Cristiano Ronaldo masih menjadi nyawa tim nasional Portugal. Proyek regenerasi Fernando Santos tertunda sementara karena kilau Ronaldo menutupi para bintang muda.
PORTO, KAMIS – Laga semifinal Liga Nasional Eropa, Kamis (6/6/2019) dini hari WIB semestinya menjadi panggung bagi barisan pemain muda Portugal seperti striker Joao Felix. Namun, di sana masih ada Cristiano Ronaldo. Trigolnya mengantarkan ”A Selecao das Quinas” lolos ke final usai menerkam Swiss 3-1 di Porto, Portugal.
Duel di semifinal Liga Nasional itu sempat digadang-gadang sebagai estafet peralihan generasi di tubuh A Selecao. Pelatih Fernando Santos memulai proyek peremajaan Portugal dengan menurunkan pemain belia seperti Ruben Neves dan Felix (19), striker sensasional yang menjadi buruan banyak tim raksasa. Felix, yang disebut-sebut sebagai ”Ronaldo muda”, menjalani debutnya bersama A Selecao di laga itu.
Namun, pemuda yang mengemas 20 gol dan 11 asis bersama Benfica musim ini tersebut gagal memenuhi tingginya ekspetasi publik. Pesona pemain yang dibandrol 120 juta euro (Rp 1,9 triliun) itu tenggelam oleh seniornya, Ronaldo (34). Sempat tiga bulan absen dari Selecao, ”CR7” kembali ke tim dengan memborong tiga gol Portugal ke gawang Swiss.
Gol pertamanya di laga itu bahkan dicetak lewat bakat khasnya yang sempat diduga telah menghilang, yaitu tendangan bebas. Sebelum gol itu tercipta, Ronaldo tidak sekali pun mencetak gol lewat tendangan bebas selama setahun penuh untuk klubnya, Juventus. Lebih dari 20 tendangan bebas membentur pagar barisan pemain atau ditepis kiper.
Namun, di Porto, ia langsung membuat gol di percobaan pertamanya di Liga Nasional. Trigolnya di laga itu menambah koleksi golnya untuk Portugal menjadi 88. Hanya Ali Daei, legenda sepak bola Iran, satu-satunya pemain yang mencetak gol lebih banyak untuk sebuah timnas, yaitu 109 gol.
Jenius
”Dia (Ronaldo) adalah seorang yang membuat kita kehabisan kata sifat untuk mendeskripsikannya. Dia adalah seorang jenius di sepak bola. Ia membuat perbedaan dengan trigolnya di laga ini,” ujar Santos yang tidak jemu memuji Ronaldo.
Carlos Carvalhal, pelatih asal Portugal, berkata, negaranya tidak pernah kekurangan talenta berbakat, khususnya penyerang. Penyerang muda berbakat seperti Pauleta, Nuno Gomes, Eder, dan Andre Silva, silih berganti muncul membela Selecao. Namun, hanya segelintir yang konsisten menjaga ketajamannya seperti Ronaldo.
Eder misalnya, tidak lagi dipanggil membela A Selecao. Padahal, striker 32 tahun itu adalah pahlawan kemenangan Portugal pada final Piala Eropa Perancis 2016. Hal serupa dialami Silva, striker 23 tahun yang membela klub Italia, AC Milan. Silva kurang menonjol bersama Milan, sehingga sempat dipinjamkan ke Sevilla. Ia pun terdepak dari skuad Portugal di Liga Nasional meskipun masih belia dan berpotensi berkembang.
Pelatih Swiss, Vladimir Petkovic, berkata, Ronaldo adalah pemain yang istimewa. Di usianya yang tidak lagi muda, ia tetap produktif dan menentukan bagi tim-timnya.
”Mereka (Portugal) punya buah ceri yang spesial di atas kue tar. Dia (Ronaldo) membuat perbedaan,” ujar Petkovic, pelatih Bosnia yang banyak makan asam-garam di sepak bola.
Berkat kemenangan telak itu, Portugal melangkah ke final Liga Nasional yang akan digelar di Porto pada Senin (10/6) dini hari WIB. Final kompetisi yang baru kali pertama diadakan musim 2018/2019 itu merupakan laga puncak pertama A Selecao setelah Piala Eropa 2016 lalu. Mereka akan ditantang Belanda atau Inggris yang berduel pada semifinal lainya, Jumat dini hari WIB. (AP/JON)