Nilai Pancasila Pedoman Bali Menghormati Keberagaman
Masyarakat Bali mengakui dan menghormati keberagaman sebagai pengamalan nilai-nilai Pancasila. Pancasila, yang disampaikan Soekarno dalam rapat Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 1 Juni 1945, menjadi kekuatan utama persatuan dan kesatuan Indonesia.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Masyarakat Bali mengakui dan menghormati keberagaman sebagai pengamalan nilai-nilai Pancasila. Pancasila, yang disampaikan Soekarno dalam rapat Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada 1 Juni 1945, menjadi kekuatan utama persatuan dan kesatuan Indonesia.
Hal itu disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster dalam acara ramah-tamah di kediaman Gubernur Bali, Denpasar, Kamis (6/6/2019) malam, serangkaian dengan silaturahmi halalbihalal dalam perayaan Idul Fitri 1440 Hijriah dan peringatan 118 tahun hari lahir Bung Karno.
”Halalbihalal ini merupakan cara konkret Pemerintah Provinsi Bali untuk mewujudkan kerukunan antarumat di Bali,” kata Koster.
Acara ramah tamah di kompleks Jaya Sabha itu dihadiri unsur pimpinan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Provinsi Bali, antara lain Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Wakil Kepala Kepolisian Daerah Bali Brigadir Jenderal I Wayan Sunartha, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bali I Nyoman Sugawa Korry, serta Komandan Komando Resor Militer (Korem) 163/Wira Satya Kolonel Arh Albertus Magnus Suharyadi.
Bung Karno berjasa besar bagi Indonesia, termasuk dalam merumuskan Pancasila yang menjadi ideologi, landasan hidup, dan cara Indonesia memandang dunia.
Menurut Sekretaris Daerah Bali Dewa Made Indra, Pemprov Bali menggelar sejumlah acara dalam memperingati Hari Pancasila 1 Juni dan Bulan Bung Karno. Acara diawali dengan perayaan Hari Pancasila di Taman Budaya Denpasar pada Sabtu, 1 Juni.
”Malam (halalbihalal) ini perpaduan istimewa. Ini adalah satu bentuk penghormatan atas keberagaman di Bali karena apa pun latar belakangnya dan agamanya, kita di sini adalah sesama orang Bali,” ujar Indra dalam sambutannya.
Lebih lanjut dikatakan, Bali memiliki hubungan emosional, psikologis, dan kesejarahan dengan Soekarno atau Bung Karno. Ibunda Soekarno berasal dari Bali sehingga Bung Karno merupakan putra Bali meskipun Bung Karno lahir di Surabaya.
Kedekatan hubungan antara figur Bung Karno dan masyarakat Bali, menurut Koster, terus dijaga keluarga Bung Karno dan masyarakat Bali hingga saat ini.
”Bung Karno berjasa besar bagi Indonesia, termasuk dalam merumuskan Pancasila yang menjadi ideologi, landasan hidup, dan cara Indonesia memandang dunia,” kata Koster di hadapan undangan ramah-tamah, termasuk pimpinan majelis umat dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali.
Oleh sebab itu, Pemprov Bali mengadakan kegiatan memperingati jasa Bung Karno melalui Bulan Bung Karno dan peringatan Hari Pancasila 1 Juni selama bulan Juni.
Karakter bangsa
Koster menambahkan, Bung Karno menggali nilai-nilai karakter masyarakat Indonesia yang mengakui keagamaan, menghargai keberagaman, dan menghormati toleransi. Salah satu contoh, masyarakat Bali menyebut pemeluk Islam di Bali dengan nyama Selam atau saudara Muslim dan mereka hidup harmoni di tengah masyarakat Bali yang mayoritas Hindu.
”Inilah sifat dan karakter sejati bangsa Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi, intoleransi, dan radikalisme,” katanya.
Perwakilan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali H Roichan Muchlis mengapresiasi positif acara ramah-tamah yang diselenggarakan Pemprov Bali serangkaian dengan Idul Fitri 1440 H dan peringatan Hari Pancasila serta Bulan Bung Karno.
”Ini luar biasa dan baru pertama kali dalam 51 tahun kami hadir bersama-sama di halaman gedung kediaman Gubernur Bali untuk halalbihalal,” kata Roichan sembari menambahkan, pertemuan silaturahmi seperti ini bagus untuk menjalin kasih sayang antarumat beragama di Bali.
Ini luar biasa dan baru pertama kali dalam 51 tahun kami hadir bersama-sama di halaman gedung kediaman Gubernur Bali untuk halalbihalal.
Roichan menambahkan, halalbihalal adalah tradisi khas Indonesia dalam Lebaran dan menjadi budaya Indonesia yang diwarnai suasana kedalaman hidup beragama. ”Istilah halalbihalal juga sangat erat sejarahnya dengan Bung Karno,” lanjutnya.
Ketua FKUB Provinsi Bali Ida Penglingsir Agung Putra Sukahet menyebutkan, acara ramah-tamah serangkaian Bulan Bung Karno dan silaturahmi dalam halalbihalal Idul Fitri 1440 H yang digagas dan digelar Gubernur Bali menjadi momentum yang patut disyukuri. Acara itu dinilai sangat bermakna dalam konteks kenegaraan, kemasyarakatan, dan kehidupan beragama di Bali.
”Kami di FKUB bersyukur dan berterima kasih karena Gubernur Bali memfasilitasi suasana kerukunan di Bali dilandasi nilai agama, nilai kebangsaan, dan kearifan lokal,” ujar Putra Sukahet.