Jalan Trans-Seram yang menghubungkan tiga kabupaten di Pulau Seram, yakni Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur, lumpuh total akibat putusnya jembatan dan amblasnya jalan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·2 menit baca
AMBON, KOMPAS - Hujan deras di sejumlah wilayah di Maluku selama empat hari terakhir menyebabkan banjir dan longsor di beberapa titik. Jalan Trans-Seram yang menghubungkan tiga kabupaten di Pulau Seram, yakni Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur, lumpuh total akibat putusnya jembatan dan amblasnya jalan.
Menurut informasi yang dihimpun, Jembatan Sanahu di perbatasan Seram Bagian Barat dan Maluku Tengah amblas setelah diterjang banjir. Kendaraan tidak bisa melintas. Tidak jauh dari wilayah itu, terdapat pula ruas jalan yang amblas sehingga tidak dapat dilalui kendaraan. Hingga Jumat (7/6/2019) siang atau sehari setelah kejadian, jalur tersebut masih ditutup.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Maluku Ismail Usemahu, di Ambon, mengatakan, tim penanggulangan bencana dari dinas tersebut sedang mengalirkan air ke jalur lain agar tidak lagi melewati jembatan itu. Untuk sementara, mereka sedang menyiapkan jembatan darurat bailey.
Adapun ruas jalan yang amblas akan ditimbun menggunakan batang pohon kelapa. "Kami akan berupaya maksimal sehingga bisa rampung selama dua atau tiga hari ke depan. Jalur Trans-Seram ini merupakan jalur utama di Pulau Seram," kata Ismail.
Trans Seram merupakan jalur vital yang menghubungkan Ambon, ibu kota Maluku, ke tiga kabupaten tersebut. Lewat jalur itu, barang kebutuhan pokok dan barang penting lainnya didistribusikan. Begitu pula sebaliknya, hasil kebun dan komoditas dari desa yang dibawa ke Ambon juga melalui jalan sepanjang 914 kilometer itu.
Lumpuhnya akses Jalan Trans-Seram menyebabkan warga terpaksa memilih menggunakan jalur penyeberangan kapal laut. Pelabuhan penyeberangan yang paling cepat adalah Pelabuhan Amahai. Sayangnya, kapal pengangkut hanya beroperasi dua kali sehari dengan kapasitas penumpang maksimal 150 orang dalam sekali keberangkatan.
"Kapal tidak bisa muat banyak-banyak karena saat ini gelombang tinggi. Kami tidak mau ambil risiko. Kami tunggu sampai selesai perbaikan jembatan," kata Amrul, warga Kabupaten Seram Bagian Timur yang hendak pulang ke Ambon setelah selesai mudik Lebaran.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur Pulau Ambon, Maluku, dan sekitarnya. Curah hujan mencapai 194,9 milimeter per hari atau tergolong ekstrem. Longsor ringan pun terjadi di sejumlah lokasi di Ambon. Warga diminta waspada karena hujan masih berlanjut hingga beberapa hari ke depan.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon O Sem Wilar, melalui keterangan pers, mengatakan, curah hujan tertinggi di Kota Ambon, Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur berlangsung mulai Juni hingga Agustus.
"Kondisi atmosfer di sekitar wilayah Maluku, berdasarkan analisis satu minggu terakhir, menunjukkan keadaan yang cukup labil," katanya.