Siapa pun yang melewati bangunan masjid ini pasti akan penasaran. Dari kejauhan, terlihat tulisan nama masjid yang terpampang di pelataran. Tulisan itu terdiri dari tiga aksara dalam tiga bahasa, yakni Arab, Indonesia, dan Mandarin.
Oleh
Aditya Diveranta
·3 menit baca
Masjid Ramlie Musofa membawa corak Melayu, Arab, dan China. Bangunan itu merupakan wujud cinta yang memadukan keberagaman dalam satu keindahan.
Siapa pun yang melewati bangunan masjid ini pasti akan penasaran. Dari kejauhan, terlihat tulisan nama masjid yang terpampang di pelataran. Tulisan itu terdiri dari tiga aksara dalam tiga bahasa, yakni Arab, Indonesia, dan Mandarin. Namun, ketiganya menyerukan satu arti nama, yakni Masjid Ramlie Musofa.
Bangunan masjid pun tampak mencolok dari kejauhan. Dari satu sisi Jalan Danau Sunter Raya Selatan, tak jauh dari tepian danau, bentuk kubahnya yang putih dan anggun mengingatkan akan Taj Mahal di India.
Taj Mahal yang juga putih dan anggun di tepi Sungai Yamuna, India, itu merupakan bentuk cinta Kaisar Mughal Shah Jahan kepada permaisurinya, Mumtaz Mahal.
Rasa penasaran dialami kurir dokumen dan barang Rafid (26). Ia sebenarnya warga Bekasi, namun terbiasa melintasi masjid di sela-sela waktu sebagai kurir antar barang ke Jakarta Utara. ”Sekitar seminggu sekali, saya lewat sini dan kadang menumpang Jumatan,” ucap Rafid seusai shalat, Jumat (24/5/2019).
Sholehuddin (39), ustaz yang mengurusi Masjid Ramlie Musofa, mengatakan, masjid itu berdiri sejak 2016. Bangunannya merupakan perpaduan antara arsitektur Taj Mahal, Masjid Nabawi di pusat kota Madinah, dengan ornamen tulisan huruf Mandarin.
Arsitektur masjid diwarnai latar belakang keluarga pendirinya, Ramli Rasidin, seorang keturunan Aceh yang menikah dengan keturunan Tionghoa. Hal ini kemudian tecermin pada aksen perpaduan antara Islam dengan Tionghoa di sana.
Saat memasuki pelataran masjid, kutipan ayat Al Quran terlihat bersanding dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia dan Mandarin.
Demikian juga kutipan surah Alfatihah terpampang berukuran besar di sisi kanan dan kiri dinding tangga menuju pintu masuk utama. Saat keluar melalui pintu yang sama, pengunjung akan menghadap ke arah dinding yang bertuliskan surah Alqari’ah.
Sholehuddin mengatakan, kutipan surah Alfatihah dan Alqari’ah di pelataran masjid merupakan permintaan dari Ramli sendiri. ”Itu permintaan dari Pak Haji Ramli. Filosofinya,” ujarnya.
Alfatihah itu sebagai pedoman hidup manusia. Sementara itu, surah Alqari’ah dipasang sebagai pengingat akan adanya hari akhir yang dipercayai oleh umat Islam.
Saat keluar melalui pintu yang sama, pengunjung akan menghadap ke arah dinding yang bertuliskan surah Alqari’ah. Sholehuddin mengatakan, kutipan surah Alfatihah dan Alqari’ah di pelataran masjid merupakan permintaan dari Ramli sendiri.
”Itu permintaan dari Pak Haji Ramli. Filosofinya, Alfatihah itu sebagai pedoman hidup manusia. Sementara itu, surah Alqari’ah dipasang sebagai pengingat akan adanya hari akhir yang dipercayai oleh umat Islam.
Filosofi masjid
Sofyan Rasidin, anak dari Ramli Rasidin, menceritakan bahwa asal-usul nama masjid merupakan perpaduan dari nama anggota keluarganya. Ramli Rasidin adalah seorang keturunan Aceh yang masuk Islam pada 1964.
Ramli kemudian menikahi Lie Njoek Kim, wanita berkebangsaan Tionghoa dan mulai pindah ke Jakarta pada 1970. ”Asal-usul nama Ramlie Musofa berasal dari gabungan nama bapak, ibu, serta tiga anaknya. Ada Muhammad Rasidin, saya sendiri Sofyan Rasidin, dan Fabianto Rasidin,” jelasnya.
Keberadaan masjid diharap menjadi rumah ibadah bagi umat Islam tanpa mengotak-kotakkan aliran tertentu. Hal ini menjadi pesan yang ia ilhami dari ayahnya yang saat ini telah berusia lanjut.
Adopsi bangunan Taj Mahal serta interior Masjid Nabawi merupakan lambang cinta Ramli terhadap Tuhan, agama, serta keluarga.
”Segala detail bangunan, seperti perpaduan Taj Mahal, Masjid Nabawi, serta adanya sebagian huruf dalam bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia melambangkan latar belakang sosok Ramli Rasidin,” katanya.
Sebagai salah satu masjid besar di wilayah Sunter, masjid itu sekarang juga menjadi tujuan wisata religi. Jumat menjelang maghrib itu, terlihat ibu-ibu dan muda mudi yang datang dan berswafoto di depannya.
Yudha (49), warga Sunter, menilai Masjid Ramlie Musofa merupakan lambang keragaman budaya dari umat Islam di Jakarta. Apalagi, letaknya juga di lingkungan yang masyarakatnya sangat beragam.
Memandang keanggunan Masjid Ramlie Musofa, terlihat betapa indah Islam merengkuh keragaman.