Deretan Musisi ”World Music” Tampil di Toba Samosir
Sejumlah musisi ”world music” akan tampil dalam Toba Caldera World Music Festival yang digelar pada 14-16 Juni 2019 di lapangan terbuka Bukit Singgolom, Desa Lintong Ni Huta, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Festival ini diharapkan dapat menjadi ajang berkumpulnya para komunitas world music dunia.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah musisi ”world music” akan tampil dalam Toba Caldera World Music Festival yang digelar pada 14-16 Juni 2019 di lapangan terbuka Bukit Singgolom, Desa Lintong Ni Huta, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Festival ini diharapkan dapat menjadi ajang berkumpulnya para komunitas world music dunia.
Dalam dunia etnomusikologi, istilah world music pada awalnya digunakan untuk menyebutkan musik-musik tradisi dari seluruh kebudayaan dunia (1980-an). ”Di akhir abad ke-20-an, istilah ini kemudian diadopsi oleh industri musik menjadi sebuah genre musik baru yang ada hubungannya dengan ekspresi musik tradisi dunia, misalnya pemusik pop/jazz berkolaborasi dengan para pemusik tradisi dari India, Timur Tengah, Afrika, Jawa, Bali, dan lainnya,” kata Rithaony Hutajulu, Manajer Toba Caldera World Music Festival (TCWMF), Jumat (7/6/2019).
Karya-karya world music pada umumnya menampilkan musik-musik tradisi dunia yang sudah berakar di masyarakatnya (roots music) dan juga musik-musik baru yang memiliki unsur tradisi dunia atau sering disebut world fusion karena memfusikan beberapa unsur-unsur musik dari beberapa tradisi dunia.
Saat ini, world music telah berkembang dan tampil dalam berbagai bentuk festival di dunia. Di Indonesia, festival world music pertama digelar di Bali dalam ajang Bali World Music Festival tahun 2002. Festival ini kemudian diselenggarakan di sejumlah kota lain, seperti Bandung (Jabar), Pekanbaru (Riau), Sawahlunto dan Padang (Sumbar), serta Banda Aceh (Aceh).
Musisi dalam dan luar negeri
Perhelatan TCWMF 2019 akan diramaikan beberapa musisi world music dalam dan luar negeri. Beberapa maestro musik tradisi dalam negeri akan tampil, seperti Irwansyah Harahap dengan kelompok musik Suarasama, Djaduk Ferianto dengan Kua Etnika, hingga kelompok musik Batak Mataniari (Toba roots music) yang akan berkolaborasi dengan ”Si Raja Seruling” Marsius Sitohang.
Selain itu, hadir pula beberapa kelompok world music luar negeri, mulai dari FieldPlayers (Malaysia), Jade School Guzheng Ensemble bersama Prof Xiaoxin Xiao (China), hingga Daniel Milan Cabrera dengan Deva Baumbach (Meksiko).
Turut meramaikan festival ini, sejumlah kelompok musik dari beberapa universitas, meliputi Community Creative (Universitas Negeri Padang), Communal Primitive (Universitas Sumatera Utara Medan), Ensamble Musik Universitas HKBP Nommensen Medan, Ensambel Gendang Kampung (Universitas Negeri Medan), dan beberapa kelompok musik tradisi lain.
Direktur TCWMF Irwansyah Harahap mengatakan, festival ini digelar bekerja sama dengan berbagai komunitas di kota Balige dan masyarakat Kecamatan Tampahan Tobasa.
”TCWMF diharapkan bisa menjadi ajang berkumpulnya para komunitas world music dunia. Selain itu, festival ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan dan mempromosikan destinasi wisata Danau Toba kepada Indonesia dan dunia,” ucap Irwansyah.
Mudah diakses
Lokasi TCWMF 2019 hanya berjarak lebih kurang 25 menit dari Bandara Silangit dan kota Balige. Dengan demikian, pengunjung lebih mudah mengakses dan menyaksikan festival.
”Tahun lalu kami menggelar festival di ruang tertutup di TB Silalahi Center selama satu hari saja. Namun, tahun ini kita mencoba melakukannya di lapangan terbuka selama tiga hari. Tak mudah memang. Namun, dengan keterlibatan berbagai pihak dalam penyelenggaraan festival ini, kami menjadi lebih optimistis,” tutur Irwansyah.
Direktur Pemasaran Badan Otorita Pariwisata Danau Toba Basar Simanjuntak menambahkan, TCWMF 2019 merupakan salah satu kegiatan yang mengawali kalender acara pariwisata di Danau Toba tahun ini.
”Festival ini diharapkan bisa menjadi satu model pengembangan pariwisata berbasis kegiatan yang berkelanjutan di Danau Toba dan ajang berkumpulnya komunitas-komunitas world music dunia,” lanjutnya.
Selain menampilkan pertunjukan musik, TCWMF 2019 juga akan diramaikan dengan pameran kerajinan, kuliner, lokakarya tenun, dan world/roots music.
Pada acara pembukaan TCWMF 2019 pada 14 Juni 2019, akan disuguhkan satu pentas kolaborasi ”Lintas Bunyi” dari beberapa etnis, meliputi Toba-Simalungun-Nias, Tionghoa, Pakpak, dan Mandailing. Dalam penutup acara hari ketiga pada 16 Juni 2019, juga akan dihadirkan kolaborasi musik antarmusisi.