PALU, KOMPAS Pencarian 17 anak buah kapal KM Lintas Timur yang hilang di perairan Banggai Laut, Sulawesi Tengah, sejak Sabtu (1/6/2019), berlanjut. Berdasarkan informasi dari para nelayan di sekitar perairan Kabupaten Banggai, mereka sempat melihat benda terapung seperti jenazah berpelampung, tapi cuaca buruk dan gelombang tinggi menyulitkan mereka mendekati.
”Selain pencarian korban di laut, informasi lain kami kumpulkan. Semua tim search and rescue dari sejumlah instansi terlibat,” kata Kepala Basarnas Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu Basrano di Palu, Sulteng, Kamis (6/6).
Kamis kemarin merupakan hari keempat pencarian terhadap 17 anak buah kapal (ABK) KM Lintas Timur yang tenggelam pada hari Sabtu sekitar pukul 14.00 Wita. Satu ABK bernama Yakub selamat setelah terapung selama 4 hari.
Ia dievakuasi kapal yang melintas di sekitar lokasi kejadian di perairan Banggai Laut. Saat KM Lintas Timur tenggelam, kondisi cuaca buruk dengan gelombang tinggi.
Saat itu, KM Lintas Timur yang berbobot 1.720 GT mengangkut semen dari Bitung, Sulawesi Utara, menuju Morowali, Sulteng. Sebelum tenggelam, seperti dikatakan Yakub, kapal beberapa kali mengalami rusak mesin sehingga harus singgah di pelabuhan kecamatan Lolak, Bolaang Mongondow.
Setelah perbaikan selesai, kapal melanjutkan perjalanan. Namun, mesin kembali mati dan tak bisa diperbaiki hingga kelistrikan mati total. Pada saat itu, kata Yakub, seperti dikutip Kompas.com, nakhoda Martinus Matitaputi meminta ABK meninggalkan kapal ketika kapal diempas gelombang tinggi.
Libatkan TNI AU
Untuk memperluas kemungkinan pencarian, selain di laut dan mengumpulkan informasi di darat, pencarian pada hari keempat kemarin juga melibatkan TNI Angkatan Udara dari Pangkalan Angkatan Udara Hasanuddin, Makassar, Sulsel. Mereka mengobservasi dari udara dan mencari tanda-tanda keberadaan para korban.
Saat dihubungi dari Palu, Rabu (5/6), Direktur PT Citra Baru Adi Nusantara, operator KM Lintas Timur, Suanthie John menyatakan, kerusakan kapal yang diperbaiki di Bitung hanya masalah kelistrikan. Setelah diperbaiki, kapal bisa kembali beroperasi secara normal.
Selasa (28/5), nakhoda kapal mengirimkan kabar ke perusahaan yang berkantor di Surabaya, bahwa kapal akan tiba di Morowali Sabtu (1/6) atau paling lambat Minggu (2/6).
Menurut Suanthie, pihaknya sudah menghubungi syahbandar di sekitar tempat kejadian untuk mencari informasi terkait kejadian itu. Tenaga teknis dari perusahaan diberangkatkan pada Kamis kemarin untuk menangani korban selamat dan membantu tim SAR.
Di Jakarta, Kementerian Perhubungan menurunkan tim khusus guna mengawasi keselamatan pelayaran di Danau Toba, Sumatera Utara. ”Saya menugaskan tim khusus,” kata Menhub Budi Karya Sumadi.
Pascakecelakaan kapal di Danau Toba sekitar setahun lalu, Kemenhub telah berusaha meningkatkan aspek keselamatan. (VDL/ARN)