Produksi Gula Petani Diperkirakan di Bawah 2 Juta Ton
Oleh
Ferry Santoso
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Produksi gula kristal putih hasil giling tebu pada tahun 2019 diperkirakan turun dan tidak mencapai 2 juta ton. Penurunan produksi itu antara lain dipengaruhi oleh produktivitas yang rendah dan luas area tanam yang berkurang.
Ketua Dewan Pembina Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTRI), Arum Sabil ,yang dihubungi di Jember, Jawa Timur, menyampaikan hal itu, Selasa (4/6/2019). "Produksi tahun ini diperkirakan turun dan tidak lebih dari 2 juta ton," kata Arum. Tahun 2018, produksi gula petani mencapai 2,1 juta ton.
Penurunan produksi gula petani tahun 2019, lanjut Arum, diperkirakan karena produktivitas rendah dan luas area tanam berkurang. "Produktivitas rendah itu terkait penyedian varietas bibit yang kurang baik dan perawatan kurang maksimal," katanya.
Arum menambahkan, produksi gula petani cenderung turun sejak 2008, ketika itu mencapai 2,8 juta ton. Seiring dengan maraknya pendirian pabrik-pabrik gula rafinasi, produksi gula terus menurun. Selain itu, harga gula petani seringkali kurang menentu atau rendah sehingga petani tidak mendapatkan insentif dan kurang bersemangat.
Terkait musim giling 2019, menurut Arum, harga gula petani cukup bagus, yaitu berkisar Rp 10.500 per kilogram sampai Rp 11.000 per kilogram. Harga gula petani cukup bagus karena impor gula mentah berkurang dan stok gula nasional menipis.
Berbeda dengan tahun lalu, harga gula petani tahun 2018 turun dan tidak terserap. Kalangan petani tebu meminta pemerintah menugaskan Perum Bulog segera menyerap gula petani. Gula hasil giling di pabrik-pabrik gula PT Perkebunan Nusantara yang menumpuk tiga bulan terakhir diperkirakan mencapai 500.000 ton (Kompas, 19/7/2018).
Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar mengakui, pihaknya belum mendapat penugasan pemerintah untuk menyerap gula hasil giling tebu di PG PTPN pada musim giling mulai Mei 2019. "Belum ada penugasan dari Rakortas dan Kementerian BUMN," katanya.
Menurut Bachtiar, Bulog sebagai operator tentu siap membeli gula petani jika mendapat penugasan dari pemerintah. Bulog saat ini masih memiliki stok gula yang cukup, yaitu sekitar 30.000 ton sampai 40.000 ton.
Bachtiar menambahkan, tahun 2018, Bulog mendapat penugasan menyerap gula hasil giling karena harga gula jatuh, yaitu mencapai Rp 8.400 per kilogram. Oleh karena itu, Bulog membeli atau menyerap gula pada harga Rp 9.700 per kilogram, ditambah biaya pajak sebesar 2,5 persen.
Direktur Operasional PTPN X Aris Toharisman mengatakan gula hasil giling tebu belum diserap Perum Bulog karena mungkin Perum Bulog belum mendapat penugasan. "Tahun ini, mungkin Bulog tidak menyerap (gula hasil giling)," katanya. Gula hasil giling di PTPN dijual ke anak perusahaan yaitu PT Karisma Pemasaran Bersama.