Aparat kepolisian dan TNI menjaga Desa Gunung Jaya dan Desa Sampuabalo, Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, menyusul insiden pembakaran rumah di Desa Gunung Jaya.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·2 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Aparat Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara dan Komando Distrik Militer Buton menjaga Desa Gunung Jaya dan Desa Sampuabalo, Kecamatan Siotapina, Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, menyusul insiden pembakaran rumah di Desa Gunung Jaya. Sejumlah pihak sedang berkoordinasi untuk mendamaikan warga kedua desa yang terlibat konflik tersebut.
”Anggota menjaga dua desa tersebut agar tak ada pergerakan lagi di lapangan. Situasi saat ini terkendali,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sultra Ajun Komisaris Besar Harry Goldenhardt, saat dihubungi, Kamis (6/6/2019).
Pada Rabu (5/6/2019), sejumlah pemuda dari Desa Sampuabalo menyerang Desa Gunung Jaya. Sempat terjadi baku lempar batu di antara kedua kelompok. Namun, karena jumlah rombongan dari Desa Sampuabalo lebih besar, warga Desa Gunung Jaya lari meninggalkan rumah. Saat ditinggal, penyerang membakar rumah. Sedikitnya 50 rumah terbakar serta empat sepeda motor dan satu pikap turut ludes.
Harry menyatakan, kejadian berawal dari kesalahpahaman. Pada Selasa (4/6/2019), sejumlah pemuda Gunung Jaya berkonvoi kendaraan melewati Desa Sampuabalo. Esoknya, seorang pemuda Desa Sampuabalo melintas di Desa Gunung Jaya. Namun, ia dipanah di Desa Gunung Jaya.
Atas kejadian itu, korban pulang ke desanya. Sekitar 100 pemuda dari Desa Sampuabalo lalu menyerang Desa Gunung Jaya. Kedua desa tersebut berjarak sekitar 20 kilometer arah timur Pasarwajo, ibu kota Kabupaten Buton.
Safrin (26), warga Pasarwajo, menyatakan, saat ini unsur pemerintah, kepolisian, dan tokoh masyarakat kedua desa berkoordinasi untuk menyelesaikan masalah. Ia berharap kedua belah pihak berbesar hati untuk menyelesaikan masalah tersebut secara damai.