Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Dipangkas, Indonesia Dapat Bertahan
Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2019 menjadi lebih lambat 0,3 persen. Namun, pemerintah masih optimistis ekonomi Indonesia dapat tumbuh di tengah perlambatan ekonomi dunia.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2019 menjadi lebih lambat 0,3 persen. Namun, pemerintah masih optimistis ekonomi Indonesia dapat tumbuh di tengah perlambatan ekonomi dunia.
Berdasarkan laporan Bank Dunia pada Juni 2019, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 sebesar 2,6 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi yang dipublikasikan pada Januari 2019 yang sebesar 2,9 persen.
Bank Dunia juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju dan berkembang sebesar 0,3 persen pada laporan terbarunya. Pada Juni 2019, Bank Dunia memproyeksikan, rata-rata perekonomian negara maju sepanjang 2019 akan tumbuh 1,7 persen dan perekonomian negara berkembang 4 persen.
Menurut Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, pemangkasan proyeksi tersebut menunjukkan perang dagang antara Amerika Serikat dan China berdampak pada perlambatan perekonomian dunia.
”Kedua negara ini merupakan tujuan ekspor utama Indonesia,” kata Darmin saat ditemui dalam acara open house yang digelar di rumah dinasnya, Jakarta, Rabu (5/6/2019).
Meskipun ekonomi dunia diprediksi kian melambat, Darmin optimistis ekonomi Indonesia dapat tetap tumbuh. Ia memperkirakan, pada triwulan II-2019, perekonomian Indonesia dapat tumbuh sekitar 5,2 persen.
Badan Pusat Statistik mencatat, pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2019 sebesar 5,07 persen. Sementara pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2018 sebesar 5,27 persen. Artinya, angka perkiraan Darmin lebih baik dibandingkan dengan triwulan I-2019 dan tidak jauh berbeda dengan triwulan II-2018.
Optimisme itu berdasarkan kenaikan peringkat daya saing Indonesia pada 2019 yang diterbitkan Institute for Management Development (IMD). Menurut Darmin, kenaikan peringkat ini akan menarik investasi untuk masuk ke Indonesia.
IMD merilis, daya saing Indonesia pada 2019 berada pada peringkat ke-32. Sementara tahun lalu Indonesia berada di peringkat ke-43 dari 63 negara. Dalam penilaiannya, IMD memperhatikan indikator kinerja ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur.
Ditemui terpisah, Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menilai, kenaikan 11 peringkat tersebut menjadi angin segar bagi Indonesia di tengah perlambatan ekonomi.
Menurut dia, peningkatan peringkat tersebut menunjukkan Indonesia dapat bertahan meskipun Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global.
Oleh sebab itu, Shinta berpendapat, prestasi dan posisi daya saing Indonesia itu mesti terwujud dalam rupa kemudahan investasi pada industri. Misalnya, penyederhanaan regulasi di Indonesia, pembangunan infrastruktur fisik, perpajakan, dan pembangunan sumber daya manusia.
Terkait pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) Maryono mengatakan, pihaknya akan merevisi rencana bisnis bank pada 2019. ”Asumsi dari Bank Dunia akan menjadi dasar kami. Semester II-2019 ini akan kami kaji,” ucapnya.