Pergerakan tanah merusak sejumlah bangunan di kompleks Institut Agama Islam Negeri Ambon, Maluku.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Pergerakan tanah membuat sejumlah bangunan di kompleks Institut Agama Islam Negeri Ambon, Maluku, anjlok dan retak. Hal ini disebabkan kondisi tanah yang jenuh akibat curah hujan ekstrem mengguyur wilayah Ambon dan sekitarnya selama beberapa hari terakhir.
Berdasarkan pantauan pada Jumat (7/6/2019), bangunan yang mengalami kerusakan paling parah adalah gedung perpustakaan, laboratorium Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan auditorium. Di gedung perpustakaan, pergerakan tanah membuat bangunan berlantai tiga itu ambles hingga 2 meter. Sebagian tiang dan dindingnya retak serta ambruk. Plafon pun runtuh.
Bangunan tempat penyimpanan generator set (genset) yang berada di samping gedung perpustakaan juga anjlok hingga 2 meter. Sementara gedung auditorium yang baru dibangun mengalami retak di bagian tengah. Demi keselamatan, polisi telah memasang garis polisi di sekeliling bangunan itu agar tidak didekati orang.
Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon Hasbollah Toisuta mengakui, letak bangunan yang berada di kawasan perbukitan itu berpotensi rusak akibat pergerakan tanah. Kompleks IAIN Ambon seluas lebih kurang 25 hektar berada di perbukitan dengan kemiringan hingga 45 derajat. Kondisi itu semakin diperparah jika terjadi curah hujan ekstrem.
Sebelumnya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mengguyur Pulau Ambon, Maluku, dan sekitarnya. Curah hujan mencapai 194,9 milimeter per hari atau tergolong ekstrem. Longsor ringan pun terjadi di sejumlah lokasi. Warga diminta waspada karena hujan masih berlanjut hingga beberapa hari ke depan (Kompas, 6/6/2019).
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon O Sem Wilar, melalui keterangan pers pada Jumat pagi, mengatakan, curah hujan tertinggi terjadi di Kota Ambon, Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur berlangsung mulai Juni hingga Agustus.
”Kondisi atmosfer di sekitar wilayah Maluku, berdasarkan analisis satu minggu terakhir, menunjukkan keadaan yang cukup labil,” katanya.
Merespons pergeseran tanah di IAIN itu, Kepala Polda Maluku Inspektur Jenderal Royke Lumowa mengadakan rapat singkat di Markas Polda Maluku pada Jumat petang. Royke mengundang sejumlah pemangku kepentingan. Rapat itu membentuk sebuah tim kecil untuk menangani bencana tersebut. Tim diketuai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku Ismail Usemahu.
Trans-Seram Lumpuh
Sementara itu, akibat hujan deras, jalan Trans-Seram yang menghubungkan tiga kabupaten di Pulau Seram, yakni Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, dan Seram Bagian Timur, lumpuh total akibat putusnya jembatan dan amblesnya jalan.
Trans-Seram merupakan jalur vital yang menghubungkan Ambon, ibu kota Maluku, ke tiga kabupaten tersebut. Lewat jalur itu, barang kebutuhan pokok dan barang penting lainnya didistribusikan. Begitu pula sebaliknya, hasil kebun dan komoditas dari desa yang dibawa ke Ambon juga melalui jalan sepanjang 914 kilometer itu.
Lumpuhnya akses jalan Trans-Seram menyebabkan warga terpaksa memilih menggunakan jalur penyeberangan kapal laut. Pelabuhan penyeberangan yang paling cepat adalah Pelabuhan Amahai. Sayangnya, kapal pengangkut hanya beroperasi dua kali sehari dengan kapasitas penumpang maksimal 150 orang dalam sekali keberangkatan.