Pesan Khotbah Shalat Id di Istiqlal: Tebar Maaf demi Kebaikan Bersama
Umat Islam diajak untuk menebar maaf kepada sesama dan melupakan kesalahan orang lain. Sikap saling memaafkan menjadi kunci dalam kehidupan bermasyarakat. Hakikat memaafkan juga bukan untuk diri sendiri atau orang lain, melainkan demi kebaikan bersama.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO dan DHANANG DAVID
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Umat Islam diajak untuk menebar maaf kepada sesama dan melupakan kesalahan orang lain. Sikap saling memaafkan menjadi kunci dalam kehidupan bermasyarakat. Hakikat memaafkan juga bukan untuk diri sendiri atau orang lain, melainkan demi kebaikan bersama.
Guru Besar Tafsir Hadis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Said Agil Husin Al-Munawar dalam khotbah Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (5/6/2019), mengatakan, dalam berinteraksi sosial, tanpa disadari, berbagai benturan kerap dijumpai, entah itu karena berbeda pendapat atau afiliasi politik.
Namun, sikap menebar maaf harus menjadi muara dalam menyelesaikan segala permasalahan itu.
”Memulai meminta maaf kepada orang lain bukanlah hal yang merugikan. Jangan merasa harga diri menjadi turun gara-gara meminta maaf, ataupun takut dengan label kalah. Sebab, sesungguhnya dengan meminta maaf sama saja kita sudah menang melawan ego pribadi,” tutur Said Agil.
Dalam shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, tampak hadir Presiden Joko Widodo beserta istri, Nyonya Iriana Joko Widodo. Selain itu, hadir pula sejumlah menteri Kabinet Kerja, seperti Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, serta Kepala Staf Kepresiden Moeldoko.
Said Agil melanjutkan, kata ”maaf” memiliki makna yang luar biasa dalam kehidupan karena mampu menghapus dendam, sakit hati, dan pertengkaran. Dengan meminta maaf atau memaafkan, kemenangan akan diraih oleh dua pihak yang sedang berseteru dan saling menghadirkan rasa damai.
Dengan meminta maaf atau memaafkan, kemenangan akan diraih oleh dua pihak yang sedang berseteru dan saling menghadirkan rasa damai.
”Jika kita mampu membalas kejahatan dengan kebaikan, sama saja kita sudah berhasil memadamkan api permusuhan dan menghapus noda dendam dalam kehidupan kita,” ujar Said Agil yang pernah menjabat Menteri Agama di era presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri.
Ada kalanya meminta maaf itu, Said melanjutkan, tidaklah mudah. Sebab, dibutuhkan kesadaran dan kerendahan hati untuk menyesali kesalahannya sendiri.
Begitu pula dengan memaafkan, butuh hati yang lapang untuk bisa melupakan kesalahan yang diterima. Namun, manusia harus tetap mengutamakan keikhlasan hati karena Allah sendiri telah mengampuni dosa-dosa manusia.