Jumlah dan Perilaku Pengunjung Candi Borobudur Diawasi
Selama libur Lebaran, 5-15 Juni 2019, jumlah dan perilaku wisatawan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, terus diawasi dan dikendalikan. Selain demi keselamatan dan kenyamanan pengunjung, upaya ini dilakukan untuk alasan konservasi dan menjaga kelestarian bangunan candi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Selama libur Lebaran 5-15 Juni 2019, jumlah dan perilaku wisatawan di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, terus diawasi dan dikendalikan. Selain demi keselamatan dan kenyamanan pengunjung, upaya ini sekaligus dilakukan untuk alasan konservasi dan menjaga kelestarian bangunan candi.
Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Tri Hartono mengatakan, di lapangan, tugas pengawasan ini dilakukan sedikitnya 50 personel, berikut petugas satpam dari BKB.
Dalam hal jumlah, menurut dia, para petugas tersebut akan terus mengawasi dan mengendalikan agar jumlah pengunjung yang berada di atas bangunan candi tidak berlebihan hingga berdesak-desakan.
”Setiap waktu, kami terus mengawasi dan mengendalikan agar jumlah pengunjung yang ada di bangunan candi hanya berkisar 800-1.000 orang,” ujar Tri, Jumat (7/6/2019).
Jika jumlah pengunjung terpantau sudah mencapai 1.000 orang, Tri mengatakan, pihaknya akan segera menghentikan aliran pengunjung dan meminta wisatawan yang berada di pintu masuk untuk menunggu 10-15 menit. Aliran masuk pengunjung ini baru akan kembali dibuka ketika jumlah wisatawan yang ada di bangunan candi kurang dari 800 orang karena sudah ada sebagian pengunjung yang turun.
Setiap waktu, kami terus mengawasi dan mengendalikan agar jumlah pengunjung yang ada di bangunan candi hanya berkisar 800-1.000 orang.
Pengendalian jumlah pengunjung ini, menurut dia, dilakukan dengan melakukan penghitungan secara manual dan mengamati kondisi, lalu lalang wisatawan, apakah terlihat berdesakan atau tidak.
Selain demi keselamatan dan kenyamanan pengunjung saat berwisata, upaya pembatasan jumlah pengunjung ini dilakukan demi meminimalisir potensi kerusakan pada bangunan candi.
“Tekanan, beban demikian besar serta gesekan alas kaki dari demikian banyak pengunjung berpotensi mempercepat laju pelapukan batuan candi,” ujar Tri.
Adapun terkait dengan perilaku, lanjut Tri, pengawasan harus tetap dilakukan karena hingga saat ini masih ada pengunjung yang menggores, mencorat-coret, dan membuang sampah sembarangan di sekitar bangunan Candi Borobudur.
Menyelipkan sampah
Tri menambahkan, sampah kertas, plastik, tisu, masih ada yang diselipkan pengunjung di sela-sela batu candi. Menyikapi hal itu, seluruh personel dan petugas satpam ikut membantu membersihkan, mengambil, dan membuang sampah tersebut di tempat sampah yang tersedia.
Petugas pun harus sigap mengingatkan pengunjung saat berfoto di bangunan candi. Biasanya, ada sebagian pengunjung yang mengabaikan aturan dan nekat berswafoto dengan menaiki stupa.
General Manager Taman Wisata Candi Borobudur I Gusti Putu Ngurah Sedana mengatakan, pihaknya sudah berupaya menghindari terjadi penumpukan wisatawan di atas bangunan candi dengan cara membuka pintu keluar di sisi barat.
”Sisi barat ini berjarak cukup jauh dengan para pedagang yang terkumpul di daerah Sentra Kerajinan dan Makanan Borobudur. Biasanya, pedagang inilah yang mencegat pengunjung sehingga aliran pengunjung keluar pun tersendat dan tiba-tiba berhenti selama sekitar satu jam,” tuturnya. Semula, pintu keluar berada di sisi utara candi.
Berhentinya pengunjung di pintu keluar selama ini menyebabkan pengunjung yang beranjak pulang tetap tertahan di bangunan candi. Padahal, penumpukan wisatawan di atas bangunan menimbulkan terjadinya beban berlebihan yang berisiko merusak bangunan candi.
Dalam pengamatan di lapangan, rata-rata pengunjung yang datang hanya berfoto-foto sebentar di pelataran, kemudian terburu-buru, beramai-ramai ingin naik ke candi. Dari kejauhan, sebagian kerumunan pengunjung juga ada di sekitar stupa di puncak Candi Borobudur.