- Jumlah kecelakaan serta jatuhnya korban pada masa mudik Lebaran 2019 menurun signifikan dibandingkan 2018. Hal itu antara lain karena kesiapan sarana yang jauh lebih baik. Namun, pemudik diminta tak terlena dan tetap mengedepankan kehati-hatian demi keselamatan.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Jumlah kecelakaan serta jatuhnya korban pada masa mudik Lebaran 2019 menurun signifikan dibandingkan 2018. Hal itu antara lain karena kesiapan sarana yang jauh lebih baik. Namun, pemudik diminta tak terlena dan tetap mengedepankan kehati-hatian demi keselamatan.
Menurut data Korps Lalu Lintas Polri, pada delapan hari pelaksanaan Operasi Ketupat 2019, yakni 29 Mei-5 Juni 2019, atau selama arus mudik hingga H1 Lebaran, terjadi 410 kecelakaan lalu lintas. Jumlah korban meninggal yakni 97 orang.
"Dibandingkan 2018, dapat disimpulkan, kecelakaan lalu lintas turun 62 persen dan korban meninggal dunia turun 57 persen," kata Kepala Korlantas Polri Inspektur Jenderal Refdi Andri, di Gerbang Tol (GT) Kalikangkung, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (6/6/2019).
Menurut Refdi, sejumlah faktor yang membuat tingkat kecelakaan dan jumlah korban meninggal serta luka menurun ialah kesiapan infrastruktur yang lebih baik. Seperti diketahui, masa mudik dan balik Lebaran 2019 merupakan pertama kalinya tol beroperasi penuh dari Merak, Banten hingga Probolinggo, Jawa Timur.
Kemudian, rambu-rambu, marka jalan, serta kelengkapan sarana lain juga sudah jauh lebih baik. Artinya, menurut Refdi, tingkat keselamatan itu dari waktu ke waktu sudah lebih baik. Hal tersebut berpengaruh pada kelancaran arus lalu lintas.
Menurut Refdi, tingkat keselamatan itu dari waktu ke waktu sudah lebih baik. Hal tersebut berpengaruh pada kelancaran arus lalu lintas.
Meskipun data sejauh ini menunjukkan tren positif, partisipasi masyarakat tak kalah penting. "Tentu yang kami harapkan bisa zero accident dan tidak ada yang meninggal dunia. Nyawa manusia berarti bagi siapapun, karena itu semua perlu disiapkan dengan baik," ucap Refdi.
Refdi pun mengimbau kepada seluruh pengguna ruas tol maupun nontol agar menaati rambu dan marka. Sesuai dengan peraturan pemeritah, kecepatan maksimal kendaraan di jalan tol yakni 60 km per jam-100 km per jam. Di jalan antarkota dan provinsi, kecepatan maksimal 80 km per jam, perkotaan maksimal 50 km per jam, dan permukiman maksimal 30 km per jam.
"Bagaimanapun, dengan mematuhi rambu-rambu dan ketentuan, keselamatan bersama dapat tercapai. Harapannya, angka-angka kecelakaan yang ada menjadi acuan dan pelajaran bagi kita semua. Harus dipastikan, arus balik 2019 akan lebih menyenangkan," kata Refdi.
Sementara itu, Manajer Layanan Transaksi Tol Semarang-Solo, Anton Yusuf, menuturkan, salah satu penyebab kepadatan di tol Semarang-Solo di wilayah Ungaran, Kabupaten Semarang ialah kendaraan yang berhenti di bahu tol. Pihaknya mengarahkan, apabila rest area tak mencukupi, kendaraan terus melaju menuju rest area berikutnya.
Sebelumnya, dilaporkan puncak arus mudik tahun ini terjadi dalam dua gelombang, yaitu pada H-4 dan H-3 Lebaran. Berdasarkan data Jasa Marga, puncak arus mudik di GT Cikampek Utama terjadi pada Sabtu (1/6) dengan jumlah kendaraan 87.758 unit.
Sementara itu, pada Minggu (2/6), jumlah kendaraan yang melewati GT Cikampek Utama mulai turun menjadi 75.648 kendaraan. "PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat total 926.852 kendaraan meninggalkan Jakarta menuju arah timur, arah barat, dan arah selatan sejak H-7 sampai H-3 Lebaran 2019,” kata Corporate Communications Department Head Irra Susiyanti. (Kompas, 4 Juni 2019).