Idul Fitri di Pretoria Memperkuat Tali Silaturahmi dan Keilmuan
Suhu udara di Pretoria, ibu kota Afrika Selatan, mencapai 8 derajat celsius pada Rabu (5/6/2019) pagi waktu setempat. Meski dingin menyeruak, hal itu tidak menyurutkan semangat warga negara Indonesia di Pretoria melaksanakan shalat Idul Fitri.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
PRETORIA, KAMIS — Suhu udara di Pretoria, ibu kota Afrika Selatan, mencapai 8 derajat celsius pada Rabu (5/6/2019) pagi waktu setempat. Meski dingin menyeruak, hal itu tidak menyurutkan semangat warga negara Indonesia di Pretoria melaksanakan shalat Idul Fitri dan merayakan hari kemenangan seusai menjalani ibadah puasa.
Hari raya Idul Fitri di KBRI Pretoria dilaksanakan di Wisma Indonesia seperti yang diarahkan Lembaga Jamiatul Ulama Afrika Selatan. KBRI Pretoria mengundang Dr Imam Kamaludin Suratman, Dekan Fakultas Syariah Universitas Darussalam, Gontor, Jawa Timur, sebagai imam dan khatib shalat Id dengan tema ”Kembali ke Al Quran”.
Kamaluddin menekankan, umat Islam Indonesia sebagai bagian dari umat Islam dunia. ”Oleh karena itu, berkewajiban membangun, memperkuat, dan menebarkan nilai-nilai qurani, yaitu perdamaian, ketinggian budi, dan kemanfaatan bagi kesejahteraan umat manusia (rahmatan lil alamin),” ujarnya.
Salman Al Farisi, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Afrika Selatan, Botswana, Lesotho, dan Eswatini, dalam sambutan mengatakan, Idul Fitri adalah hari manusia kembali pada fitrahnya yang suci dan bersih.
”Saya berharap agar hasil perenungan terhadap nilai-nilai Idul Fitri ini membawa semua pada keutamaan, perdamaian, dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia yang pada tahap ini telah memasuki babak baru pembangunan nasional yang perlu didukung bersama oleh seluruh elemen bangsa yang bersatu dan damai,” tutur Salman.
Seusai pelaksanaan shalat Idul Fitri, masyarakat yang terdiri dari kalangan pelajar, pekerja professional, dan keluarga besar KBRI Pretoria berbaur dalam ramah tamah. Suasana semakin hangat dan akrab ketika sajian khas Lebaran, seperti kudapan ringan hingga lontong opor lengkap dengan sambal goreng krecek, menjadi obat rindu mereka akan Tanah Air.
Tampak hadir beberapa personel TNI yang sedang cuti dari tugas mereka sebagai Satuan Tugas Pemelihara Perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo. Kegembiraan tidak hanya dirasakan WNI, beberapa warga asing juga hadir merasakan semarak perayaan Idul Fitri khas Indonesia. Mereka tidak hanya merasakan hidangan khas Lebaran, sajian lagu-lagu bertema islami dan campursari juga menjadi warna dan kehangatan bagi yang berkumpul.
Di Afrika Selatan, penduduk beragama Islam berjumlah kurang dari 2 persen dari total populasi berjumlah 57 juta jiwa. Kegiatan Ramadhan oleh masyarakat Muslim Afrika Selatan cukup marak di berbagai pelosok negeri.
Perkembangan Islam di negara itu tidak dapat dilepaskan dari peran para ulama Indonesia, seperti Shekh Yusuf Al Makassari asal Makassar, Sulawesi Selatan, dan Tuan Guru dari Tidore, Maluku Utara, yang berada di Afrika Selatan lebih dari 300 tahun lalu karena diasingkan oleh Belanda.
Selama bulan Ramadhan 1440 Hijriah, KBRI Pretoria bersama WNI diaspora di sana telah melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain buka puasa bersama yang dilanjutkan dengan shalat Tarawih berjemaah setiap akhir pekan, pengumpulan dan penyaluran zakat fitrah dan infak, safari dakwah Ramadhan, serta khataman Quran oleh majelis taklim ibu-ibu anggota Dharma Wanita.
Para pelajar Darul Ulum asal Indonesia juga banyak yang dilibatkan sebagai imam di sejumlah masjid yang tersebar di Afrika Selatan.