Video Kecelakaan akibat ”One Way” di Pemalang Hoaks
Belakangan, kabar bohong soal video kecelakaan yang diduga terjadi di Jalan Tol Jatingaleh, Kota Semarang, Jawa Tengah, beredar di aplikasi pesan Whatsapp dan media sosial. Video tersebut beredar disertai keterangan kecelakaan terjadi akibat diberlakukannya sistem satu arah tanpa koordinasi di ruas tol Pemalang-Tegal.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
PEMALANG, KOMPAS — Belakangan, kabar bohong soal video kecelakaan yang diduga terjadi di Jalan Tol Jatingaleh, Kota Semarang, Jawa Tengah, beredar di aplikasi pesan Whatsapp dan media sosial. Video tersebut beredar disertai keterangan kecelakaan terjadi akibat diberlakukannya sistem satu arah tanpa koordinasi di ruas tol Pemalang-Tegal.
Saat dikonfirmasi pada Rabu (5/6/2019), Kepala Satuan Polisi Lalu Lintas Kepolisian Resor Pemalang Ajun Komisaris Herdiawan Arifianto mengatakan, kecelakaan tersebut bukan terjadi di ruas Tol Pemalang. Sebab, latar dalam video tersebut menunjukkan adanya rumah penduduk di kiri dan kanan jalan. Padahal, ruas tol Pemalang jauh dari permukiman penduduk.
”Ruas tol Pemalang itu kiri dan kanannya sawah dan kebun. Kalau di video tersebut, latarnya permukiman penduduk. Jadi, saya bisa pastikan itu bukan di Pemalang,” ucap Herdiawan.
Ruas tol Pemalang itu kiri dan kanannya sawah dan kebun. Kalau di video tersebut, latarnya permukiman penduduk. Jadi, saya bisa pastikan itu bukan di Pemalang.
Berdasarkan keterangan resmi yang dirilis Kepolisian Daerah Jawa Tengah pada Rabu malam, kecelakaan tersebut terjadi pada Minggu (2/6/2019) di ruas Jalan Tol Jasa Marga seksi B Kilometer 9 jalur B arah Jakarta. Kecelakaan tersebut melibatkan delapan kendaraan bermotor.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jateng Komisaris Besar Agus Triatmaja mengatakan, kecelakaan tersebut bermula saat truk dengan nomor Polisi E-9872-E yang dikemudian Budiyono, warga Banyuwangi, berjalan dari arah selatan (eks Gerbang Tol Tembalang) ke arah utara (Jatingaleh) lepas kendali. Kendaraan itu menabrak tujuh kendaraan lain yang sedang dalam kondisi contra flow.
”Kami tegaskan lagi, kecelakaan ini akibat dari pengemudi truk yang tidak bisa mengendalikan kendaraannya. Saat ini kasus tersebut sedang dalam penanganan Satuan Polisi Lalu Lintas Kepolisian Resor Kota Besar Semarang,” kata Agus.
Agus mengimbau seluruh masyarakat agar tidak mudah percaya dengan kabar yang belum tentu kebenarannya. Masyarakat diminta menyaring sebelum membagikan informasi. Jika masih ragu, Agus menyarankan masyarakat untuk mengonfirmasi kepada pihak yang berwenang.
Kecelakaan turun
Berdasarkan data Korps Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia, angka kecelakaan selama arus mudik menurun. Selama H-7 hingga H-3 Lebaran 2019, tercatat ada 284 kasus kecelakaan. Angka tersebut menurun 60 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018, yakni 703 kasus.
Selama H-7 hingga H-3 Lebaran 2019 tercatat ada 284 kasus kecelakaan. Angka tersebut menurun 60 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018, yakni 703 kasus.
Adapun korban meninggal juga tercatat menurun 59 persen. Pada 2018, sebanyak 148 orang dinyatakan meninggal akibat kecelakaan. Tahun ini, korban meninggal dalam kecelakaan pada periode yang sama turun menjadi 61 orang.
Menurut peneliti transportasi Universitas Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menurunnya angka kecelakaan dapat diartikan sebagai salah satu tanda meningkatnya kesadaran tertib berlalu lintas, ketersediaan infrastruktur yang membaik, dan penetapan sejumlah strategi manajemen rekayasa lalu lintas yang tepat.
”Dapat dikatakan, mudik tahun ini lebih nyaman dibandingkan dengan mudik tahun lalu. Selain karena telah tersambungnya Tol Trans-Jawa dari Merak hingga Probolinggo, kesiapan jalan nasional, provinsi, dan kabupaten/kota juga membaik,” ujar Djoko.
Djoko menjelaskan, waktu tempuh kendaraan dari Jakarta ke daerah lain menjadi lebih singkat. Dia mencontohkan, dua tahun lalu, perjalanan dari Jakarta ke Solo saat arus mudik memakan waktu minimal 30 jam. Sejak tahun lalu, waktu tempuhnya bisa 10 jam. Pada kondisi normal bahkan bisa mencapai 7 jam.
Meski demikian, Djoko mengingatkan keberhasilan di arus mudik Lebaran harus menjadi kewaspadaan pada arus balik lebaran. Ia berharap pencapaian di masa mudik bisa memicu perbaikan pada arus balik.