
Sekitar pukul 10.00, rombongan keluarga Rahayu sampai di Sialang Bungkuk, Pekanbaru. Ternyata, suasana di pelataran penjara itu sudah sangat ramai. Ratusan keluarga lain sudah memenuhi pelataran penjara. Mereka terlebih dahulu mengantre untuk bertemu dengan kerabat dan keluarganya di dalam.
Kami menunggu cukup lama. Namun, sampai pukul 12.00 nomor antrean yang dipanggil baru 350. Kami terpaksa ikut sesi sore sehingga harus menunggu lebih lama lagi.
Setelah mengantre lebih dari satu jam, Bambang, suami Rahayu, berhasil mendapatkan pas masuk dengan nomor urut 400-an. Mereka dipersilakan menunggu giliran. Waktu besuk khusus Lebaran di rutan dibuka dua sesi. Pertama pukul 9.00 sampai 12.00. Setelah istirahat dua jam, sesi sore dibuka lagi dari pukul 14.00 sampai 16.00. Khusus selama Lebaran, kunjungan dibuka selama tiga hari, sampai 7 Juni 2019.
”Kami menunggu cukup lama. Namun, sampai pukul 12.00 nomor antrean yang dipanggil baru 350. Kami terpaksa ikut sesi sore sehingga harus menunggu lebih lama lagi,” ujar Rahayu saat berbincang di pelataran parkir sepeda motor.
Namun, melihat begitu banyaknya orang yang menunggu, 15 menit sebelum pukul 14.00, petugas rutan kembali membuka antrean pemeriksaan masuk. Rahayu dan keluarganya kembali ikut mengantre di kerumunan di koridor depan sisi kiri penjara, di depan satu ruangan.
Setelah waktu berlalu setengah jam, nomor antrean Rahayu dipanggil oleh petugas berkacamata bernama Teddy. Mereka pun masuk ke ruangan pemeriksaan. Hanya Bambang, sebagai kepala keluarga, yang diminta mendaftarkan identitas dan difoto. Adapun anggota rombongan yang perempuan tidak difoto. Satu rombongan keluarga dibenarkan masuk sampai tujuh orang.
Mengantre lagi
Begitu selesai proses pemeriksaan, pengunjung harus mengantre lagi menuju pintu masuk utama penjara. Di pintu utama, tiga petugas berjaga. Petugas bernama Monang, berbadan tegap, bertugas memanggil pengunjung satu per satu sesuai nomor antrean.
Hapis Reski, petugas rutan, dengan alat pengeras suara genggam, memberitahukan pengunjung agar mempersiapkan kartu tanda penduduk (KTP). ”Hanya yang memiliki KTP yang boleh masuk. Yang laki-laki wajib difoto terlebih dahulu,” ucapnya.
Mendengar pengumuman itu, Rahayu pun kecut di antrean. Ia tidak membawa KTP. Namun, ia bertahan sembari berharap, KTP tidak diperiksa. Namun harapannya buyar. Monang dengan tegas menolak pengunjung yang tidak bisa memperlihatkan KTP.
Rahayu dan adik perempuanya, Sarni, terpaksa keluar dari antrean, sementara Bambang dan dua anaknya yang masih pelajar serta kerabatnya sejumlah total lima orang diperkenankan masuk.
”Saya tidak tahu aturan di sini. Dulu, sewaktu di (Rutan) Siak, saya boleh masuk tanpa menunjukkan KTP. Hanya kepala rombongan yang diperiksa identitas. Anggota rombongan boleh mengikut. Di sini pemeriksaan lebih ketat,” tutur Rahayu yang merasa kecewa tidak dapat bertemu dengan anak sulungnya.
”Padahal, anak saya semestinya sudah keluar penjara Mei lalu. Namun hukumannya ditambah karena ketahuan memiliki HP di dalam. Saya belum tahu kapan dia keluar, tapi katanya sebentar lagi,” ujar Rahayu.
Dulu, sewaktu di (Rutan) Siak, saya boleh masuk tanpa menunjukkan KTP. Hanya kepala rombongan yang diperiksa identitas. Anggota rombongan boleh mengikut. Di sini pemeriksaan lebih ketat.
Basri (43), pengunjung lain, mengatakan, antrean panjang pengunjung di masa Lebaran memang sangat melelahkan. Ia sudah menunggu lima jam, tetapi nomor antreannya belum juga dipanggil.
”Sewaktu puasa yang lalu, pimpinan rutan membagi kunjungan keluarga berdasarkan blok hunian. Misalnya, untuk penghuni Blok A boleh dikunjungi hari Senin, Blok B Selasa, dan Blok C hari Rabu. Antrean menjadi lebih teratur. Sekarang ribuan orang antre tanpa batasan. Semestinya dibuat pembatasan seperti puasa lalu,” tutur Basri yang mengunjungi adiknya di dalam penjara.
Lebih semrawut
Sulastri, pengunjung lainnya, mengatakan, antrean pengunjung ke rutan pada Lebaran tahun ini terasa lebih semrawut dari sebelumnya. ”Menurut saya, Lebaran tahun lalu antrean lebih teratur. Waktu itu petugas lebih banyak membantu sehingga pengunjung mudah diatur. Sekarang banyak orang menerobos antrean,” katanya.
Apa yang diucapkan Sulastri memang benar. Puluhan pengunjung berhasil menerobos ke antrean masuk, terutama perempuan. Petugas jaga memang lebih longgar terhadap kaum emak-emak. Setelah muncul protes, akhirnya Hapis Reski berjaga di koridor antrean. Beberapa pengunjung yang ketahuan menerobos dipaksa keluar dari antrean.
Meski demikian, menerobos antrean secara terang-terangan masih saja terjadi. Surat sakti atau katebelece masih berlaku. Kompas melihat sendiri ada rombongan berjumlah lima orang masuk tanpa melewati antrean panjang. Monang tetap mempersilakan mereka masuk.
Selain mengantre panjang, hambatan lain berkunjung ke penjara adalah menunggu di bawah panas terik matahari. Petugas penjara memang menyediakan ruang tunggu terbuka di halaman, tetapi kursinya terbatas. Lebih banyak orang menunggu di bawah atap bangunan atau di bawah rindang pohon di luar penjara.
Begitulah rasanya berlebaran di penjara. Untuk bertemu anggota keluarga, perlu perjuangan panjang bermandikan keringat. Selain itu, waktu kunjungan juga dibatasi selama 30 menit, untuk memberikan kesempatan bagi keluarga yang lain.
”Yang paling bagus, jangan sampai ada anggota keluarga yang dipenjara,” kata Basri sembari tertawa.