Pertemuan para tokoh masyarakat dua desa yang terlibat konflik di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, untuk mencapai kesepakatan damai, mulai dilakukan. Situasi di kedua desa saat ini makin kondusif.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
BUTON, KOMPAS - Pertemuan para tokoh masyarakat dua desa yang terlibat konflik di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, untuk mencapai kesepakatan damai, mulai dilakukan. Situasi di kedua desa saat ini pun makin kondusif.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Sultra Ajun Komisaris Besar Harry Goldenhardt menyatakan, pertemuan mulai dilakukan pada Jumat (7/6/2019) pagi. "Pertemuan masih terus dilakukan agar tercapai kesepakatan perdamaian antara kedua desa," kata Harry, saat dihubungi di Kendari.
Sekretaris Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Kabupaten Buton Alma menambahkan, selain diikuti warga kedua desa, pertemuan juga diikuti oleh unsur pimpinan daerah, antara lain Gubernur Sultra, Panglima Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin, Kepala Polda Sultra, dan Bupati Buton.
Alma belum bisa membeberkan hasil pertemuan. Namun, dipastikan pertemuan itu baru inisiatif awal untuk mencapai kesepakatan damai antara dua desa. Berdasarkan informasi yang diterima Kompas, pertemuan kemarin baru dengan warga satu desa. Pertemuan dengan desa satunya lagi kemungkinan dilakukan pada Sabtu (8/6) ini.
Pada Rabu (5/6), sejumlah pemuda dari Desa Sampuabalo menyerang Desa Gunung Jaya. Kedua desa itu berada di Kecamatan Siotapina, sekitar 20 kilometer arah timur Pasarwajo, ibu kota Buton.
Sempat terjadi baku lempar batu antara kedua kelompok. Namun, karena jumlah rombongan dari Desa Sampuabalo lebih besar, warga Desa Gunung Jaya lari meninggalkan rumah mereka ke desa tetangga. Saat ditinggal, penyerang membakar rumah. Sedikitnya 50 rumah terbakar, termasuk empat sepeda motor dan satu pikap turut ludes dilalap api.
Insiden tersebut berawal dari kejadian pada Selasa (4/6). Sejumlah pemuda Desa Sampuabalo (sebelumnya tertulis Gunung Jaya) berkonvoi kendaraan roda dua melewati Desa Gunung Jaya (sebelumnya tertulis Desa Sampuabalo) dengan cara meraung-raungkan mesin sepeda motor mereka di tengah permukiman Desa Gunung Jaya. Aksi itu disertai teriakan provokatif terhadap warga Desa Gunung Jaya. Hal itu memancing kemarahan warga Desa Gunung Jaya, meski tak terjadi bentrokan.
Esoknya, seorang pemuda Desa Sampuabalo pergi untuk bersilaturahmi Lebaran di sebuah dusun dengan melintas di Desa Gunung Jaya. Saat melintas, ia dipanah sejumlah orang di Desa Gunung Jaya. Dada kirinya terluka kena anak panah. Atas kejadian itu, ia pulang dan melapor ke warga desanya. Sekitar 100 pemuda dari Desa Sampuabalo lalu menyerang Desa Gunung Jaya.
Kemarin, Polda Sultra menambah jumlah personel untuk menjaga keamanan di kedua desa. Total pasukan kepolisian yang berjaga saat ini sekitar 200 orang, belum terhitung dengan personel TNI. Harry menyatakan, penambahan jumlah pasukan untuk memperkuat barisan pasukan yang bertugas sebelumnya.
Korban meninggal
Korban meninggal akibat konflik tersebut bertambah. Hingga Jumat (7/6), korban meninggal jadi 2 orang dari sebelumnya satu orang. Keduanya meninggal setelah sempat dirawat di RSUD Pasarwajo. Selain dua korban meninggal, terdapat pula 8 korban luka-luka yang saat ini dirawat di RSUD Pasarwajo.
Baik korban luka maupun korban meninggal mengalami sabetan benda tajam (parang) dan luka karena anak panah. Tidak dirinci dari desa mana saja korban tersebut.