Libur Lebaran Diharapkan Jadi Momentum Kebangkitan Lombok
Kawasan Pantai Senggigi, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat, NTB, masih menjadi salah satu destinasi favorit masyarakat mengisi masa libur Idul Fitri. Meski masih jauh dari kondisi normal, hal itu cukup menggairahkan kembali aktivitas wisata yang lama lesu pascagempa Pulau Lombok 2018.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Kawasan Pantai Senggigi, Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, masih menjadi salah satu destinasi favorit masyarakat mengisi masa libur Idul Fitri. Meski masih jauh dari kondisi normal, hal itu cukup menggairahkan kembali aktivitas wisata yang lama lesu pascagempa bumi di Pulau Lombok pada 2018.
Dari pantauan Kompas, Jumat (7/6/2019), pengunjung mulai berdatangan sejak pagi menjelang siang dan semakin banyak menjelang sore. Mereka datang menggunakan sepeda motor dan mobil. Ada yang hanya berdua, tetapi tidak sedikit yang datang dalam rombongan keluarga besar.
Setelah membeli tiket dan masuk ke kawasan pantai, mereka menyebar ke sejumlah lokasi. Ada yang ke dermaga, menyewa tikar, membeli makanan seperti sate bulayak, berenang, serta menyewa kano atau kapal untuk berkeliling.
”Pascagempa yang mengguncang Lombok pada Agustus 2018, hingga sekarang, tingkat kunjungan belum pulih. Bahkan malam Tahun Baru sepi. Pengunjung harian bisa dihitung dan pada akhir pekan paling banyak 10-20 kendaraan. Padahal, biasanya lebih dari 100 kendaraan,” tutur Haeril (35), petugas tiket di Pantai Senggigi.
Menurut Haeril, kondisi sedikit membaik memasuki masa libur Lebaran. Sejak Kamis, 6 Juni, atau sehari setelah Lebaran, banyak warga berkunjung ke Pantai Senggigi.
”Bisa sampai 100 kendaraan. Tidak hanya warga lokal, tetapi juga dari luar Pulau Lombok, seperti Sumbawa dan sejumlah daerah di Pulau Jawa. Selain itu, ada juga wisatawan asing,” ucap Haeril.
Muhammad Saefudin (36), salah satu wisatawan asal kota Sumbawa Besar, Kabupaten Sumbawa, mengatakan, Senggigi dipilih selain karena jaraknya hanya sekitar 18 kilometer dari Kota Mataram, juga karena fasilitasnya lengkap. Tempat wisata ini nyaman dan aman untuk liburan keluarga.
”Anak-anak bisa berenang, selain itu ada petugas keamanan yang terus berjaga,” lanjutnya.
Saefudin yang sehari-hari bekerja di bidang kesehatan datang ke Senggigi bersama 22 anggota keluarganya. Tidak hanya dari Sumbawa, ada juga keluarganya dari Jombang, Jawa Timur.
”Saya memang sengaja mengajak mereka ke sini untuk mendukung upaya pemerintah menggiatkan kembali pariwisata di NTB. Saya kira itu tanggung jawab bersama, apalagi ada program Visit Lombok Sumbawa. Meski saat ini lesu, saya yakin pariwisata Lombok tidak akan mati,” tutur Saefudin.
Dampak positif
Meningkatnya jumlah pengunjung secara langsung berdampak positif bagi usaha terkait pariwisata di Pantai Senggigi, antara lain kuliner dan penyewaan peralatan seperti kano, ban, dan kapal.
Ratni (40), salah satu pedagang sate bulayak, menyebutkan, libur Lebaran membawa berkah baginya. ”Saya sudah mulai berjualan sejak Kamis lalu. Alhamdulillah, sehari bisa dapat Rp 1 juta karena pembeli banyak,” katanya.
Menurut Ratni, kondisi itu berbeda dengan kondisi pascagempa karena kawasan Senggigi sepi pengunjung. ”Paling banyak Rp 200.000-Rp 300.000. Itu pun tidak selalu ada. Dulu, sebelum gempa, selain pengunjung, tamu-tamu yang menginap di hotel juga ikut beli. Sekarang, hotel juga sepi,” kata Ratni.
Menurut Ratni, libur Lebaran menjadi harapannya bersama para pedagang lain yang berjualan di Senggigi. Terutama Lebaran Topat atau tradisi masyarakat Lombok setelah berpuasa enam hari berturut-turut seusai Idul Fitri. ”Biasanya pengunjung lebih ramai. Saya biasanya dapat Rp 1,2 juta bahkan lebih pada hari itu,” katanya.
Hal serupa dirasakan para pengelola penyewaan kano di Senggigi. Ketua Kelompok Kano Senggigi, Wahyu (31), mengatakan, ada 63 kano yang setiap hari disewakan di Senggigi.
”Sebelum gempa, pada akhir pekan, semua kano disewa dan bisa empat kali turun. Pascagempa sulit, bahkan tidak semua disewakan. Sekarang, ketika libur Lebaran, ada harapan. Meski hanya sekali turun, semua disewakan,” ucap Wahyu.
Seperti Ranti, Wahyu juga berharap, saat Lebaran Topat pengunjung akan membeludak. Dengan begitu, penyewaan kano serta usaha lain yang bergantung pada pengunjung Pantai Senggigi bisa merasakan dampak positif.
Sebelumnya, Bupati Lombok Barat Fauzan Khalid menyampaikan harapan agar setelah Ramadhan, pariwisata NTB, khususnya Lombok, kembali pulih. Saat ini, Lombok Barat termasuk daerah yang sangat merasakan dampak gempa terutama di sektor pariwisata.
Saat ini, Lombok Barat termasuk daerah yang sangat merasakan dampak gempa terutama di sektor pariwisata.
”Hingga saat ini, okupansi hotel masih 30-40 persen. Biasanya sampai 70 persen dan itu termasuk tinggi. Tetapi kami berharap, pasca-Ramadhan atau Lebaran, kondisi membaik,” kata Fauzan.
Menurut dia, sejumlah pergelaran budaya, termasuk Lebaran Topat bisa menarik wisatawan sehingga akan menggairahkan kembali pariwisata Lombok.
”Sejalan dengan itu, kami juga terus berupaya meyakinkan masyarakat di luar sana bahwa Lombok aman. Kami juga terus membenahi destinasi wisata (yang rusak karena gempa),” ujar Fauzan.