Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China jadi faktor penting yang turut mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono
·3 menit baca
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China jadi faktor penting yang turut mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Sulit memastikan sampai kapan perang dagang ini akan berlangsung. Kedua negara besar itu memegang kendali dalam menentukan durasi hingga skala perang dagang.
Alhasil, perhatian lebih baik difokuskan pada bagaimana menghadapi kondisi yang kian menantang akibat perang dagang itu. Amit-amit. Jangan sampai dua gajah bertarung, pelanduk mati di tengahnya. Kira-kira seperti itulah nuansanya.
Bahkan, seorang pengusaha sempat berseloroh, kalau bisa saat dua gajah bertarung, pelanduk justru ambil kesempatan. Pandangan cukup optimistis yang tentu butuh upaya ekstra untuk mewujudkannya.
Apalagi kalau kita melihat kondisi riil yang kini dihadapi Indonesia di kancah perdagangan global. Data ekspor Badan Pusat Statistik menunjukkan, sepanjang empat bulan pertama tahun 2019 Indonesia defisit 2,56 miliar dollar AS.
Nilai ekspor Indonesia Januari-April 2019 sebesar 53,20 miliar dollar AS atau turun 9,39 dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang 58,72 miliar dollar AS. Sementara nilai impornya 55,77 miliar dollar AS atau turun 7,24 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang 60,12 miliar dollar AS. Sama-sama turun, tetapi penurunan ekspor lebih tajam dibandingkan impor. Padahal, kalau ingin mengambil kesempatan dari perang dagang, ekspor semestinya terus meningkat.
Selain itu, jika ingin mengatasi defisit, impor pun seoptimal mungkin ditekan. Namun, langkah ini jangan sampai mengganggu proses produksi di dalam negeri yang sebagian bahan baku, bahan penolong, dan barang modalnya masih harus diimpor.
Kiranya penting Indonesia memiliki data valid dari berbagai sektor industri mengenai komparasi daya saing produk ekspor bermaterial impor dibandingkan produk ekspor bermaterial lokal. Syukur apabila produk ekspor berbahan baku lokal berdaya saing lebih tinggi dibandingkan produk yang berbahan baku impor.
Mari petakan bersama apa masalah dan cari solusinya agar industri hulu mampu menghasilkan bahan baku kompetitif.
Akan tetapi, apabila pengendalian impor beberapa material justru memukul kinerja ekspor, tentu harus dihindarkan. Di sisi lain, peningkatan daya saing produk ekspor bermaterial lokal patut diupayakan tanpa henti.
Beberapa sektor industri kita memiliki struktur “relatif lengkap” dari hulu hingga hilir. Sudahkah terjalin sinergi, terutama di sisi harga, agar bahan baku dari industri hulu pun akhirnya mampu memasok industri hilir sehingga produk ekspor yang dihasilkan kompetitif dibandingkan kalau misalnya berbahan baku impor?
Sudah? Bagus. Belum? Mari kita petakan bersama apa masalah dan cari solusinya agar industri hulu mampu menghasilkan bahan baku kompetitif di sisi mutu dan harga dibandingkan material impor sejenis. Apabila terjadi, industri hilir akan lebih memilih material dalam negeri.
Prinsipnya, harus dijaga agar semua industri di berbagai tingkatan dapat tumbuh. Di atas fondasi seperti ini, ada harapan industri Tanah Air dapat menjalankan baktinya memutar mesin pertumbuhan ekonomi negeri ini secara berkelanjutan.