Waspadai Arus Balik Malam Hari
Arus balik diprediksi lebih padat ketimbang arus mudik karena rentang waktunya pendek. Kepadatan saat malam hari paling diwaspadai.
JAKARTA, KOMPAS Kementerian Perhubungan dan Polri memperkirakan volume kendaraan saat arus balik Lebaran bisa dua kali lipat dibandingkan dengan arus mudik karena rentang waktunya hanya tiga hari. Kebiasaan pemudik berangkat pada malam hari diwaspadai pemerintah karena dapat memicu kemacetan. Sejumlah rekayasa lalu lintas pun disiapkan.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setyadi mengatakan, selama H-7 hingga H-2 Lebaran terlihat bahwa pemudik cenderung berangkat dari Jakarta pada malam hingga dini hari. Hal ini memicu kepadatan di tempat istirahat jalan tol saat mudik, seperti di Kilometer 19 dan Kilometer 57 Jalan Tol Jakarta-Cikampek.
”Dari hasil evaluasi, pemudik cenderung berangkat malam hari. Kepadatan tampak pada H-5 dan H-4 Lebaran yang menjadi waktu terpadat lalu lintas arus mudik. Saya heran kenapa pemudik memilih berangkat malam hari, padahal lalu lintas pagi dipermudah dengan sistem satu arah,” ungkap Budi Setyadi, Kamis (6/6/2019).
Budi mengatakan, karena keberangkatan cenderung pada malam hari, akhirnya banyak pemudik kelelahan di tengah perjalanan. Mereka kemudian menepi di sejumlah tempat istirahat hingga semua tempat peristirahatan penuh.
Karena itu, saat arus balik nanti, Budi mengimbau pemudik mulai berangkat sejak pagi agar tidak terjebak kemacetan pada malam hari.
Kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Polri Inspektur Jenderal Refdi Andri mengungkapkan, kepadatan saat arus balik Lebaran bisa dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan arus mudik karena rentang waktu untuk kembali hanya tiga hari, yakni pada 7-9 Juni.
Saat arus mudik, masyarakat memiliki waktu tujuh hari untuk berangkat. ”Kesiapan menghadapi (arus balik) ini sangat penting,” ujar Refdi Andri saat meninjau Gerbang Tol Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, Kamis petang.
Menurut Refdi, pada arus mudik, volume lalu lintas yang melintasi jalan tol arah ke timur, selatan, dan barat mencapai 1,5 juta kendaraan. ”Jumlah ini meningkat 15 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” ujarnya.
Sejak GT Kalikangkung
Pada arus mudik, kendaraan sebanyak itu terpecah dalam rentang waktu tujuh hari. Namun, saat arus balik, hanya terkonsentrasi dalam waktu tiga hari, sebelum masyarakat kembali bekerja, Senin (10/6).
Karena itu, menurut Refdi, pihaknya menyiapkan rekayasa lalu lintas berupa sistem satu arah yang dimulai dari Kilometer 414 Gerbang Tol Kalikangkung, Semarang, dan berakhir di Kilometer 70 Cikampek.
Selain satu arah, pemerintah menyiapkan strategi pemasangan rambu-rambu sebelum tempat istirahat arus balik, penambahan toilet portabel, penempatan mobil derek di tempat istirahat tipe A. Dilakukan pula sistem informasi 24 jam serta menambah mobile reader (alat transaksi portabel) di GT Palimanan.
Sistem satu arah diterapkan mulai Kilometer 414 Kalikangkung hingga Kilometer 70 Cikampek Utama, 7-10 Juni 2019, pukul 12.00-24.00. Nantinya, sistem ini diterapkan lebih cepat bila terjadi situasi kepadatan yang mendesak.
Direktur Utama PT Jasa Marga (Persero) Tbk Desi Arryani menyatakan, puncak arus balik pada Lebaran 2019 diprediksi terjadi pada Minggu (9/6). Pada puncak arus balik tersebut diprediksi ada sekitar 104.000 kendaraan yang akan masuk ke Jakarta.
Untuk menghindari kepadatan, Jasa Marga bersama badan usaha jalan tol lain memberikan diskon tarif tol sebesar 15 persen pada 10-12 Juni 2019. Diskon tersebut diharapkan menarik minat masyarakat untuk kembali ke Jakarta di luar puncak arus mudik.
Sejak H-7 hingga H-1 Lebaran atau 29 Mei sampai 4 Juni 2019, Jasa Marga mencatat ada 1.216.859 kendaraan yang meninggalkan Jakarta melalui jalan tol ke tiga arah, yakni timur, barat, dan selatan. Dari jumlah tersebut, sekitar 57 persen di antaranya meninggalkan Jakarta menuju ke arah timur melalui GT Cikampek Utama dan GT Kalihurip Utama.
Pada Rabu malam, kemacetan untuk kendaraan dari Jakarta ke arah timur masih terjadi di ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Dari Cikunir ke Cikampek, yang berjarak sekitar 60 kilometer, ditempuh selama empat jam atau kecepatan rata-rata kendaraan 17 kilometer per jam. Kemacetan diduga dipicu antrean kendaraan ke tempat istirahat di Kilometer 33 dan 39.
Jalur alternatif
Untuk menghindari kepadatan di jalan tol, pemudik dapat memanfaatkan jalur alternatif. Selain jalur pantai utara (pantura) Jawa, jalur alternatif yang dapat digunakan adalah jalur tengah Bandung-Cirebon, Jawa Barat. Jalur ini melintasi Kabupaten Cirebon, Majalengka, Sumedang, dan Bandung. Jalur tersebut relatif lengang saat arus mudik. (DIV/HRS/IKI/SKA/TAM/DIT/RAM/AIN/IAM/FRD)